Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Permainan Anak-Anak Juga Mengenal Musim

4 September 2021   07:36 Diperbarui: 4 September 2021   07:49 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdengar suara berisik di luar. Anak-anak sedang bermain kelereng. Berapa butir kelereng disusun di tanah dalam sebuah garis yang berbentuk segi empat.

Cara mainnya sederhana. Seorang anak akan menyentil sebutir kelereng. Kelereng itu harus mengenai kelereng yang ada di dalam kotak, sehingga keluar dari tempatnya. 

Jika  berhasil berarti dialah pemenangnya. Kelereng yang keluar itu akan menjadi miliknya. Tentu akan sangat menyenangkan jika sekali sentil kelereng melesat kemudian menyenggol beberapa kelereng hingga keluar. Berarti semakin banyaklah jumlah yang dimilikinya.

Permainan ini dilakukan oleh beberapa anak laki-laki. Setiap hari halaman samping rumahku tak pernah sepi. Merekalah yang membantu mengisi hari-hariku. Keributan mereka membuat hati ini menjadi berisi. 

Senyum pun bisa mengembang mendengar celotehan mereka. Kadang lucu dan sangat menghibur. Walaupun terkadang menyebalkan jika di antara mereka ada yang berantem sehingga menyebabkan keributan luar biasa.

Suatu ketika mereka meributkan tentang layangan. Layangan yang paling tinggi melayang, akan menjadi pemenang. Mainan dari kertas itu kadang membuat mereka lupa tidak semua tanah boleh diinjak. Kadang tempat berbahaya tak disadari, karena mata memandangi layang-layang di atas. Peristiwa itu menandai bahwa musim layangan tiba.

Waktu berikutnya mereka akan mengumpulkan sandal-sandal yang dipakainya dalam sebuah lingkaran yang dibuat di tanah juga. Sandal-sandal itu ditumpuk. Cara mainnya sangat mudah. 

Dalam jarak tertentu seorang anak harus melempar tumpukan sandal itu dengan sebuah batu. Jika tumpukan itu berhasil jatuh oleh batu yang dilemparnya maka dialah pemenangnya. Begitu dilakukan terus-menerus tak ada batas waktu kecuali jika senja telah tiba dan azan maghrib akan memanggil, segera permainan itu dihentikan.

Jenis permainan berikutnya adalah sepeda. Setiap anak yang sudah bisa bersepeda akan membawa sepeda masing-masing. Mereka berkumpul juga di halaman samping rumahku. Mereka akan mengadakan lomba kecepatan sepeda. 

Siapa yang tercepat menempuh jarak tertentu akan keluar sebagai pemenang. Kecelakaan kecil kadang terjadi. Jatuh dari sepeda adalah yang biasa. Tapi mereka sepertinya tidak jera. Dan mengulang terus.

Musim berganti saatnya anak-anak bermain kejar-kejaran. Kali ini tak ada alat yang digunakan. Sebatang pohon rambutan besar di sebelah rumahku sebagai sasarannya. Di situlah mereka akan bertengger jika lelah berlari. 

Ketika anak memegang pohon itu tak seorang pun boleh mengejarnya. Permainan ini menguras tenaga. Keringat bercucuran sampai ke mana-mana. Baju basah tak dihiraukan. Yang penting hati riang gembira.

Menarik, kesan yang saya dapat saat mengamati permainan anak-anak di sekitar rumahku. Ternyata mereka mengenal musim juga. Kalau petani ini memperhatikan musim kemarau dan musim hujan sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan. 

Bagi mereka hal itu tidak berlaku. Yang mereka tahu adalah musim layangan, musim sepedaan, musim kejaran, musim kelereng. Apa pun musimnya hasilnya tetap sama, bisa bersosialisasi, badan sehat, dan hati gembira. Ternyata permainan itu pun ada musimnya. Keren...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun