Pada saat ujian sekolah, latihan dikurangi dan minta izin pelatih, tetapi tidak berarti berhenti sama sekali.Â
Mengapa tidak berhenti sama sekali saja? Ya karena dengan bermain handball, anak-anak justru keluar dari situasi belajar yang tegang ke suasana berlatih dan bertanding, di mana anak-anak dapat berlari dan berteriak sebagai bentuk dari keseimbangan hidup.
5. Belajar bersikap sportlich: belajar memaafkan, menerima kekalahan, dan menjadi pemenang yang tidak arogan
Dalam suatu pertandingan sering sekali terjadi suatu kejadian di mana anak-anak terpancing emosi atau marah dalam bermain.Â
Misalnya dalam suatu pertandingan yang sengit seorang pemain jatuh karena didorong dengan sengaja.Â
Dalam situasi tersebut, anak yang mendorong mendapat kartu kuning atau tidak jarang kartu merah.Â
Dalam situasi seperti ini anak yang mendorong harus memberikan tangan dan meminta maaf pada anak yang terjatuh dan didorong dan baru boleh bermain lagi.Â
Apabila masih kelihatan menendam dan marah, oleh wasit akan diminta keluar dari arena pertandingan.Â
Keputusan seperti ini bagus untuk perkembangan emosi anak-anak supaya belajar memaafkan dan belajar mengendalikan emosi.
Apabila terjadi kekalahan, supaya tidak terpuruk dan marah-marah mencari kesalahan, tetapi mengakui kalau harus berlatih lebih baik lagi dan memperbaiki permainan supaya permainan berikutnya menang.
Demikian juga kalau menang, bergembira dan tidak menjadi sombong dan merendahkan lawan.