Mohon tunggu...
Bahasa

Resensi Buku "Lutung Kasarung: Cerita Rakyat dari Jawa Tengah" (2019)

6 Januari 2019   03:05 Diperbarui: 7 Juli 2021   18:59 5223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Buku Dokpri ((Sumber:http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/109.%20Isi%20dan%20Sampul%20Lutung%20Kasarung.pdf))

"Buku dengan judul Cerita Rakyat dari Jawa Tengah: Lutung Kasarung ditulis oleh Kustri Sumiyardana."

Judul                     : Lutung Kasarung: Cerita Rakyat dari Jawa Tengah 

Penulis                 : Kustri Sumiyardana

Penerbit               : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Tahun                   : 2017

Tebal                     : 56 halaman + 8 halaman prakata dan daftar isi

Bahasa                  : Indonesia

Sampul                 : Latar belakang warna hijau dan abu-abu

Sampul Buku Dokpri ((Sumber:http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/109.%20Isi%20dan%20Sampul%20Lutung%20Kasarung.pdf))
Sampul Buku Dokpri ((Sumber:http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/109.%20Isi%20dan%20Sampul%20Lutung%20Kasarung.pdf))
Buku dengan judul Cerita Rakyat dari Jawa Tengah: Lutung Kasarung ditulis oleh Kustri Sumiyardana. Buku ini diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada tahun 2017. 

Baca juga : Buku Saku Panduan Covid-19

Kustri Sumiyardana yang merupakan penulis buku ini bekerja sebagai pegawai Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2003 hingga tahun 2016 serta menjadi dosen luar biasa IKIP PGRI Semarang sejak tahun 2007 hingga tahun 2012. Kustri Sumiyardana lahir di Sleman, 26 Februari 1974. 

Menikah dan saat ini menetap di Semarang. Kustri bergabung dengan organisasi HISKI serta terlibat dalam berbagai kegiatan di bidang pembinaan bahasa dan sastra, beberapa kali menjadi narasumber di berbagai seminar tentang sastra, serta menjadi narasumber di berbagai seminar tentang sastra, serta menjadi narasumber di RRI dan TVRI.

Buku ini merupakan buku yang berisi cerita rakyat dari suatu daerah yang ditujukan untuk bacaan anak setingkat kelas 4, 5, dan 6 SD. Isi dalam buku ini merupakan hasil dari cerita rakyat daerah Jawa Tengah yang mampu menjadi salah satu bahan pembelajaran bagi anak-anak. 

Baca juga : Resensi Buku "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat"

Buku ini mampu menjadi salah satu referensi guru untuk mengenalkan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah.  Buku ini memiliki nilai guna dan perlu dimiliki oleh guru maupun anak, dilihat dari isi dan amanat yang terkandung di dalamnya.

Indonesia kaya akan cerita rakyat. Cerita-cerita tersebut memiliki kemiripan antara satu daerah dengan daerah lain. Begitu pula buku ini yang menceritakan tentang seorang pemuda yang menyamar menjadi lutung 'sejenis kera' untuk mendekati putri yang dicintainya. 

Daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat sama-sama memiliki cerita Lutung Kasarung, namun keduanya memiliki cerita yang sangat berbeda. Di Jawa Barat, tokoh dalam cerita itu adalah Purbasari dan Guru Minda, sedangkan di Jawa Tengah tokohnya adalah Dewi Ciptarasa dan Banyak Catra. 

Meskipun menceritakan pangeran dari Pajajaran, cerita Lutung Kasarung dalam buku ini berasal dari Jawa Tengah tepatnya berasal dari Kebumen. Oleh karena itu, nama-nama tempat terjadinya peristiwa cerita ini ada di Kebumen.  

Dalam buku ini penulis menceritakan tentang kehidupan seorang pangeran yang mencari putri idamannya. Pangeran itu ialah Banyak Catra yang merupakan anak dari Prabu Siliwangi yang didesak untuk segera menikah karena ia harus menggantikan kedudukan di takhta Kerajaan Pajajaran. 

Baca juga : Membaca Buku "Rintihan Suci Ahli Bait Nabi"

Banyak Catra diberikan waktu sampai purnama depan oleh ayahnya untuk mencari calon istri. Banyak Catra pun merasa sedih dan pergi meninggalkan Ibu Kota Pajajaran secara diam-diam. 

Lelah tidak dihiraukannya ia pergi menuju ke Gunung Tangkuban Perahu lalu sampai di sebuah pondok di kaki gunung. Disitulah tinggal seorang pendeta yang sangat sakti bernama Ki Ajar Wirangrong.

Rupanya Ki Ajar Wirangrong telah mengetahui maksud dari Pangeran Pajajaran tersebut yang sedang mencari calon istri. Lalu ia mengatakan bahwa di daerah timur yaitu di Pasirluhur ada wanita yang diinginkan oleh Banyak Catra. 

Penulis menceritakan pengembaraan yang dilakukan Banyak Catra di Kadipaten Pasiluhur dengan nama samarannya yaitu Kamandaka. Di sana ia bertemu dengan seorang patih yang bernama Patih Reksanata, ia pun tinggal dan menjadi anak angkat patih tersebut.

Pada suatu hari, Kamandaka mengawal kereta sang putri yang bernama Dewi Ciptarasa. Pertemuan mereka pun menghasilkan rasa kagum diantara mereka  hingga mereka saling berkirim surat untuk mengungkapkan isi hati mereka. 

Suatu ketika Kamandaka ingin menemui Putri Ciptarasa, namun kedatangannya justru membuat penjaga kadipaten mengira Kamandaka adalah pencuri dan mereka pun berusaha menangkapnya. Berkat kesaktiannya Kamandaka berhasil meloloskan diri, namun karena kejadian itu Kamandaka menjadi incaran Adipati Kandadaha.

Cerita selanjutnya yaitu ketika Kamandaka pergi meninggalkan kadipaten Pasirluhur ia bertemu dengan Rekajaya. Dalam bagian ini diceritakan bahwa Kamandaka memulai kehidupan barunya bersama Rekajaya menjadi seorang petarung ayam serta hasilnya digunakan untuk membangun desa tempat tinggalnya saat itu. 

Disitu pula ia bertemu dengan adiknya yang bernama Banyak Ngampar yang menyamar menjadi Silihwarni. Silihwarni mengajak Kamandaka bertarung ayam dan justru menyerangnya dengan Kujang Pamungkas.

Meskipun kakak beradik, Silihwarni dan Kamandaka tidak saling mengenal karena sudah lama tidak bertemu hingga mereka bertarung, namun setelah Kamandaka berteriak bahwa ia merupakan Raden Banyak Catra dari Pajajaran akhirnya mereka saling berdamai dan meminta maaf. 

Sebelum mereka saling meminta maaf diceritakan bahwa dalam perjalanan Kamandaka menghadapi banyak hal yang membuat tempat-tempat yang ia lewati memiliki nama sesuai dengan kejadian yang dia alami misalnya Desa Brobosan yang artinya menerobos puluhan orang, hal ini dilakukan ketika Kamandaka melarikan diri dari Silihwarni.

 Setelah kejadian itu diceritakan bahwa Kamandaka mendapatkan pesan dari sang pendeta yang pernah dia temui untuk mencari pakaian lutung 'sejenis kera' untuk bisa mendekati sang putri pujaan hatinya. 

Kamandaka pun memakai pakaian lutung dan Rekajaya menggunakan pakaian kelelawar. Kamandaka menulis surat dari daun lontar untuk diberikan kepada sang putri melalui Rekajaya yang saat itu menjadi kelelawar. 

Pesan itu berisi bahwa sang putri yaitu Dewi Ciptarasa harus menyuruh ayahnya mencari seekor lutung dan memeliharanya.

Akhirnya, di Hutan Gunung Batur lutung pun berhasil ditemukan dan menjadi peliharaan kesayangan Dewi Ciptarasa. Dalam bagian tersebut diceritakan bahwa Lutung Kasarung tersebut mau membuka pakaiannya ketika dihadapan putri dan embannya untuk menunjukkan bahwa ia adalah Kamandaka. 

Kala itu ada pangeran bernama Pulebahas yang ingin melamar sang putri, namun digagalkan oleh Lutung Kasarung. Setelah melawan Pangeran Pulebahas, Lutung Kasarung melepas pakaiannya dan seketika berubah menjadi Raden Banyak Catra dari Pajajaran. Semua orang pun tunduk padanya termasuk Adipati Kandadaha.

Di akhir cerita, penulis menceritakan bahwa Raden Banyak Catra akhirnya menikah dengan Dewi Ciptarasa. Namun, ketika Prabu Siliwangi mengetahui ada luka di tubuh Banyak Catra, ia pun mengatakan bahwa Banyak Catra tidak bisa menjadi pengganti takhta kerajaan Pajajaran. 

Akhirnya, takhta kerajaan Pajajaran pun diberikan kepada anak ketiganya yaitu Banyak Blebur karena Banyak Ngampar merasa bersalah telah melukai kakaknya dan ia menolak penyerahan takhta tersebut padanya. Akhir cerita, Banyak Catra menerima keputusan tersebut dan tetap menikah dengan Dewi Ciptarasa serta hidup bahagia.

Buku ini memiliki banyak keunggulan yang terkandung di dalamnya. Di antaranya ialah buku menceritakan salah satu cerita kebudayaan lokal yang ada di Indonesia. Dalam latar atau setting yang tergambar dalam cerita berada di Indonesia dan menceritakan kehidupan kerajaan zaman dahulu di Indonesia. 

Selain itu, penceritaan yang disajikan dalam buku ini disajikan secara runtut dan bahasa yang mudah dipahami sehingga anak lebih mudah untuk memahami isinya. Meskipun penceritaan buku mengenai kisah percintaan namun di dalamnya terdapat perjuangan pantang menyerah yang mampu menjadi tuntunan anak. 

Penulis menyajikan ceritanya dengan paduan ilustrasi gambar sehingga anak tidak bosan ketika membaca buku tersebut. Tampilan sampul juga menggambarkan hutan yang merupakan salah satu latar utama yang terdapat di dalam cerita tersebut.

Akan tetapi, buku ini bukan tanpa kelemahan. Dalam segi isi, buku ini menceritakan penjelajahan Banyak Catra yang melewati banyak tempat hingga menghasilkan nama-nama tempat atau desa yang terkadang membuat anak sulit memahami isinya karena terdapat banyak nama tempat baru yang muncul dan berbelit-belit. 

Selain itu, terdapat kata-kata asing yang sulit dipahami oleh anak-anak misalnya pada kata "telik sandi". Hal inilah yang bisa membuat anak sulit memahami kata-kata dalam buku tersebut.

Buku ini bermanfaat bagi anak-anak SD tingkat atas maupun guru untuk menjadi referensi bacaan di sela-sela pembelajaran ataupun sebagai bahan pembelajaran. Berbeda dengan cerita Lutung Kasarung dari Jawa Barat, penceritaan Lutung Kasarung dari Jawa Tengah memiliki tokoh, latar, dan alur yang jauh berbeda. 

Di Jawa Barat, tokoh dalam cerita itu adalah Purbasari dan Guru Minda, sedangkan di Jawa Tengah tokohnya adalah Dewi Ciptarasa dan Banyak Catra. Dalam Lutung Kasarung dari Jawa Barat terdapat penceritaan tokoh putri-putri kerajaan yang sangat berbeda perangainya, sedangkan dalam Lutung Kasarung dari Jawa Tengah fokus utama cerita terletak pada penggembaraan Lutung Kasarung atau Banyak Catra ketika mencari calon istri. 

Dalam Lutung Kasarung di Jawa Barat, tokoh putri Purbasari diceritakan dengan mengharukan karena saudaranya sendiri merasa dengki. Purbararang menaruh racun ke Purbasari hingga ia buruk rupa dan diasingkan ke hutan. 

Penceritaan Lutung Kasarung dari Jawa Barat lebih sulit dipahami karena alur ceritanya terfokus pada beberapa tokoh dan terkesan berbelit-belit mengenai percintaan Purbasari dengan Lutung Kasarung serta iri hati Purbararang kepada Purbasari.

Meskipun terdapat perbedaan dari segi penceritaan, namun kedua buku ini memiliki ciri khas masing-masing. Kedua buku ini ditujukan untuk menghibur pembaca dan mengenalkan cerita rakyat daerah masing-masing dengan tokoh, latar, alur, dan pemakaian bahasa yang berbeda pula.

Dari ulasan buku ini, buku ini cocok dan layak untuk dibaca oleh anak SD tingkat atas. Anak-anak diajak untuk berpikir secara kritis dan runtut tentang cerita yang disajikan. 

Penyampaian dalam cerita juga mudah dipahami serta beberapa bagian ada yang berisi asal usul tempat yang mampu menambah wawasan anak-anak. Jadi, upaya Kustri dalam mengangkat kembali cerita rakyat yang berasal daerah Jawa Tengah ini patut diapresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun