Berakhir pekan ke Zuerich
Akhir pekan ini untuk saya libur panjang karena hari-hari sebelumnya melebihi jam kerja.Â
Wah lumayan, libur mulai dari Jumat sampai Rabu. Apalagi, cuaca minggu ini bagus banget hampir setiap hari ada matahari.Â
Meskipun malam dan pagi suhu masih di bawah nol derajat, tetapi begitu matahari menampakkan sinarnya pelan-pelan suhu naik juga, sampai 7 derajat celcius.
Apalagi anak bungsuku kemarin nulis, "Mama ich bin krank" (mama saya sakit) wah pikiranku sudah cemas, jangan- jangan kena Omicron.Â
Semalaman aku nggak tenang tidur, moga-moga nggak parah. Hari berikutnya aku tanya lagi dan dijawab, "Mama, aku tes negatif, hanya kecapekan, seminggu ini terlalu sedikit tidur dan kemarin naik bukit bersalju di atas Luzern aku tidak cukup tebal berpakaian juga tanpa penutup kepala dan schall."
Oh Allah, syukurlah nak. Michael mengirim foto-foto jalan-jalannya dengan teman kuliahnya si Thomas (bukan nama sebenarnya).
Bensin mahal akibat perang
Karena libur beberapa hari, aku pun lihat-lihat harga tiket di App Deutscher Bahn.Â
Suami bilang, "Nimmt doch Auto (naik mobil saja). Tidak, terlalu mahal naik mobil, lagi pula saya males nyetir mobil dari Frankfurt ke Zuerich 430 kilometer."
Apalagi sejak perang Ukraina harga bensin mahal sekali. Satu liter bensin 2 Euro, yang tadinya hanya berkisar 1 Euro 60 Cent sampai 1 Euro 70 Cent. Sedangkan di Swiss seharga 2 Franken 10 Cent atau sekitar 40 ribu Rupiah.
Harga tiket kereta dari Frankfurt ke Zuerich hari Jumat sekita 100 Euro sampai 160 Euro. Akhirnya saya menemukan harga yang murah sekali, hanya 45 Euro sudah termasuk pesan tempat duduk 4 Euro.Â
Satu-satunya harga tiket di bawah 100 Euro, yaitu jam 05.50 pada hari Sabtu. Jam 10.00 sudah sampai di Zuerich. Murah cepat dan tanpa harus pindah dan ganti kereta, wah ideal.Â
Seandainya naik mobil, saat ini paling tidak dengan mobil kecilku satu jalan, aku harus mengisi bensin volltanken 100 Euro, pulang pergi 200 Euro. Belum parkir di pinggir jalan semalam di Swiss 9 Franken. Wah mending naik kereta.
Membeli tiket kereta sambil rebahan
Wah begitu nyaman membeli tiket online, sambil rebahan di sofa. Inget zaman dulu beli tiket harus antri di loket statiun kereta, mesti ambil nomor antri dan parkir yang mahal di tempat parkir stasiun kereta.
Dengan harga kereta yang sama cuma 45 Euro dari halte bus dekat rumah sampai halte bus dekat apartemennya Michael di Oerlikon Zuerich, Swiss.
Suami mengantar ke Haupbahnhof
Jam 05.00 pagi, suami mengantar dengan mobil sampai stasiun kereta Frankfurt. Sebenarnya saya membeli tiket kereta dari Dietzenbach.Â
Dari Dietzenbach bisa naik bus dari bus halte dekat rumah, sampai stasiun kereta Dietzenbach dan naik S Bahn sampai Frankfurt.
Karena jalur tertentu sedang diperbaiki yaitu jalur bawah tanah dari Offenbach Ost sampai Kaiserlei, sering terjadi keterlambatan dan harus memakai alat transportasi pengganti yaitu bus, dari Offenbach Bieber ke Kaiserlei.
Kemudian dari Kaiselei sambung kereta atau S Bahn ke Frankfurt Station pusat atau Haupbahnhof. Jadi, terlalu lama dan tidak praktis, ya mending diantar suami sampai stasiun kereta pusat Frankfurt.
Di Swiss mulai normal hampir tidak ada peraturan ketat lagi
Sebelum berangkat, saya lihat dahulu syarat- syarat yang harus dipenuhi sebelum masuk negara Swiss.Â
Ternyata semua persyaratan pendaftaran dan syarat tes semua sudah ditiadakan, jadi sudah bebas masuk ke Swiss tanpa mengisi formulir terkait dengan situasi pandemi Covid yang makin membaik di Swiss juga di Jerman. Yang mana dulu harus mendaftarkan diri dahulu secara online di departemen kesehatan Zuerich dan harus menunjukkan tes negatif.
Demikian juga untuk masuk ke Jerman tidak perlu tes atau pun karantina lagi, karena Swiss sempat menjadi daerah terinfeksi tinggi.
Sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di Jerman, hanya membawa paspor yang berlaku tidak kurang dari enam bulan dan izin tinggal di Jerman.
Sejak tanggal 17 Februari 2022, keharusan memakai masker di toko-toko, restoran, gereja, bioskop, teater dan lain-lain tidak ada lagi.
Tidak ada lagi peraturan yang mengharuskan memiliki sertifikat vaksin, sertifikat sembuh, dan surat tes negatif bagi pengunjung restoran, toko- toko, gereja, bioskop dan lain- lain tidak ada lagi.
Kewajiban mengenakan masker VP2 masker di kereta, bus dan semua transportasi umum masih berlaku dan di rumah sakit, praktek- prakter dokter dan pelayanan kesehatan.
