Seiring dengan bertambah banyaknya manusia di bumi ini, kegiatan seperti berburu sudah tidak dapat digunakan lagi karena wilayah berburu semakin sempit. Untuk itu, mereka berusaha untuk bisa menghasilkan makanan sendiri daripada mengumpulkan makanan dengan cara bercocok tanam di ladang. Mereka menanam tanaman berupa ubi rambat, kelapa, pisang, sukun dan lain lain.
 Pada masa ini juga sudah mengenal kepercayaan bahwa jiwa seseorang yang telah mati berada di dunia roh dan semua orang memiliki tempat yang berbeda. Tempat mereka dibedakan berdasarkan kebaikannya selama hidup dan besarnya upacara penguburan yang diadakan.Â
Puncak upacara ditandai dengan bangunan batu besar atau megalith. Tujuan dari bangunan ini adalah untuk menghormati dan memuja roh leluhur. Contohnya adalah Menhir, Dolmen, Sarkofagus, dll.Â
Dapat dilihat bahwa akal budi sangat berpengaruh pada perkembangan zaman. Ditunjukan pada zaman pra-aksara dimana volume otak manusia memang masih terlampau kecil sehingga mengalami keterbatasan di dalam menemukan cara untuk mengatasi kesulitan hidupnya. Namun seiring perkembangan waktu, volume otak manusia pun semakin berkembang dan mereka mulai beradaptasi dengan menemukan solusi-solusi atas setiap permasalahan di lingkungannya yang membuat peradaban manusia maju sampai pada masa sekarang. Apa yang kita lihat pada masa sekarang merupakan pengaruh dari masa lampau. Contohnya sistem irigasi tanaman, sistem mengatur masyarakat, pembuatan senjata, pembuatan patung dan anyaman dan berbagai tradisi dan budaya lainnya yang merupakan peninggalan dari manusia purba zaman pra-aksara tersebut.Â
Daftar PustakaÂ
Alam, Syamsul. Https://Digilibadmin.unismuh.ac.id/Upload/8669-Full_Text.pdf. 2019.
Dr. Ahmad Syahrus Sikti, S. HI., M.H. "KODE ETIK & PEDOMAN." Google Books, PT CITRA ADITYA BAKTI, 1977
Dra. An FauziaRozani Syafei, M.A. SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA. Edited by Andra Saputra, 2020.
Suwardi, Waluyo, et al. Ilmu Pengetahuan Sosial. Edited by Vina Dwi Laning and Nur Siwi Ismawati, PT Intan Pariwara, 2008.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H