"Yang tadi, Ma?"
        "Kenapa kamu punya cita-cita yang aneh ini, Nak?" suaranya bergetar. Hatinya mulai berguncang.
        "Enggak aneh, Ma. Biasa aja."
        "Cita-cita itu mbok ya jadi guru, dokter, polisi, direktur, PNS, presiden. Nah kamu ..."
        "Itu kan dulu, Ma. Sekarang zaman sudah berbeda. Aku bisa terkenal kok, Ma. Tiap hari masuk TV. Ke mana-mana dikawal. Tidak perlu bekerja tetap bisa makan. Kalau sakit aku dibawa ke rumah sakit. Enak kan, Ma?"
        "Ya ampun anakku!"
Gadis berwajah ayu  itu mundur beberapa langkah. Tak pernah rasanya wanita yang setiap hari bersamanya itu mengeluarkan kata-kata keras. Baru sekali ini ia mendengarnya dari bibir yang penuh senyum  itu. Hari ini bagaikan singa yang siap menerkam musuhnya.
        "Kenapa Ma?"
        "Koruptor memang terkenal, bahkan viral, ke mana-mana dikawal, mau ini itu tinggal ngomong dengan pengawal, tapi tahukah kamu bahwa dirinya bikin kesal dan sebal?"
        "Terus, Ma?"
        "Hidup bukan sekedar untuk terkenal. Suksesmu tidak dari seberapa banyak uangmu, namun dari seberapa kamu meringankan beban orang lain (brilio.net). Setiap umur yang kamu punya sangat berharga."