Di Jerman semua masih berlaku sampai akhir Maret, kemungkinan awal April juga seperti Swiss semua peraturan masih berlaku.
Jam 05.40, kami telah sampai di stasiun kereta, sebelumnya kami mesti berputar-putar karena di stasiun kereta Frakfurt sedang diperbaiki dan dibangun. Sehingga kami harus lebih lama berputar-putar karena jalan yang biasa kami lewati ditutup.Â
Untunglah kami mendapatkan tempat parkir tidak jauh dari stasiun kereta dan masih ada waktu untuk mencapai kereta ICE jurusan Zuerich yang sudah menunggu. Akhirnya saya menemukan tempat duduk nomor 104 di gerbong nomor 7.Â
Saya memesan tempat di pinggir jendela dengan meja dan gerbong pemakai Handy, sehingga boleh menelepon, meskipun tetap berbisik tidak boleh keras-keras.
Jam 05.50, tepat kereta meluncur menuju Zuerich, hari masih gelap, tidak banyak penumpang. Tempat duduk saya yang memakai meja, terdiri dari 5 kursi masih kosong, hanya saya sendiri.
Karena di luar juga masih gelap, aku coba memejamkan mataku. Sebelumnya kondektur telah mengecek karcis keretaku yang berada di handyku.
Penumpang di seberang tempat dudukku juga langsung memejamkan mata.
Kereta terus meluncur dengan kecepatan tinggi, ICE biasa melaju dengan kecepatan 200 Kilometer per jam. Hari semakin terang, kesibukan hari Sabtu pagi di luar sana mulai nampak.
Stasiun kereta Mannheim telah terlewati, beberapa penumpang mulai naik dan pelan- pelan memenuhi gerbong kereta.
Stasiun, kereta Kalhsruhe juga terlewati, masih saja aku duduk sendiri, tempat duduk depan dan sampingku masih tetap kosong.Â
Aku nikmati perjalanan kesendirianku, aku buka teh bawaan dari rumah dan mie goreng yang semalam sengaja aku buat untuk bekalku dan sebagian lagi untuk Michael kalau nanti sampai di apartemennya.
Studen yang merenda dan mewarnaiÂ
Setelah menyantap mie goreng dan separuh apel dan minum teh hangat, kereta telah sampai di Freiburg.
Freiburg merupakan Studentenstadt, atau kota student. Dari sini tempat di depanku tidak kosong lagi, dua anak gadis student menempati tempat duduk di depanku.
Melihat bawaannya yang panjang besar pasti peralatan ski. Benar juga, dari pembicaraannya dua student tersebut mau berakhir pekan ke Swiss dan main ski. Selain dari peralatan yang mereka bawa juga dari pembicaraannya tentang ski.
Hal yang menarik perhatianku, kedua gadis tersebut sambil terus bercerita tidak pegang handy, tetapi masing-masing mengeluarkan pekerjaan tangannya.Â
Gadis yang sebelah kiri mengeluarkan pensil berwarna dan block dengan bermotif yang belum ada warnanya.Â
Gadis yang di sebelah kanan, mengeluarkan dua warna gulungan benang wohl putih dan hijau, juga hasil rendaan yang belum jadi dan alat merenda.
Wah aku heran sekali, sungguh aneh di zaman now di mana gadget merupakan alat permainan pengusir bosan, kedua orang muda di depanku malah merenda dan mewarnai, wow.
Aku sangat tertarik dengan kesibukan mereka, aku tanya mau bikin apa dengan benang rendaan itu. Gadis itu bilang mau bikin tas. Wow semakin kagum aku.Â
Sedangkan gadis yang di sampingnya terus mewarnai gambar dengan pensil- pensil warnanya. Wow indah sekali juga, memilih warna- warna dan menggoreskannya, sehingga menghasilkan gambar dengan warna yang bagus menawan.
Dari sini kereta mulai penuh. Banyak dari mereka yang mau berliburan akhir pekan ke gunung, baik itu main ski atau sekedar wandern atau hiking.Â
Dari peralatan yang mereka bawa, kelihatan kalau mereka mau berlibur akhir pekan wandern, kelihatan dari tongkat yang mereka bawa dan sepatu yang mereka kenakan atau yang mau main ski terlihat dari peralatannya.
Sekarang saya mengerti mengapa di setiap gerbong kereta kecuali gerbong makan, ada tempat meletakkan koper dan barang bawaan yang begitu lebar dan bertingkat, ternyata ya peralatan ski membutuhkan tempat yang panjang.
Kereta yang saya tumpangi hanya berhenti sebentar di Zuerich dan melanjutkan perjalanan sampai ke kota Chur.
Saya pun turun di Zuerich dan meneruskan perjalanan ke Zuerich Oerlikon dengan naik SBahn, yaitu kereta yang menghubungkan kota- kota kecil di sekitar Zuerich.
Dari Zuerich Bahhof ke Oerlikon hanya satu stasiun. Dari Oerlikon Bahnhof ke apartemen Michael saya naik bus, cuma 3 halte sampai ke halte dekat Michael tinggal, halte Chaletweg.
Jam 10.19, saya sampai di Apartemen Michael, matahari bersinar dengan suhu 7 derajat, angin dingin masih saja terasa meskipun matahari indah bersinar.
Jalan- jalan masih sepi, bunga- bunga ruput pertama sudah mulai muncul, kicau burung pun meski samar sudah mulai terdengar.
Covid pun pelan tapi pasti juga pergi dan tidak menakutkan lagi, bersamaan dengan hadirnya mentari dan vaksin yang diterima hampir semua orang di Swiss dan Jerman.
Salam hangat dan salam sehat.
Oerlikon-Zuerich, 7 Maret 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI