2. Hindari mematahkan pembicaraan sebelum ia mulai berbicara.
Ketika seorang anak sedang membuka mulut untuk berbicara jangan distop dengan kata-kata "diam, ah sudahlah, kamu anak kecil tahu apa".Â
Kata-kata itu sangat menyakitkan hati, karena tidak memberi kesempatan kepada anak untuk mengutarakan isi hatinya. Tentu para orangtua juga tak ingin kejadian itu menimpa dirinya.Â
Ada kemungkinan anak akan diam seribu bahasa dan tak mau berbicara lagi, memendam perasaan negatif di dalam hatinya. Itu akan menimbulkan masalah baru yang menjadikan masalah semakin banyak
3. Ketika anak berbicara, berhentilah beraktivitas meskipun itu hanya sekedar menonton TV atau membalas chat di ponsel. Alihkan perhatian kepada makhluk titipan Tuhan itu.Â
Tataplah matanya, anak akan merasa dihargai, dihormati hak-haknya. Ia akan merasa bahwa dirinya sangat penting di mata orangtua. Ia akan merasa sangat dikasihi, dengan didengarkan dan dilihat. Maka dia kan melakukan hal yang sama ketika orangtuanya berbicara.
Dengan melakukan hal-hal di atas, secara tidak langsung para orang tua menaruh kepercayaan kepada anak. Dengan menaruh kepercayaan, rasa percaya anak diri akan tumbuh.
Sehingga ia berani untuk berbicara kepada orang lain selain orangtuanya. Â Anak berani berbicara untuk mengemukakan pendapat, bukan hanya diam saja.
Ketika anak-anak menjadi dewasa semoga ia akan membawa kebiasaan baik ini ke dalam kehidupannya bersama orang-orang di sekitar.Â
Maka jangan sekali-sekali membungkam atau melarang anak untuk berbicara. Biarkan dia menggunakan mulutnya dengan benar, dan pada saat itulah sebagai orang tua juga harus menggunakan telinga dengan baik.Â
Mendengarkan anak berbicara juga merupakan bentuk kasih sayang orangtua kepadanya. Mengasihi anak adalah kewajiban dari setiap orangtua. Anak-anak yang dikaruniakan oleh Tuhan adalah harta sangat berharga melebihi harga emas permata.