Gelandangan di stasiun kereta Haubwache FrankfutrtÂ
Sepulang dari Misa Indonesia di Frankfurt Rodellheim dan  ganti kereta di Haubwache.  Waduh......kereta S2 dari Haubwache Frankfutrt menuju Dietzenbach kampungku meluncur di depan mataku. Pintu telah tertutup dan segera melaju. Wah......aku harus menunggu 30 menit lagi.
Keponakanku, Chika bilang, bulik yuk kita cari tempat duduk, 30 menit terlalu lama untuk berdiri.
Kemudian kami mencari tempat duduk.Â
Wallah .....semua tempat duduk  besetzt atau telah diduduki orang.  Bukan duduk sih dipakai untuk tidur Obdachlose atau orang- orang tuna wisma. Karena  dingin menusuk tulang,  badan orang gelandangan itu ditutup dengan Schlaftschack atau sleeping bag.
Gelandangan di Eropa paling kasihan di musim dingin. Udara di musim dingin terkadang bisa minus 5 derajad bahkan lebih.Â
Ya, menurut pendapatku, sejak pandemi Covid dua tahun lalu dan perang Ukraina, semakin banyak orang- orang tunawisma dan pengemis di Frankfurt.
Belum lama aku berdiri, datang pengemis, "Ein Euro bitte, fuer essen" yang artinya " Minta satu Euro untuk makan" Â Biasanya saya tidak memberi.
Tidak memberi karena pada dasarnya departemen sosial memperhatikan mereka dan mereka bisa tinggal di tempat yang disediakan departemen sosial.
Di panti tunawisma ada  tempat tidur dan mendapatkan makan.