"Ayo masuk hujan," kata suami.
“Pak de Jurgen, ini kan geremis, bukan hujan."
Kami semua tertawa, karena memang benar, di Jerman hampir tidak pernah terjadi hujan lebat seperi di Indonesia. Hujan di sini ya hujan kecil- kecil atau seperti gerimis saja.
Oleh karena itu kami sengaja memiliki penampungan air hujan untuk menyiram tanaman di kebun kami, supaya tidak harus menggunakan air ledeng yang mahal.
Jadi kalau dipikir- pikir dan dihitung- hitung, berkebun di Jerman rugi. Rugi karena untuk menikmati hasil panen diperlukan perjuangan yang panjang, melelahkan dan mahal.
Misalnya untuk menikmati tomat. Tomat di supermarket satu kilogram seharga 4 Euro. Untuk menanam dan memelihara tomat supaya menghasilkan satu kilogram, menghabiskan air, pupuk dan perawatan berapa bulan seharga jauh di atas 4 Euro.Â
Jadi berkebun di Jerman, benar- benar hanya hobi dan untuk refresing bukan untuk mencari keuntungan. Kepuasan dan kebahagiaan berkebun penting untuk saya jadi meskipun dari segi finansial rugi, saya tetap berkebun.
Semoga erupsi gunung Merapi tidak berkepanjangan dan tidak menelan korban Jiwa. Semoga negeriku dilindugi dari segala bencana.Â