Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Pengalaman Mendampingi Anak-anak Menentukan Pilihan Jurusan Kuliah di Jerman

11 Maret 2022   20:25 Diperbarui: 14 Maret 2022   05:00 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto majalah dengan edisi khusus pilihan jurusan di Universitas/dokpri

Kali ini Kompasiana menawarkan tema pemilihan jurusan kuliah. Wah senang sekali, sebagai seorang ibu dari dua putra tidak sabar ingin membagikan pengalaman, bagaimana mendampingi anak- anak memilih jurusan kuliah.

Pemilihan jurusan merupakan proses yang panjang.

Menurut saya pemilihan jurusan kuliah itu merupakan suatu proses. Jadi tidak ditentukan pada akhir SMA saat harus memilih jurusan kuliah.

Seperti telah saya tulis beberapa waktu lalu tentang kurikulum merdeka di Jerman.

Dimana anak- anak sejak dini telah digali dalam diri masing- masing apa bakat dan minatnya dalam belajar.

Selain itu anak- anak dibiarkan memiliki mimpi dan cita- cita sejak dini. Bila anak- anak memiliki mimpi dan cita- cita, mereka akan rela belajar dan bekerja keras untuk meraih cita- cita tersebut.

Cita-cita anak- anak dari hari ke hari semakin jelas dan realistis seiring dengan pengenalan akan kemampuan dan minat yang ada dalam dirinya.

Apa bila anak- anak memiliki tujuan dan cita- cita anak- anak menjadi tahu tujuan belajar. Bila anak- anak tahu tujuan belajar mereka otomatis akan rajin belajar tanpa dipaksa.

Bagaimana saya mendampingi anak- anak dan turut menyiapkan anak- anak memilih  jurusan?

-Memberi dan membacakan buku tentang berbagai profesi sejak dini.

Dari kecil saya membacakan buku- buku anak- anak tentang berbagai profesi, baik itu dokter, perawat, pilot, masinis kereta dan lain sebagainya.

-Mengajak anak- anak mengunjungi museum.

 Misalnya mengunjungi museum uang di Frankfurt atau Geld Museum. Di sana kelihatan seberapa besar ketertarikan anak- anak dengan masalah- masalah keuangan dan perbankan.

Mengajak mereka ke museum  mobil, misalnya museum Mercedes atau Porsche di Stuttgart, museum pesawat terbang di Speyer.  Dari sini bisa dilihat minat anak- anak tentang tehnik dan lain sebagainya.

-Membeli majalah tentang Jurusan dan Matakuliah dan membiarkan anak- anak membaca bacaan sejak SMP atau masuk Gymnasium Mittelstufe.

Setelah usia  meningkat remaja  misalnya mereka sudah masuk SMP atau mulai masuk SMA,  saya membeli majalah tentang memilih jurusan di perguruan tinggi.

 Majalah ini biasa terbit di saat- saat ujian akhir sekolah dan diterbitkan berbagai  majalah, misalnya Der Zeit, Focus, Spiegel dan lain- lain yang menerbitkan edisi khusus tentang pedoman memilih jurusan studi di Universitas atau Hochschule (Sekolah Tinggi).

Foto majalah dengan edisi khusus pilihan jurusan di Universitas/dokpri
Foto majalah dengan edisi khusus pilihan jurusan di Universitas/dokpri

Selain membiarkan anak- anak membaca tentang jurusan apa saja yang ada. Saya ibunya juga turut membaca, karena penting juga untuk saya tahu jurusan apa saja yang di Universitas dan Hochschulle  ( Sekolah Tinggi) di Jerman.

Di majalah- majalah tersebut juga di tulis hampir semua Universitas dan Hochschule  di Jerman. Setiap universitas dan perguruan tinggi tidak menawarkan jurusan yang sama. Selain itu juga ditulis mata kuliah apa saja yang nantinya harus diambil bila memilih jurusan tertentu.

Bahkan tentang informasi bagaimana mendapatkan beasiswa  juga ada dalam majalah- majalah tersebut.

Kemungkinan untuk belajar di luar negri dan tip- tipnya juga ada dalam majalah tersebut.

Dengan demikian anak- anak telah memiliki gambaran, mata kuliah apa yang akan di tempuh bila memilih jurusan tertentu.

Pekerjaan di bidang apa saja nantinya memungkinkan bila memilih jurusan tertentu.

Jadi dari dini saya berusaha menyiapkan dan mengarahkan anak-anak ke bidang pekerjaan tertentu berdasarkan pemilihan jurusan tersebut.

