Kami tinggal di negeri empat musim, sehingga anak-anak tidak bisa bermain di luar rumah bila udara sudah terlalu dingin.Â
Aku juga tidak mau anak-anak hanya di dalam rumah sepanjang hari, apalagi anak-anak zaman sekarang terlalu lama bermain Gadget. Aku ingin anak-anak bergerak dan berlari-lari di alam bebas.Â
Beruntung kami tinggal di desa, rumah kami berhalaman luas. Dan juga, persis di belakang rumah kami ada taman bermain.Â
Selain bergerak, berlari, dan bermain, di taman bermain anak-anak juga dapat bertemu dan bermain dengan teman sebaya.
Sejak kecil Philipp, anak pertamaku telah menyukai bola. Pada usia 11 bulan sudah bisa berjalan, bila diberi bola, matanya langsung berbinar-binar dan ingin mengejarnya. Wah lumayan, aku tidak perlu membeli mainan mahal-mahal, cukup bola saja.Â
Umur 3 tahun anakku mulai masuk taman kanak-kanak atau kindergarten. Anak-anak mulai memiliki banyak teman dan kadang kencan dan saling mengundang untuk bermain di rumah.Â
Selain anak-anak memiliki teman baru, saya pun sebagai ibunya mendapatkan teman baru juga, yaitu orangtua dari anak-anak tersebut.Â
Dari pembicaraan antar orangtua, akhirnya kami bertemu dengan oran tua yang berpendapat sama.Â
Dari sana, kami bersepakat mendaftarkan anak-anak kami ke suatu verein olahraga tertentu, sehingga anak-anak akan lebih senang kalau masuk ke suatu klub olahraga bersama dengan teman-teman yang sudah dikenal sebelumnya.Â
Kami beruntung tinggal di Jerman, di mana banyak sekali pilihan klub atau verein olahraga yang telah mencari pemainnya sejak dini, yaitu sejak masih taman kanak-kanak. Jadi hampir setiap klub memiliki grup permainan sejak usia dini atau usia taman kanak-kanak.Â