Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dampak Kekeringan dan Suhu Ekstrem Panas di Jerman

19 Agustus 2022   04:47 Diperbarui: 19 Agustus 2022   08:27 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permukaan air sungai Rhein yang turun dratis | foto Ruth Vogel

Gagal naik kapal di sungai Rhein

Jauh-jauh hari saya sudah ambil libur untuk ikut piknik dengan teman-teman sekolah suami. 

Suami bilang yang mendaftar untuk ikut piknik cukup banyak, lebih dari 30 orang. Saya sudah membayangkan pasti seru.

Ya, teman-teman sekolah suami kadang-kadang mengadakan acara bersama. Kali ini sengaja booking kapal agar bisa menikmati perjalanan dengan kapal dari kota Mainz ke Koblenz. 

Sungai Rhein bermuara di Pegunungan Alpen dan berhulu di Nordsee atau laut utara di Belanda. Terbayang pemandangan indah dari atas sungai Rhein, pegunungan anggur, kastil-kastil, kota-kota tua dan menikmati anggur dari Winzer atau pembuat anggur setempat.

Gagal total, angan-angan di atas tinggal angan-angan. Perusahaan penyewaan kapal menulis email, bahwa untuk sementara tidak ada perjalanan dengan kapal di atas sungai Rhein. 

Turunnya permukaan sungai Rhein

Kekeringan, suhu udara yang ekstrem panas, dan terlalu sedikit hujan sejak bulan April menyebabkan ketinggian air di sungai Rhein turun dratis.

Sungai Rhein merupakan salah satu lalu lintas air penting di Jerman. Sungai yang mengalir dari Swiss sampai ke Amsterdam merupakan lalu lintas air, di mana kapal-kapal barang bermuatan bensin, disel, gas cair, batu bara dan gandum hasil pertanian dibawa. 

Selain kapal dagang tersebut juga kapal-kapal pesiar. Kapal pesiar tersebut yang telah disewa oleh grup sekolah suami dan terpaksa dibatalkan. 

Dengan menurunnya permukaan air, menyebabkan kapal-kapal tersebut tidak boleh berlayar lagi karena berbahaya bila kapal tersebut kandas.

Harga bensin, disel, batu bara dan gandum semakin tinggi.

Kapal-kapal pesiar tidak boleh lalu lalang lagi. Kapal-kapal dagang dengan muatan biji gandum atau getreide, bensin dan diesel. Ada kemungkinan berakibat tidak adanya bensin dan disel di kota-kota Jerman selatan. Sedangkan di sisi lain, untuk menghemat gas yang semakin sulit didapat dari Rusia, batu bara digunakan lagi akan kesulitan mendapat pasokan.

Demikian juga dengan pasokan biji gandum, juga mendapat kesulitan. Kapal-kapal barang atau binnenschiffer yang masih berjalan hanya bisa memuat 20 persen dari muatan sebenarnya. Bisa dibayangkan harga gandum, bensin dan disel semakin tinggi.

Gagal panen

Suhu panas yang ekstrem, terlalu sedikit hujan telah menyebabkan gagal panen gandum. Sedangkan impor dari Ukraina atau Rusia hampir tidak ada lagi. Hal ini menyebabkan harga roti juga semakin tinggi.

Roti merupakan makanan pokok orang Jerman selain kentang. Mi atau pasta yang berbahan dasar gandum juga salah satu makanan yang disukai orang Jerman. Bahkan ada daerah di Jerman, yaitu Schwabenland di negara bagian Baden- Wuerttenberg, spaetzle yaitu mirip mie merupakan makanan khasnya.

Kekeringan dan suhu udara yang tinggi lebih dari 30 derajat bahkan kadang hampir 40 derajat terlalu sedikit hujan menyebabkan kesulitan air di beberapa daerah di Jerman. 

Petani harus menyiram tanamannya. Air yang digunakan untuk menyiram menggunakan air tanah yang semakin tahun semakin dalam untuk mendapatkan air.

Penyiraman ladang ini pun dihimbau supaya dilakukan pada malam hari, supaya airnya tidak cepat menguap lagi, cepat kering dan tidak berguna sama sekali.

Selain dengan air tanah juga dengan air dari menampung air hujan. Karena sejak bulan April sampai sekarang terlalu sedikit turun hujan penampungan air hujan pun telah lama kering.

Jadi bukan hanya harga gandum dan produk dari gandum saja yang mahal, tetapi hampir semua produk pertanian harganya semakin tinggi. Buah-buahan dan sayuran juga semakin mahal.

Himbauan untuk menghemat air

Untuk menghemat air, dihimbau supaya tidak terlalu sering mencuci mobil dan tidak perlu menyiram halaman rumput.
Dari hal tersebut di atas, hidup minimalis dimulai dengan menggunakan air seperlunya. 

Beruntung air ledeng masih mengalir deras seperti biasa, tetapi bukan berarti menggunakan air semaunya.

Orang-orang Jerman yang suka hidup minimalis dan hemat telah terbiasa menggunakan air dengan bijaksana., sepert:

Misalnya tidak menyiram halaman dengan air, meskipun halaman rumah kering kerontang.

  • Tidak mencuci mobil di halaman rumah. Mencuci mobil di halaman rumah sendiri dilarang, karena air sabun yang digunakan untuk mencuci mobil akan mencemari tanah. Selain itu penggunaan air dengan mencuci mobil sendiri di rumah lebih banyak dari di pencucian mobil.
  • Menampung air untuk mencuci sayuran dan salat untuk menyiram tanaman.
  • Mandi tidak terlalu lama dan sering mengganti alat penyemprot air yang sudah berkapur, supaya menyemprot dengan sempurna dan 
  • Menghemat air.

Kebakaran hutan 

Di Jerman, masih banyak hutan, 31 persen wilayah Jerman merupakan hutan. Karena suhu yang tinggi dan kekeringan, hutan sangat mudah terbakar. Pohon-pohon, semak dan rumput menjadi kering dan mudah terbakar.

Kekeringan di sungai Rhein foto Rudiger Altendorfer
Kekeringan di sungai Rhein foto Rudiger Altendorfer

Sudah terjadi kebakaran hutan di beberapa tempat dekat kota kami, meskipun tidak separah di Portugal atau di Spanyol.

Biasanya di taman-taman baik di pinggir danau, hutan, sungai atau taman-taman kota tersedia tempat-tempat untuk bakar-bakaran atau grill.

Saat ini, telah dilarang mengadakan bakar-bakaran di taman-taman tersebut supaya tidak terjadi kebakaran.

Selain itu, merokok dan membuang puntung rokok sembarangan juga dilarang, karena juga sangat berbahaya. Bila putung rokok dibuang di pinggir hutan di atas rumput kering, bisa dibayangkan akan mengakibatkan kebakaran.

Inilah sedikit cerita tentang kekeringan dan panas ekstrem di Jerman.

Kangen hujan dan gemercik air di persawahan kampung halaman.

Diezenbach 18 Agustus 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun