Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Hal untuk Mencegah Konflik Suami-Istri

7 Desember 2020   09:16 Diperbarui: 7 Desember 2020   09:35 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga Hal untuk Mencegah Konflik Suami Isteri

Mata Roni merah menahan marah. Hatinya seperti bara perapian, panas sekali. Dibakar kemarahan yang menjilat-jilat ke semua sudut hatinya. Roni memiliki prasangka buruk terhadap Runi isterinya. Ia berpendapat, Runi tak mau mendengarkan dirinya.  Kalau berbicara seakan seng bocor dengan 27 lubang, deras tak bisa dibendung. Runi menangis sesenggukan di ujung kamar. Ia kesal sekali dengan sikap Roni suaminya yang menurut nya tidak demokratis. Tak sedikit pun memberi kesempatan untuk dirinya berbicara.  Semuanya diborong.

Gambaran di atas kemungkinan terjadi pada sebuah keluarga. Masing-masing pribadi berusaha membenarkan diri sendiri. Akhirnya pertengkaran tak bisa dihindari.

Hubungan antar suami isteri tak selamanya manis bagaikan madu. Ada kalanya ada riak-riak kecil maupun  besar yang mengganggu keharmonisan. Kadang hal sepele bisa membuat keadaan menjadi sangat serius, sehingga konflik tak bisa dihindarkan lagi. Jika tak segera diatasi ada kemungkinan hal yang tak baik akan terjadi. Saling diam, tak bertegur sapa. Suasana tak nyaman tersebut jika terjadi dalam waktu yang lama bisa menyebabkan sebuah perpisahan atau perceraian, hal yang seharusnya tidak boleh terjadi.( .... Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Mat 19, ayat 6).

Memang bukan hal mudah menyatukan dua pribadi yang berbeda dalam sebuah keluarga. Tetapi dengan landasan yang kuat yaitu, niat yang baik, tekad yang bulat, semuanya bisa diatasi.

Sedia payung sebelum hujan, berjaga-jaga agar kemungkinan buruk dari sebuah hubungan suami isteri tidak terjadi, perlu dicoba hal sederhana berikut ini.  Salah satunya adalah dengan mengingat hal-hal baik dan indah yang pernah dialami berdua pada saat berpacaran, atau saat bertemu pertama kali dengan pasangan, atau saat bulan madu.

Misalnya :

1. Dengan memutar lagu kesayangan. Mungkin pada saat jadian ada satu lagu yang sangat mengesan. Nah jadikan hal itu sebagai pengingat bahwa lagu tersebut yang telah berhasil mempersatukan hingga mereka menjadi pasangan suami isteri. Putar lagi lagu tersebut, nikmati kata demi kata agar kenangan lama bangkit lagi.

2. Melihat foto. Tentu selama berkenalan atau berpacaran, pastilah banyak foto yang diambil saat sedang berdua. Begitu juga saat pesta pernikahan atau saat bulan madu. Ambil beberapa di antaranya, pajanglah  foto tersebut di tempat yang mudah dilihat, misalnya ruang tamu, atau bahkan kamar tidur. Di era digital yang sangat memudahkan setiap orang untuk mengambil foto, pastilah banyak  kenangan yang tersimpan melalui foto tersebut. Dengan melihat foto-foto itu kembali, niscaya banyak kenangan indah menari di alam pikiran dan hatinya.

3. Yang terpenting dari kedua hal di atas adalah doa. Dengan sering berdoa kepada Tuhan, kita diberi pikiran yang jernih, hingga apa yang akan kita perbuat berdasarkan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Tuhan telah mengaruniakan kasih yang begitu besar kepada umat manusia. Kita hidup, beraktivitas, melakukan segala hal, itu berkat kasih karunia Tuhan yang tak pernah habis kepada umat manusia. 

Bukankah nafas kehidupan itu merupakan kasih karunia Tuhan? Kita sering tak menyadari bahwa kita masih bisa bangun pagi semata-mata karena izin dari-Nya. Dengan seringnya berkomunikasi dengan Tuhan, kita akan lebih berhati-hati dalam berkata-kata maupun dalam bertindak. Memang hal itu tidak terjadi begitu saja. Harus ada usaha yang terus-menerus dari masing-masing pribadi. 

Memang jalan yang dilalui oleh sebuah keluarga tidak selamanya lurus. Dalam perjalanan pastilah banyak belokan yang dijumpai. Tetapi mudah-mudahan belokan-belokan itu dapat menjadi sebuah keindahan dari perjalanan hidup sebuah keluarga.  Sehingga bahtera keluarga tetap selamat sampai batas usia.

(Sebuah pengalaman pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun