Pasar Tradisional Permanen dan Tidak Permanen
Hampir setiap kota di Jerman memiliki pasar tradisional. Ada beberapa kota memiliki pasar tradisional yang permanen seperti Frankfuter Kleine Markthalle di kota Frankfurt atau Viktualienmarkt di Munich.
Kedua pasar tradisional ini buka setiap hari Senin sampai Sabtu dari jam 8.00 sampai jam 18.00, Sabtu hanya sampai jam 16.00.
Pasar tradisional di setiap kota tidak permanen, tetapi seperti namanya Wochenmarkt yang artinya Pasar Mingguan. Pasar ini hanya ada seminggu sekali. Biasanya menempati tempat-tempat terbuka dan sangat strategis, misalnya di halaman Ketedral, di halaman Balai Kota.
Jam buka pasar tradisional tidak permanen ini setiap kota berbeda, misalnya di kota Mainz dari jam 07.00 sampai jam 14.00.
Meskipun namanya Wochenmarkt ada juga yang pasarnya ada dan buka 3 kali dalam seminggu. Wochenmarkt di kota Mainz, ibu kota negara bagian Rheinland Pfalz, Ada Wochenmarkt setiap hari Selasa, Jumat,dan Sabtu.
Barang apa saja dijual di pasar tradisional?
Barang-barang yang di jual sebagian besar produk lokal. Karena produk lokal bisa juga disebut pasar petani.Â
Di pasar tradisional ini dijual berbagai sayuran, buah-buahan hasil panen para petani, misalnya kentang, kubis, segala macam jamur tergantung musim, wortel, apel, stoberi, plum, ceri dan masih banyak lagi tergantung musim.
Barang-barang kerajinan lokal juga dijual di sana, misalnya keranjang buah, keranjang belanja, dan masih banyak lagi.
Selain itu produk-produk yang ditawarkan misalnya tanaman hias, bibit-bibit tanaman, bunga potong, kranz bunga, buket bunga, roti kue dan produk-produk bakeri, daging, unggas, ikan, telor, madu, keju, susu, yogurt, segala  macam sosis.
Dengan bertambahnya pendatang dari luar negara Jerman di jual juga makanan-makanan bukan Jerman misalnya orang Itali menawarkan pasta dan segala macam jenisnya, daging kering, daging asap, macam-macam minyak Zaitun, buah olive atau zaitun yang diawetkan dan direndam dalam minyak zaitun berbumbu dan masih banyak lagi.
Selain itu di pasar tradisional juga ditawarkan Wein, kopi dan makanan-makanan yang bisa langsung dinikmati. Baik dinikmati sambil berdiri, berjalan atau bahkan duduk.
Biasanya tempat untuk duduk sangat terbatas, menikmati makanan dan minuman bersama handai taulan sambil ngobrol dan sambil berdiri.
Di pasar tradisional Frankfurt Kleine Marthalle dan Viktualienmarkt Munich ditawarkan juga buah-buah eksotis, seperti salak, manggis, rambutan, nangka, durian dan masih banyak lagi.
Buah-buah eksotis dari tanah air ini sangat menggoda, tetapi setelah melihat harganya, batal membeli, atau nanti  saja kalau pulang kampung.
Misalnya harga satu salak, manggis, 2 euro. Harga satu kilo buah durian dan nangka 20 Euro, 1 Euro =17.000 Rupiah.
Hal yang istimewa lagi di pasar tradisional ini dijual juga segala macam telor dari telur puyuh, segala macam telur ayam, bebek dan telur angsa yang besar banget itu.
Hal ini sangat menarik karena saya jarang melihat bermacam-macam telor dari kecil dan besar, dan bermacam-macam warna.
Di supermarket biasa sulit ditemukan hati sapi, babat, paru-paru, lidah dan jantung sapi, tetapi di pasar tradisional bisa dibeli di tukang daging. Di pasar tradisional Frankfurt ada penjual daging orang Turki dan Marokko, mereka menjual jeroan sapi selain daging sapi. Saya selalu ke tradisional Frankfurt bila ingin memasak jerohan sapi.
Bukan hanya belanja tetapi juga menikmati keramahan
Saya suka belanja di Wochenmarkt karena penjualnya sebagian besar petani setempat. Jadi tidak hanya sekadar belanja tetapi juga small talk dan menikmati keramahan.
Small talk ini yang hilang dari belanja di supermarket.
Sambil belanja sayuran kadang minta saran bagaimana cara memasaknya dan resepnya, bila tidak sedang sibuk penjual dengan ramah dan senang hati memberikan tip-tip memasaknya.
Inilah sedikit gambaran tentang pasar tradisional di Jerman. Pasar tradisional juga merupakan tujuan wisata. Dengan belanja di pasar bisa  berkomunikasi langsung dengan penduduk setempat atau petani setempat.
Barang-barang yang dijualpun segar dan ditata secara apik, sangat Instagramable.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H