- Hobby

Hobby dan kegemaran anak- anak juga  menentukan pilihan jurusan.

Kedua anak- anak saya memiliki hobby sport. Mereka berdua main Handball dan mereka berdua merupakan pemain pilihan di kota kami.

 Jadi selain mereka bermain di Klubnya juga sering bermain dan bertanding di Klub pemain- pemain pilihan.

Nah, kalau main di grup pilihan ini, hampir semua anak- anak memiliki motivasi permainan yang tinggi. 

Banyak dari anak- anak ini ingin masuk ke Asrama khusus pemain Handball dan SMA atau Gymnasium yang titik berat pendidikannya Handball. 

Sekolah dan asrama ini nanti mencetak pemain- pemain profesional  Handball.

Banyak dari anak- anak ini bila tidak menjadi pemain profesional, studi di jurusan Sport Wiessenschaft.  Yang nantinya menjadi tenaga- ahli di bidang olahraga.

Saat itu anak pertamaku juga ingin mengambil jurusan Sport Wissenschaft, tetapi karena lututnya pernah luka parah karena main Hanball harus melupakan keinginannya itu dan beralih ke bidang lain.

Akhirnya anak pertamaku memilih mengambil Ausbildung atau studi dan bekerja  di bidang Immobilien atau jual beli rumah, tanah dan properti.

Mengambil jurusan studi, Immobilien Ekonomi di Hochschule Eltville am Rhein.

Saat ini bekerja di bidang Immobilien atau real estate di Frankfurt.

Selain sport, juga hobby - hobby yang lain, misalnya bermain musik, piano misalnya. 

Mereka nanti sekolah musik dan menjadi guru musik atau pemain  orkestra di grup- grup orkestra yang banyak di Jerman dan Eropa.

-Kurikulum Merdeka yang di tetapkan di Kindergarten atau Taman- Kanak- kanak, Sekolah , Universitas dan Perguruan Tinggi di Jerman memungkinkan anak- anak memilih jurusan yang tepat.

Hal ini dikarenakan anak- anak telah di arahkan untuk pengenalan diri sejak dini. Anak- anak berani jujur untuk menentukan bidang apa dan ketrampilan apa yang dimiliki dan disukai.

Misalnya pada saat SMP, sudah di tawarkan untuk belajar bahasa  asing lain selain bahasa  Inggris, terutama untuk anak- anak di Gymnasium atau setaraf SMA.

Anak- anak yang tertarik bidang Natur Wissenschaft atau Ilmu-ilmu Pasti Alam,  lebih suka mengambil bahasa latin sebagai pilihan bahasa supaya nanti menunjang bila nanti studi kedokteran, biologi , kimia dan lain sebagainya.

Saat itu kedua anak - anak saya memilih bahasa Perancis  sebagai bahasa pilihan mereka. 

Perancis merupakan bahasa para diplomat. Anak pertamaku  saat itu pengin sekali bekerja di bidang ini.

Dari kurikulum merdeka di mana anak- anak sejak kelas 5 sudah masuk ke Gymnasium. 

Mereka mulai pelan- pelan memilih mata pelajaran yang diminati dan menunjang cita- citanya tidak sulit dan bingung lagi untuk menentukan jurusan apa nantinya.

- Bekerja Sosial

Banyak dari anak- anak atau teman- temannya Philipp dan Michael belum tahu juga mau memilih jurusan apa. 

Dari mereka ada yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai pekerja sosial di lembaga- lembaga sosial yang banyak di Jerman. 

Selama kerja sosial, mereka memikir, menimbang dan melihat kebutuhan masyarakat dan keinginan bidang studi apa yang mau ditempuhnya.

 Misalnya si Niklas, sesudah menyelesaikan ujian SMAnya atau Abitur, bekerja di AWO (Arbeiterwohlfahrt) . Yaitu suatu lembaga sosial milik pemerintah yang banyak membantu orang- orang lanjut usia.

Orang- orang muda ini, biasanya sudah memiliki surat  mengemudi. 

Jadi dengan lembaga ini mengorganisir  pertolongan kepada para senioren di kota kami, misalnya mengantar mereka berbelanja, mengantar ke dokter dan lain sebagainya.

Dan masih banyak bidang - bidang sosial lain yang menampung anak- anak muda  ini, sambil berfikir- fikir bidang apa  yang tepat untuk dipilihnya.

Akhirnya Niklas telah menemukan pilihannya, studi di bidang Biologi. Sekarang Niklas telah menyelesaikan studinya dan bekerja.

