Selain tempe kedelai saya sering membuat tempe dari Butterbohnen, yaitu semacam kacang polong tetapi lebih besar.
Saya suka membuat tempe dari Butterbohnen, karena mengingatkan saya akan tempe beguk atau tempe koro di Ganjuran, desa tercintaku.
Tempe benguk bacem buatan simbah putri enak tiada duanya. Tempe yang rumit dan sakral, karena sulit dan panjang proses pembuatannya.
Tempe benguk Ganjuran lebih rumit, karena kacangnya yang besar itu dipotong- potong lebih dahulu. Berbeda dengan tempe koro yang lunak. Mungkin karena benguk lebih keras, sehingga harus dipotong- potong lebih dahulu.
Wah, betapa memerlukan ketelatenan dan pekerjaan yang panjang untuk membuat tempe benguk. Respeckt dengan orang- orang pembuat tempe, terutama tempe benguk yang bijinya  diiris- iris dahulu.
Tempe benguk dari Kalibawang Kulonprogo, rumah simbah Kakung dari pihak ibu tidak dipotong- potong, dibiarkan utuh.
Enak juga, tetapi saya lebih suka tempe benguk Ganjuran yang bijinya dipotong.
Tempe benguk atau tempe koro bacem atau goreng tepung, hmmm sedap. Tempe ini makanan jajan saat di Sekolah  Dasar. Kami selalu menikmati tempe benguk atau tempe koro goreng tepung buatan mbok Min, istri penjaga sekolah pak Min, yang memiliki warung di sekolah.
Karena kangen makanan masa kecil inilah saya sering membuat tempe dari Butterbohnen.
Cara pembuatan tempe kedelai atau Butterbohnen sama. Kelebihan tempe dari Butterbohnen, karena bijinya yang agak besar, jadi proses pengupasan dari kulitnya lebih gampang dan cepat.
Bahan- bahan yang di perlukan:
1 kilogram kedelai  atau kacang lain, misalnya Butterbohnen, benguk atau koro.