Paksian sebagai Kearifan Lokal menjadi Tema Kegiatan P5 di SMP Negeri 6 Pangkal Pinang
SMP Negeri 6 Pangkal Pinang, di bawah Kepemimpinan Ibu Zulaihani, S.Pd ditemani Bapak Turmudi, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, beserta dewan guru dan juga tim pelaksana kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) telah sepakat melaksanakan kegiatan P5 dengan sistem reguler, yaitu dilaksanakan dalam setiap pekan hingga akhir tahun.
Berdasarkan Permendikbud No 56/M/2022, pada setiap jenjang ada tujuh tema utama yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang dapat menjadi program kegiatan P5.
Ibu Ernawati, S.Pd atau biasa dipanggil dengan Bu Erna, telah ditunjuk sebagai Koordinator Tim Projek Profil pada kegiatan P5 di SMP Negeri 6 Pangkal Pinang dengan mengusung tema Kearifan Lokal dengan dimensi Gotong Royong dan Kreatif sebagai tema terakhir di Tahun Pelajaran 2024/2025.Â
Membangun kesadaran peserta didik akan nilai-nilai budaya daerah dan berupaya mengembangkan serta menerapkan sikap kerja sama dan dapat berinovasi dalam kehidupan siswa sehari-hari, menjadi tujuan dalam kegiatan P5 seperti yang direncanakan dan di koordinir oleh Tim Projek Profil. Â
Bu Erna, sebagai koordinator berharap bahwa kegiatan P5 yang direncanakannya bukan sekadar menjadi lukisan aksara yang indah dan tercatat rapi sebagai laporan kegiatan semata hingga akhirnya usang dan tertutup debu dalam ruang penyimpanan berkas.
Namun beliau berupaya bahwa kegiatan P5 sungguh memberikan manfaat dan pembelajaran hidup bagi seluruh siswa. Atas keinginan mulia itulah Bu Erna berupaya untuk mendatangkan seorang narasumber terpercaya yang dapat mengupas tuntas materi Paksian sebagai salah satu bentuk kearifan lokal Bangka Belitung, yang digunakan sebagai bagian dari Pakaian Pengantin Adat Provinsi Bangka Belitung.
Pada hari Jumat 31 Januari 2025 pagi, sebagai tahap lanjutan kegiatan P5 yang telah direncanakan oleh Bu Erna dan tim solid projek profil, berhasil mendatangkan Ibu Ratna atau yang dikenal sebagai Bunda Tudung Saji (BTS) untuk memberikan materi Paksian pada kegiatan P5 di SMP Negeri 6 Pangkal Pinang.Â
Mendapatkan kesempatan luar biasa tersebut, tentu saja sangat disayangkan jika dilalui begitu saja. Terlihat beberapa guru yang terlibat, sibuk mengondisikan siswa kelas tujuh sebanyak 344 orang, yang dikumpulkan di ruang aula sekolah.
Tak lama berselang, acara pun segera dimulai. Cuaca yang sangat bersahabat, menjadi salah satu pendukung kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Beberapa siswa yang memiliki ketertarikan di bidang seni dan budaya, terlihat antusias dengan kehadiran Ibu Ratna atau BTS sebagai narasumber yang siap untuk menjelaskan seluruh materi Paksian secara gamblang. Â
Bukan hanya sekadar slide dengan gambar menarik yang ditayangkan oleh BTS, namun contoh konkret pun di sajikan oleh beliau. Beberapa contoh perlengkapan pakaian pengantin adat Bangka Belitung juga di bawa serta sebagai sarana yang mempermudah siswa untuk mengenal dan melihat secara langsung.
Dua orang siswa putra dan putri diminta untuk maju ke depan, menjadi model bagaimana cara mengenakan Paksian, Teratai, dan Sungkon. Terlihat jelas, keindahan perlengkapan  saat digunakan oleh siswa siswi yang menjadi model.
Tak ketinggalan Pak Robbi dan Bu Rismawati, juga mencoba sebagai model pengantin yang terlihat begitu serasi sedang mengenakan Paksian, Teratai, dan Sungkon sebagai bagian dari pakaian Pengantin Adat Bangka Belitung.Â
Dijelaskan oleh BTS bagian-bagian yang biasa dipakai oleh pengantin  yang mengenakan pakaian adat Bangka Belitung, seperti:
Pertama: Baju Seting dan Kain Cual
Baju seting adalah baju bagian atas pakaian adat Bangka Belitung. yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita, Khusus untuk pengantin wanita Baju Seting berbentuk baju kurung berwarna merah cerah berhias manik emas, yang terbuat dari bahan beludru atau sutra.
Sedangkan pakaian pengantin pria mirip dengan jubah Arab yang berhias sulaman, dengan warna dan motif senada dengan pengantin wanita, lalu ditambah dengan selempang/ selendang panjang.
Ketika baju seting dikenakan, akan dipadukan dengan kain cual yang dibuat dengan metode tenun ikat digunakan untuk bagian bawah khususnya untuk pengantin wanita. Kain cual khas Bangka Belitung sering kali juga disebut sebagai kain besusur atau lasem.
Selain sebagai pakaian pengantin, baju seting juga biasa digunakan para penari yang membawakan tarian sambut para tamu kehormatan, dan bahkan untuk acara-acara khusus dan bersifat resmi. Seperti halnya mantan Presiden RI, Bapak Joko Widodo yang mengenakan pakaian adat Paksian Bangka Belitung pada saat pidato kenegaraan pada Agustus 2022 silam.
Kedua: PaksianÂ
Paksian merupakan aksesoris tambahan utama pada pengantin wanita, berbentuk mahkota dengan berhiaskan ornamen bunga teratai sebagai simbol kemurnian dan keindahan yang bertujuan untuk menambah keanggunan dan pesona pengantin wanita.Â
Selain paksian, masih ada aksesoris seperti penutup dada atau dikenal dengan sebutan teratai, sebagai aksesoris tambahan lain yang dipandang sebagai elemen penting yang semakin mempercantik penampilan pengantin wanita.
Tak ketinggalan tambahan aksesoris yang dikenal dengan tembang cempaka dan tembang goyang, semakin menyempurnakan penampilan pengantin wanita saat mengenakan pakaian pengantin adat Bangka Belitung berhias motif dan hiasan khas dengan lengkap.
Ketiga: Sungkon
Sungkon merupakan aksesoris yang digunakan pengantin pria yang menyerupai sorban sebagai penutup kepala, sebagai identitas khas pengantin Melayu.
Secara terlihat dari warna, bentuk, dan juga perhiasan yang digunakan, pakaian adat Bangka Belitung merupakan akulturasi atau perpaduan dari beberapa kebudayaan dari Arab, Tionghoa, dan juga Melayu.Â
Hal ini terjadi tentu saja tidak terlepas dari sejarah panjang yang ada di Provinsi Bangka Belitung, sehingga tertanam menjadi kekayaan budaya daerah sebagai cerminan identitas nilai-nilai dan juga kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikut.
Demikian penjelasan yang begitu padat namun menarik yang disampaikan narasumber BTS, Â tanpa terasa telah menghabiskan waktu hingga harus berakhir. Namun sebelum kegiatan berakhir BTS memberikan umpan balik dengan melemparkan beberapa pertanyaan dari semua materi yang telah dipaparkan.
Antusias siswa kembali bangkit, ketika beberapa merchandise yang dtelah disiapkan BTS, dapat dimiliki para siswa yang memiliki keberanian untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dilemparkan kepada seluruh peserta yang hadir.
Riuh disertai semangat, beberapa siswa adu cepat untuk mengacungkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.Terselip rasa bangga dan bahagia di hati saya menyaksikan peristiwa yang luar biasa.Â
Tidak di sangka, sekali pun tidak banyak, ternyata di era yang diselimuti dengan kekhawatiran akan kecanggihan teknologi yang ditawarkan melalui media sosial, masih ada beberapa siswa tertarik untuk belajar mengenal akan budaya daerah sebagai kekayaan bangsa tercinta ini.***
Baca juga: Relung Bejana Ruang RinduÂ
@senimelipatluka, 1 Februari 2025
#Tulisan ke-6 Tahun 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI