Pfingsten, Pentakosta atau Hari Raya Turunnya Roh Kudus Hari Libur di Jerman
Senin, 6 Juni, tanggal merah di Jerman. Semua kantor-kantor dan toko-toko tutup. memperingati Hari Raya Pentakosta atau Pfingsten  yang jatuh pada hari Minggu. Hari Raya Pentakosta atau hari raya turunnya Roh Kudus, tepat 50 hari sesudah Paskah.
Saat ini pun di mana-mana bunga Pfingsrose bermekaran. Bunga Piony cantik ini di sebut Pfingsrose karena berbunga tepat di hari turunnya Roh Kudus, atau orang jerman menyebutnya Pfingsten.
Setelah hari raya Paskah di Jerman banyak tanggal merah yang berarti hari libur. Hari raya tersebut adalah, Yesus wafat, yang tiba selalu hari Jumat, karena Paskah selalu jatuh hari Minggu, Senin juga libur, sebagai hari raya Paskah hari ke dua, Ostermontag.
Kemudian, 40 hari sesudah Yesus wafat, tanggal merah lagi yaitu hari raya kenaikan Yesus ke surga.
Sepuluh hari sesudah hari raya kenaikan Yesus ke surga, hari ini yaitu hari raya turunnya Roh Kudus atau Pfingsten. Karena Pfingsten atau Pentakosta selalu hari Minggu, hari seninnya tanggal merah dan hari libur Pfingsmontag.
Nanti tanggal 16 Juni, tanggal merah lagi, yaitu hari raya Sakramen Maha Kudus, atau Fronleichnam.
Hari raya ini hari libur dan tanggal merah tidak untuk semua negara bagian, hanya negara-negara bagian yang mayoritas penduduknya Katolik, misalnya Bayern, Baden Wuttenberg, Hessen, Nordrhein-Wesfalen.
Tanggal merah berarti hari libur dan semua toko tutup. Kalau toko dan supermarket tutup berarti harus berbelanja terutama bahan makanan sebelum hari raya, supaya tidak kelaparan.
Maaf sedikit sinis, ya karena hari-hari sebelum hari raya dan tanggal merah toko dan supermarket berjubel, dan memborong bahan makanan seakan-akan takut kelaparan.
Sejak hari raya kenaikan Yesus ke surga, sepuluh hari lalu kami orang-orang Katolik Indonesia di daerah Frankfurt dan sekitarnya berdoa bersama setiap hari, sampai hari Minggu, Hari Pentakosta, atau hari turunnya Roh Kudus.
Apakah Itu Novena Roh Kudus
Kami berdoa Novena Roh Kudus. Yaitu suatu doa permohonan yang didoakan setiap hari pada jam yang sama selama sembilan hari.
Pada doa novena ini kami memohonkan tujuh karunia Roh Kudus. Ke tujuh karunia Roh Kudus tersebut adalah: Kebijaksanaan, pengertian, pengenalan akan Allah, nasihat, kesalehan, keperkasaan dan takut akan Allah.
Doa Novena Roh Kudus ini pertama kali dilakukan oleh Bunda Maria, bunda Yesus bersama-sama dengan murid-murid Yesus.
Sejak Yesus naik ke surga mereka berkumpul bersama-sama untuk berdoa menantikan Roh Kudus. Roh Kudus, Roh Tuhan, Roh penghibur Roh Tuhan sendiri yang dijanjikan Tuhan sebelum naik ke surga.
Seperti yang tertulis dalam kitab suci: Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang demikian kataNya:
"Telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membabtis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibabtis dengan Roh Kudus" (Kisah Para Rasul 1:4-5)
Sedangkan pada Injil Yohanes, bab 24 ayat 49 tertulis:
"Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang di janjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu dilengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."
Setelah Yesus naik ke surga, mereka kembali ke Yerusalem. Mereka naik ke ruang atas di mana, murid-murid Yesus itu menumpang.
Mereka adalah Petrus, Yohanes, Yakobus, Andreas, Filipus, Tomas, Bartolomesus, Matius, Yakobus, Simon dan bunda Maria dan beberapa perempuan.
Tempat di Mana Yesus Naik ke Surga dan Para Murid dan Bunda Maria Berkumpul dan Berdoa Menunggu Datangnya Roh Kudus
Kebetulan saat ada kesempatan ziarah ke Yerusalem saya mendapatkan kesempatan untuk melihat dan merasakan tempat di mana Yesus naik ke surga. Kemudian ke tempat di mana murid-murid Yesus berkumpul dan berdoa menantikan Roh Kudus, Roh Tuhan yang dijanjikan.
Pada hari Pentakosta, tiba-tiba turun dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk. Tampaklah seperti lidah-lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Mereka penuh dengan Roh Kudus. (Kisah Para Rasul 2:1-4)
Para murid dipenuhi Roh Kudus. Mereka berkata-kata dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh semua orang yang berkumpul di depan rumah tersebut. Orang-orang yang berkumpul dari berbagai bangsa tersebut heran karena berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
Para rasul berasal dari daerah Galilea, sedangkan orang-orang yang berkumpul berasal dari Partiam Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Kirene, Roma, Yahudi, Kreta, dan Arab. (Kisah para rasul 2:9-12)
Hidup Menurut Daging atau Roh
Sebenarnya hidup menurut bimbingan Roh Kudus berlaku bukan hanya dahulu pada jaman para rasul tetapi saat ini.
Menurut rasul Paulus, yang di dalam suratnya pada jemaat di Galatia, bahwa hendaklah hidup menurut bimbingan Roh. Barangsiapa menjadi milik Kristus, menyalibkan keinginan daging dan segala hawa nafsunya. (Galatia 5: 24)
Perbuatan menurut daging itu adalah : pencabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, pencideraan, roh pemecahan, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. (Galatia 5:19-21)
Sedangkan buah-buah Roh Kudus adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. (Galatia 5:22-23)
Hal-hal tersebut diatas, kami sebagai murid Kristus hendaknya setiap hari disadari dan diusahakan.
Dengan usaha dan kekuatan sendiri tidaklah mungkin, tetapi terus terbuka dan terus mohon bimbingan Roh Kudus supaya dimampukan untuk mampu hidup menurut bimbingan Roh Kudus dan akhirnya membuahkan buah-buah Roh tersebut.
Pengalaman Menerima Karunia Roh Kudus
Pengalaman yang saya terima dan saya rasakan, beberapa tahun yang lalu ketika saya pertama kali mengikuti retret di Belgia, yang dibawakan oleh Romo Yohanes Indra Kusuma dan para suster.
Saat saya pergi retret ibu Anna, ibu yang pernah mengikuti retret tentang Roh Kudus dan pencurahan Roh Kudus mengatakan kepada saya, "Lin, selamat ikut retret ya, buka hatimu."
Saat itu aku tidak mengerti. Seperti yang dikatakan ibu Anna, aku ikuti saja.
Aku buka hatiku, aku coba dengarkan dan ikuti seluruh seminar dan doa dengan hati dan iman. Semua berjalan baik dan biasa-biasa saja, sampai retret itu berakhir.
Tetapi perubahan itu saya rasakan sesudah tiba di rumah. Saya merasakan semangat dan iman yang bernyala-nyala.Â
Misalnya saat membaca kitab suci, bacaan kitab suci yang semula biasa saja menjadi begitu nyata dan hidup. Perayaan ekaristi yang semula biasa saja dan saya ikuti rutin hampir tanpa rasa, sejak itu menjadi nyata dan hidup.
Suka cita di hati begitu berkobar-kobar. Keinginan untuk menolong orang lain dan melihat orang yang perlu pertolongan semakin kuat. Aneh rasanya.
Misalnya, saat naik bus saya melihat ibu-ibu tua keberatan menjinjing belanjaan. Dengan ramah dan cepat saya tolong ibu tua itu dan saya bawa sampai depan pintu rumahnya yang berada di lantai tiga tanpa lift. Ibu tua itu pun kebingungan, mungkin karena belum pernah ditolong orang yang tidak dikenal.Â
Saya juga merasa aneh dengan ketidakragu-raguan menolong orang tersebut. Anehnya saya bahagia melakukan itu.
Saya juga menjadi peka dengan kesulitan dan masalah anak-anak. Saat itu anak kedua si Michael menangis-nangis karena ujiannya sulit dan takut tidak lulus.
Saya sebagai ibunya, dengan yakin menguatkannya dan menenangkannya dan terus mengajak belajar dengan keras dan berdoa. Mengajak Michael untuk berpasrah, berserah dan tetap dengan tenang belajar.
Seperti bendungan yang baru dibuka. Saat baru saja dibuka aliran begitu kuat dan besar, tetapi suatu saat tidak lagi meluap-luap.
Hal tersebut biasa, jadi terus setia dan terus mohon bimbingan Roh Kudus, supaya aliran cinta Roh Kudus terus mengalir meskipun kecil dan tidak meluap-luap lagi dan pelan-pelan membuahkan buah-buah Roh. Yaitu, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.Â
Semoga.
Selamat hari raya Pentakosta bagi yang merayakannya.
***
Dietzenbach, 7 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H