Demikian juga Philipp anak pertamaku, setelah selesai ujian SMA belum tahu jurusan apa yang mau dipilihnya. 

Selesai ujian SMA atau Abitur  ke Indonesia untuk belajar bahasa  Indonesia secara intensiv dan mengambil kursus bahasa Indonesia di Universitas Sanata Dharma.

Philipp juga bekerja sukarela  dengan menjadi native speaker di kelas  bahasa Jerman di SMA 1 di Yogyakarta.

Dari sana akhirnya Philipp tahu jurusan apa yang mau dipilihnya. 

Dari Indonesia pula Philipp waktu itu mendaftar ke Uni dan di terima di jurusan Politik Wisssenschaft di Universitas Johannes Gutenberg  Mainz.

Philipp cerita, kelas Jerman di mana dia menjadi native speaker, merupakan anak- anak yang cerdas dan aktiv.

Philipp  di kelas Jerman  di SMA 1 Yogyakarta
Philipp  di kelas Jerman  di SMA 1 Yogyakarta

Philipp cerita, banyak dari mereka, orang tua sangat mempengaruhi dan menentukan pilihan jurusan.

Misalnya kakaknya sudah ambil kedokteran, orang tua menganjurkan untuk memilih jurusan tehnik. Jadi tidak semua anak memilih atas pilihan sendiri. 

Orang tua sangat mempengaruhi pemilihan jurusan.

Hal ini sangat berbeda dengan anak-anak Jerman. Anak Jerman memilih sendiri dan memberikan alasan dan latar  belakang pemilihan jurusan. 

-Work and Travel, bekerja dan berkelana

Yana, temannya Philipp bukan nama sebenarnya, pada saat selesai ujian SMA atau Abitur juga belum tahu mau studi apa. Akhirnya Yana pergi ke Australia. Di Australia bekerja di perkebunan anggur.

Pulang dari Australia Yana telah menentukan dan memilih studi Wirtschaft Internasional atau Ekonomi Internasional. 

 Saat ini Yana  bekerja di perusahaan Multinasional di Heildeberg Jerman.

- Teman dan kenalan mempengaruhi pilihan bidang studi.

Tidak dipungkiri pergaulan dan teman- teman sangat mempengaruhi pilihan jurusan dan studi anak- anak  saya.

Anak babtisku dan suaminya bekerja di suatu bank di Swiss. 

Sejak anak- anak masih kecil kami sering  mengunjungi anak babtisku dan suaminya di Swiss. Mereka berdua juga sering menginjungi kami di Dietzenbach.

 Bukan hanya kami orang tuanya, tapi anak- anak akrap sekali dengan mereka, mereka juga sering cerita tentang pekerjaan dan cita- cita  mereka pada kami dan anak- anak kami.

Begitu dekatnya hubungan kami, seperti kakak sepupu untuk anak- anak kami. Sehingga saat Michael lulus SMA dan berkeinginan untuk studi Ekonomi di Swiss. 

Mereka sangat  mendorong anak kedua kami si Michael memilih jurusan Ekonomi Manejemen.  

Setelah  banyak berdiskusi dan bertanya pada mereka berdua, Michael kuliah Ekonomi Manejemen.

Pada ulang tahun ke 18 anak-anak mendapatkan hadiah sejumlah uang dari oma opanya. Sejak itu anak-anak  sangat tertarik untuk mulai menginvestasikan hadiahnya.

Michael mulai sibuk dengan mempelajari tentang investment.

Nantinya Michael ingin bekerja di bidang investment banking.

Tempat studi tidak di Jerman tetapi di Swiss. selain  keputusan Michael sendiri juga banyak mendapatkan saran dari anak babtisku dan suaminya. 

 Anak babtisku yang juga lulusan Uni St. Gallen Swiss. Michael akhirnya memilih jurusan Ekonomi Manajemen di Universitas St. Gallen di Swiss. 

Pertimbangan ini diambil karena di bidang ekonomi, Universitas St. Gallen merupakan universitas dengan rangking pertama di bidang ekonomi di Eropa.

Keputusan Michael inipun mempengaruhi teman- teman dekatnya. Banyak dari mereka juga mengambil jurusan ekonomi seperti Michael.


Saat ini Michael sudah menyelesaikan teorinya ,  sedang praktikum di suatu perusahaan di Zuerich  dan menyelesaikan Bachelorarbeitnya atau skripsinya.

Inilah beberapa pengalaman kecil mendampingi anak- anak dalam memilih jurusan kuliah di Universitas.

Salam hangat dan sukses untuk anak- anak, masa depan bangsa.

Dietzenbach 11 Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun