Setiap anak memiliki permainan yang berbeda
Saya ibu dari dua anak laki- laki. Selisih keduanya tiga tahun. Mereka memiliki ketertarikan pada mainan yang berbeda. Anak pertamaku sejak kecil mainan kesayangannya bola. Jadi sangat sederhana. Main bola dengan siapa saja, kami kedua orang tuanya saat masih kanak- kanak dan teman- temannya.Â
Sesudah besar permainan bolanya tidak hanya di halaman tetapi di permainan PS dan X-Box dan masuk ke klub Handball. Di kemudian hari, anak keduakupun juga ikut main PS, X-Box , Nintendo dan klub Handball juga.
Sedangkan anak keduaku, sejak kecil mainan kesayangannya duplo kemudian lego.
Lego mulai yang sederhana sampai yang rumit seperti kereta api komplet dengan rel dan gerbong- gerbongnya , pesawat terbang dan banyak jenis mobil dan truk lego. Pemainan- permainan tersebut di atas tidaklah murah.
Untuk membeli lego hampir selalu saya ijinkan
Untuk permaian lego, hampir selalu saya ijinkan. Karena dengan bermain lego anak belajar konsentrasi. Cara membangun ada tuntunannya tetapi tetap perlu kesabaran dan ketelatenan dan konsentrasi.
Bila sedang membangun sesuatu dari anak keduaku selalu bilang ke kami " Ich brauche konsentration, bitte nicht so laut" yang artinya Saya perlu konsentrasi tolong jangan ribut dan keras- keras"
Sedang anak pertamaku kalau kesabarannya sudah habis selalu bilang Mama kannst du bitte mich helfen das Lego fertig zu bauen? Yang artinya Mama bisa bantu saya untuk menyelesaikannya."
Saking senangnya main lego, sering kami berlibur sehari ke Legoland Jerman di dekat Guenzburg. Terletak di negara bagian Bavaria.
Hampir selalu saya ijinkan untuk membeli lego. Terutama bila mendapatkan hadiah- hadiah seperti hadiah lebaran dimana anak- anak mendapatkan banyak uang, untuk membeli lego.Â
Uang dari hadiah untuk membeli buku selalu saya ijinkan, bahkan untuk membeli buku setiap bulan ada anggaran buku untuk anak- anak.
Untuk permainan konsol yang mahal, dari uang hadiah dan uang dari bekerja, pekerjaan yang diijinkan.Â
Pembelian mainan- mainan PS, X-Box dan Nintendo hampir tidak pernah saya belikan. Kalau ingin memiliki permainan ini, biasanya mendapat hadiah uang seperti di hari lebaran untuk anak- anak di tanah air.
Karena harganya mahal, saya sarankan untuk menabung dan mencari uang sendiri dengan kerja yang diijinkan menurut usianya.
Misalnya anak-anak di Jerman mulai usia 13 tahun boleh bekerja. Pekerjaan untuk anak usia 13 tahun ini harus pekerjaan yang ringan, misalnya loper koran mingguan, jalan- jalan dengan anjing, mengantar obat dari apotek ke rumah- rumah dan lain sebagainya.Â
Pekerjaan ini antara jam 08.00 pagi sampai jam 18.00. Setiap jamnya anak- anak dibayar 10 Euro. Pekerjaan ini setiap hari hanya boleh dilakukan selama 2 jam.
Jadi untuk membeli permainan konsol saya mengizinkan dari uang hadiah ditambah uang dari hasil kerja sendiri. Seandainya kurang sedikit akan saya tambahi.
Permainan ini boleh dibeli dengan syarat mematuhi peraturan kapan boleh main dan berapa lama bermain. Misalnya hanya boleh bermain di akhir pekan dan pekerjaan rumah telah diselesaikan.
Jenis permainannyapun bukan permainan perang dan tembak- tembakan. Jenis ini tidak pernah saya setujui.
Hadiah uang untuk membeli kamera
Uang hadiah untuk membeli kamera, karena ingin belajar fotografi. Saat itu Philipp anak pertamaku menerima sakramen krisma. Krisma suatu upacara di gereja katholik untuk anak- anak yang mulai dewasa.
Saat itu Philipp berusia 16 tahun. Uang hadiah dari sanak saudara cukup untuk membeli kamera. Saat itu saya ijinkan membeli kamera.
Membuka rekening tabungan anak sejak dini dan hadiah uang tidak harus selalu dibelanjakan
Sejak mereka lahir saya telah membuka rekening tabungan untuk anak- anak. Uang hadiah kelahiran, ulang tahun dan hari- hari raya dari sanak keluarga saya masukkan di rekening tersebut.
Saat mereka mulai taman kanak- kanak, setiap bulan saya ajak ke bank untuk membayar sendiri uang tabungannya. Kebiasaan ini terus dilakukan sampai mereka umur 18 tahun dan tidak tinggal lagi di rumah kami. Saat itu belum ada online banking.
Uang hadiah seperti uang lebaran tidak harus segera dibelanjakan. Kadang mereka senang dengan hadiah- hadiah uang tersebut dan senang dengan bertambahnya jumlah uang di rekeningnya.
Inilah sedikit pengalaman saya bagaimana anak- anak menggunakan uang hadiah.
Salam hangat
iin assenheimer
Dietzenbach, 9 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H