Kami mengenal anak-anak satu verein atau klubnya dan mengenal orangtuanya juga. Jadi sebagai orangtua merasa tenang kalau tahu dengan siapa anak-anak berteman.Â
Hal ini untuk menghindari anak-anak dari pengaruh buruk akibat pergaulan yang salah memilih teman.
3. Belajar toleransi
Dalam suatu verein, anak-anak datang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Di sana anak-anak belajar bertoleransi juga.Â
Karena di kampungku berpenduduk lebih dari 34.000 jiwa dan lebih dari 80 bangsa, tentu saja di verein handball akan banyak orang dari berbagai bangsa.Â
Anakku yang separo Jerman-Indonesia, memiliki teman baik separo India dan Jerman yang bernama Dennis, Tarkan anak Turki, Anas anak Palestina dan tentu saja anak-anak Jerman dan masih banyak lagi.
4. Belajar disiplin dan membagi waktu
Anak-anak pergi latihan handball selalu sore hari sepulang dari sekolah, tergantung usiannya. Semakin dewasa, semakin malam jam latihannya.Â
Selain latihan handball, mereka harus mengerjakan PR dan tugas-tugas sekolah lainnya. Supaya nilai di sekolah tetap bagus, anak-anak sudah harus membuat perencanaan, kapan harus belajar dan mengerjakan tugas sekolah supaya dua-duanya mencapai nilai yang optimal.
Terus terang dalam hal ini saya pernah cemas. Sebagai orangtua pun saya masih harus selalu belajar.Â
Ketika anak-anak masih kecil, saya sebagai ibunya harus selalu mengingatkan apakah PR dan tugas selesai sebelum pergi latihan.Â