Pada saat masih lemas dan tidak ada kekuatan untuk turun, temannya yang lebih fit mengambil dan membawa sup dan lain-lain ke ke apartemennya.Â
Jadi pada prinsipnya saya masakan sup ayam, soto ayam, bubur ayam pokoknya serba kuah dan sup dari ayam kampung, bukan dari kaldu blok atau kaldu instan. Jahe merupakan salah satu bumbu penting dalam sup, soto dan bubur ayam yang aku kirimkan ke ponakanku.
Karena jarak rumah kami dan kostnya sekitar 30 kilometer, saya mengantar makanan tiga hari sekali. Kalau pas saya tidak mengantar makanan, saudara temannya yang orang Italia mengantar makanan.
Saya dan mamanya selalu bilang untuk hirup udara segar. Karena masih dikarantina dan tidak boleh keluar dari apartemen, sering-sering jendela dibuka, meskipun dingin.Â
"Memakai jaket dan buka jendela. Duduklah dipinggir jendela bila kebetulan ada matahari, nak." kata mamanya.
Setelah seminggu, keadaan semakin membaik, keponakanku bilang mulai bisa merasakan masakan, terutama kiriman nasi kuning, sambel goreng pritil, daging sapi cacah, dan acar mentimun.
Pertama kali keponakanku bilang, "Bulik, nasi kuning dan sambel gorengnya enak."
Waduh leganya hatiku, akhirnya keponakku sembuh dan bisa mengecap makanan lagi.
Lha wong pas ulang tahun kena Covid, ya bagaimana lagi. Kalau tidak bisa merayakan pesta ulang tahunnya karena terpapar Covid, ya setidaknya mendapat kiriman dari buliknya nasi kuning supaya cepet sembuh.
Di hari ke sepuluh, keponakanku telpon, sudah tidak panas lagi dan merasa fit lagi. Tes PCR terakhir juga sudah negatif, puji Tuhan.
Kalau saya amati, dari orang-orang di sekitar saya yang terkena Covid, bahwa varian Omicron tidak separah varian Delta tahun lalu, namun yang terpapar lebih banyak.Â