Kuliah Maning di Universitas Terbuka -- Kembali Belajar Dengan Penyesuaian di Masa Pandemi
Â
Pandemi virus Corona/Covid-19 yang melanda dunia awal tahun 2020 memberi tantangan pada setiap aspek masyarakat. Termasuk saya yang 'kuliah maning" melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Terbuka (UT) setahun lalu. Pilihan saya back to campus ke UT karena;
Visi UT adalah "Menjadi perguruan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ) berkualitas dunia".
Misi:
- menyediakan akses pendidikan tinggi yang berkualitas dunia bagi semua lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan berbagai program PTTJJ untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi;
- mengkaji dan mengembangkan sistem PTTJJ untuk mendukung implementasi sistem pembelajaran jarak jauh di Indonesia; dan
- memanfaatkan dan mendiseminasikan hasil kajian keilmuan, kelembagaan, dan PTJJ untuk menjawab tantangan kebutuhan pembangunan nasional.
Dengan pola pembelajaran yang menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi). Makna terbuka adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang sederajat) https://www.ut.ac.id/ pas dengan situasi saya sebagai karyawati dan juga 'Emak-Emak' yang sehari-harinya sudah rempong.
Nah, hubungannya dengan pandemi tadi, selama setahun jadi mahasiswa UT yang memiliki rekam jejak 36 tahun dalam pembelajaran mandiri dan fleksibel, sesungguhnya tidak masalah. Akan kehidupan kita sehari-hari sangat terpengaruh oleh 'kejutan Corona' pada Bulan Maret 2020 lalu. Keseharian yang semula bekerja di kantor, kini menjadi Working from Home, sekolah anak-anak ikut pindah juga ke rumah, keteraturan jadwal harian rumah tangga kini agak berantakan, jam bekerja molor, jam istirahat mundur lebih larut. Â Rutinitas kehidupan berubah.
Sebelum pandemi, Universitas Terbuka juga menawarkan dukungan pembelajaran tutorial tatap muka (TTM) yang dikelola pihak ketiga sebagai layanan dukungan belajar bagi siswa. Namun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menghentikannya. Dampak pandemi ini juga terjadi pada penyelenggaraan ujian akhir semester. Semester masa 2020.2 (2020/21.1) ini Ujian Akhir Semester (UAS) dilaksanakan dengan metode Take Home Examination (THE), yakni soal dikerjakan oleh mahasiswa dari tempatnya masing-masing dengan cara mengunduh/download naskah soal melalui laman https://the.ut.ac.id kemudian dikerjakan dalam kurun waktu yang ditentukan dengan beberapa ketentuan yang harus ditaati oleh mahasiswa.
THE alias ujian Open Book. Sepertinya gampil ya. Tidak seperti ujian buku tertutup konvensional dimana siswa hanya mengandalkan ingatan tentang topik ujian, ujian buku terbuka memungkinkan siswa untuk eksplorasi materi referensi (catatan, buku teks, dll.) selama mengerjakan ujian. Tapi jangan tertipu. Mentang-mentang karena ujian buku terbuka tidak berarti itu akan lebih mudah, atau kurang menantang, daripada ujian buku tertutup. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Sementara ujian buku tertutup menekankan pada menghafal dan mengingat, ujian buku terbuka berfokus pada pembelajaran tingkat yang lebih tinggi dan biasanya mengharuskan kita untuk mengevaluasi, menganalisis, atau mensintesis informasi, bukan hanya menghafalnya.
Hikmah dari kejadian semester lalu, maka kembali belajar di semester depan, harus  ada persiapan.
Saya mulai dengan ranah personal:
- Renungkan rutinitas. Merencanakan kegiatan harian; kapan waktunya bangun, tidak boleh lupa untuk beristirahat di saat-saat yang penuh gejolak ini. Setelah 25 menit bekerja, ngaso sejenak.
- Bergeraklah - berjalan-jalan hirup udara segar di seputar rumah, berlatih yoga atau berolahraga di rumah atau bersantai Bersama anak-anak.
- Tetap melakukan relasi. Telepon/ngobrol, konferensi video -- memanfaatkan teknologi digital untuk tetap berhubungan dengan teman dan keluarga pengganti pertemuan tatap muka yang saat ini  tidak memungkinkan. Meskipun itu tidak dapat menggantikan kontak "tatap muka", tapi lumayan mengurangi stress/cemas, berbagi dengan orang yang terbuka terhadap ketakutan dan kekhawatiran saya.
- Lakukan sesuatu yang saya sukai: memasak masakan kesukaan keluarga, menyeduh  kopi pahit yang sangat sedap.