Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemiskinan Semakin Kasat Mata di Frankfurt

14 Februari 2023   06:55 Diperbarui: 16 Februari 2023   01:15 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelandangan di stasiun kereta Haubwache Frankfutrt 

Sepulang dari Misa Indonesia di Frankfurt Rodellheim dan  ganti kereta di Haubwache.  Waduh......kereta S2 dari Haubwache Frankfutrt menuju Dietzenbach kampungku meluncur di depan mataku. Pintu telah tertutup dan segera melaju. Wah......aku harus menunggu 30 menit lagi.

Keponakanku, Chika bilang, bulik yuk kita cari tempat duduk, 30 menit terlalu lama untuk berdiri.

Kemudian kami mencari tempat duduk. 

Wallah .....semua tempat duduk  besetzt atau telah diduduki orang.  Bukan duduk sih dipakai untuk tidur Obdachlose atau orang- orang tuna wisma. Karena  dingin menusuk tulang,  badan orang gelandangan itu ditutup dengan Schlaftschack atau sleeping bag.

Gelandangan di Eropa paling kasihan di musim dingin. Udara di musim dingin terkadang bisa minus 5 derajad bahkan lebih. 

Ya, menurut pendapatku, sejak pandemi Covid dua tahun lalu dan perang Ukraina, semakin banyak orang- orang tunawisma dan pengemis di Frankfurt.

Belum lama aku berdiri, datang pengemis, "Ein Euro bitte, fuer essen" yang artinya " Minta satu Euro untuk makan"  Biasanya saya tidak memberi.

Tidak memberi karena pada dasarnya departemen sosial memperhatikan mereka dan mereka bisa tinggal di tempat yang disediakan departemen sosial.

Di panti tunawisma ada  tempat tidur dan mendapatkan makan.

Departemen sosial mensyaratkan mereka, misalnya tidak minum,  dan mematuhi aturan rumah atau panti tunawisma dan lain sebagainya.

Lha mereka ini tidak bisa untuk tidak minum (alkohol) dan hidup menuruti aturan, mereka ingin hidup bebas.

Tapi setelah saya melihat wanita itu mengaduk sampah kok kasihan banget. Ahirnya aku beri juga uang receh di dopet saya.

Selain itu tadi saya diberi ibu Christine kue Mandel yang masih tersisa masih beberapa potong diberikan saya semua.  

Kue dari ibu Christin saya berikan ke wanita tunawisma itu semuanya. Saya tanya , "mau kue mandel ? Wanita  itu mengatakan "ya".

Kue aku berikan semuanya dan tampak senang. Aku amati dari kejauhan, kue itu dibagikan ke teman- temannya. 

Ya ampun, aku terharu. Ternyata benar, orang gelandangan, memiliki setia kawan  yang besar. Kue yang hanya beberapa potongpun, dimakan bersama.

Obdachlose- Tunawisma | foto: Hans jurgen Pilgerorte
Obdachlose- Tunawisma | foto: Hans jurgen Pilgerorte
Pengumpul Botol

Kereta yang aku tumpangi terus melaju dan 20 menit kemudian sampai ke  Dietzenbach Mitte, yaitu satu station sebelum station terakhir,  Dietzenbach Bahnhof  di mana aku dan semua penumpang harus turun.

Dari Dietzenbach Mitte aku lihat sepasang suami istri dengan kantong plastik besar di tangannya. Mereka tidak tampak kumuh seperti orang gelandangan di Frankfurt.

Mereka berdua mengenakan baju yang cukup bersih. Saya berfikir, mereka bukan gelandangan, tetapi uang pensiunnya terlalu kecil.

Saat ini menurut  Statistiche Bundesamt, inflasi di Januari 2023 mencapai 8,7 persen.

Harga- harga bahan makanan, bahan bakar dan energi terus naik, tidak tahu sampai kapan.  

Sedangkan gaji dan pensiun tetap. Situasi ini membuat penerimaan tidak mencukupi untuk hidup sebulan dan melunasi sewa Apartment , pembayaran gas, listrik air dan  lain- lain.

Hal ini yang menyebabkan kedua pasangan orang tua itu mengumpulkan botol bekas minuman. 

Botol bekas minuman di Jerman memiliki Pfand atau memiliki harga mulai dari 8 Cent untuk botol bir, 15 cent untuk botol air dan soft Drink dan 25 Cent untuk botol dan kemasan minuman kaleng.

Pada mulanya, sistem Pfand ini dimaksudkan supaya mengurangi sampah. Dengan sistem Pfand orang- orang tidak membuang botol dan kaleng kemasan minuman disembarang tempat, tetapi dibawa pulang dan nantinya ditukarkan ke supermarket atau pom bensin dengan uang.

Karena toh banyak juga orang yang membuang botol minuman ini, sehingga banyak orang- orang yang mengumpulkan botol kosong untuk menambah pendapatan mereka.

Pendapatan dari mengumpulkan botol ini tidak dikenai pajak. 

Menurut pengamatan saya, sebelum Corona dan sebelum perang Ukraina, tidak sebanyak ini orang- orang saya jumpai mengumpulkan botol kosong, apalagi di kereta.

Di stadion sepak bola lain lagi, di sana  berkumpul beribu- ribu orang jadi memang banyak pengumpul botol dan hidupnya dari mengumpulkan botol.

Pengumpul botol di Stadion Sepak Bola Frankfurt |  Foto: iin
Pengumpul botol di Stadion Sepak Bola Frankfurt |  Foto: iin

Mit Fahren atau ikut numpang

Hari Sabtu lalu kebetulan saya masuk kerja. Jam 05.19 saya sudah di kereta. Tiba- tiba di seberang tempat dudukku ada seorang wanita yang bertanya "Haben Sie Monatskarte?" Apakah Anda mempunyai tiket bulanan ? Saya mengatakan  Ja"

Kemudian wanita itu menanyakan, "Darf ich mit fahren? Boleh saya ikut numpang? Saya katakan Silakan" 

Ya karena bagi yang memiliki kartu bulanan, setiap akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu boleh membawa satu orang gratis.

Wanita itu mengatakan, saya bekerja  Mini Job setiap akhir pekan, boleh saya selalu ikut?

Saya katakan boleh saja, tetapi saya bekerja akhir pekan hanya kadang- kadang saja, bila  saya kebetulan hari Sabtu bekerja dan pada jam  yang sama silakan, dengan senang hati."

Inilah beberapa pengalaman, bertemu dengan orang- orang yang terdampak langsung oleh krissis ekonomi  saat  ini di Frankfutrt dan di sekitarnya.

Semoga perang Ukraina segera berakhir dan harga- harga tidak naik lagi.  Tetapi kapan  berakhir?

Mari kita berdoa, supaya perdamaian segera tercapai, kasihan orang- orang berpendapatan kecil.

Dietzenbach, 14 Februari 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun