Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Omongan Tetangga Sebagai Perhatian

8 Mei 2021   06:02 Diperbarui: 9 Mei 2021   03:19 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesempatan ngobrol dengan tetangga 

Bicara tentang omongan tetangga, menurutku penting. Sadar atau tidak sadar kita sebagai manusia memerlukan perhatian. Perhatian ini diperoleh dari keluarga dan ini amat penting dan utama, kemudian  dari tetangga, teman-teman, teman kerja dan dari siapa saja, dimana kita bertemu dan bersosialisasi.  Mungkin seseorang secara materi terpenuhi segala kebutuhannya, tetapi kebutuhan akan perhatian tidak terpenuhi.  Untuk itu omongan tetangga bukanlah hal yang jelek. Omongan tetangga menurutku suatu bentuk dari perhatian. 

Hidup di Jerman dan menikah dengan orang Jerman asli dan keluarga suami merupakan keluarga asli dari kampung kecil kami dan sudah turun temurun tinggal di kampung ini, tidak bisa dihindari omongan tetangga.  Apalagi saya seorang asia yang menikah dengan orang jerman, saat ini mungkin biasa, tetapi 30 tahun yang lalu bila kami jalan-jalan berdua semua mata tertuju ke kami. Pada mulanya aku merasa tidak nyaman dan tidak enak, tetapi suami malah menikmatinya, apalagi setelah kami punya anak dan orang-orang setelah memandang kami langsung menengok ke kereta anak untuk melihat seperti apa anak kami, berkulit coklatkah atau putih seperti mereka.

Suhu udara dingin membuat tetangga dan saya juga cepat-cepat masuk kerumah masing-masing sebelum kedinginan. Dimana suhu udara mulai hangat dan kegiatan di luar rumah mulai ada seperti menyapu trotoar, berkebun,  membuat kami bertemu dengan tetangga dan ngerumpi di pagar rumah kami. Nah disini omongan tetangga berlangsung. Selain membicarakan diri sendiri, membicarakan tetangga depan rumah, tetangga samping rumah. Menarik juga, tetapi aku selalu terlambat mendengar berita terbaru tetangga, karena aku kerja setiap hari dan jarang ada waktu ngerumpi, tetapi kadang-kadang Stenka tetangga depan rumah  atau Ute tetangga sebelah sering memanggilku kalau aku kebetulan keluar dari mobil saat pulang kerja dan sekedar hallo dan apa kabar dan merembet cerita tentang ini dan itu dan membicarakan tetangga. Untukku hal ini menyenangkan.    

Kembali ke omongan tetangga, mengapa saya menganggap suatu perhatian dan merupakan hal yang positiv dan bagaimana saya menghadapi mereka:

1. Keramahan dan sapaan

Kebetulan saya memiliki ibu mertua yang ramah kepada siapa saja. Maklum keluarga  suami turun-temurun  merupakan keluarga Baekerei atau toko roti, sehingga mereka dikenal di desa kami. Ibu mertua saya Mengenalkan saya dengan hampir semua tetangga dan ibu mertua yang ramah itu beliebt atau disukai tetangga. Saya melihat cara ibu mertuaku membawa aku kemana-mana dan mengenalkan ke semua kenalan dan tetangga mungkin dalam rangka menghindari omongan tetangga. Atau kalau menjadi omonganpun, supaya tidak menjadi sekedar omongan supaya para tetangga langsung mengenalku. 

Pada dasarnya orang Jerman ramah, kalau belum kenal kelihatan dingin dan sulit tersenyum  kalau sudah kenal mirip dengan suasana di kampungku dulu di Ganjuran, Bantul.  Dari sini tetangga tidak lagi melihatku sebagai orang asing, tetapi menantunya si Wilma atau menantu dari Baekerei Fey yang terkenal kue Blackforestnya atau Schwarzwaelder Tortenya.

Disini aku melihat omongan tetangga sebagai perkenalan dan penerimaan.


2. Memberi perhatian dan menerima perhatian.

Dari hasil ngerumpi dan omongan tetangga saya mendengar Herr Van Delden yang orang Belanda itu sakit -sakitan dan keluar masuk rumah sakit, atau si Arike anaknya Astrid mau menikah, atau mereka mendengar anakku hari senin nanti masuk sekolah. Hal-hal tersebut aku rasa penting, kami saling memberi perhatian. Memberi dan menerima perhatian itu misalnya Dora tetangga depan rumah  memberi amplop berisi Gutschein atau Voucher dari toko buku untuk anakku yang mau masuk sekolah, atau aku memberikan amplop selamat dengan sedikit hadiah ke calon pengantin si Arike. Perhatian-perhatian kecil ini menyenangkan hidup bersama tetangga.

Kadang di musim panas kami saling undang dengan tetangga, untuk Grillen atau makan  bakar-bakaran bersama, nah disitu seru, pasti kami saling membicarakan tetangga-tetangga kami. Kesempatan seperti ini menyenangkan dan penting, karena kami menjadi lebih dekat lagi. Dari obroalan-obrolan membicarakan tetangga ini kami menjadi saling mengenal dan saling percaya. Sehingga saat kami pergi liburan saling menitipkan rumah kami. Misalnya dengan memberikan kunci rumah dan kunci kotak surat dan kotak koran, supaya kalau kami berlibur kotak surat kami tidak terlalu penuh, atau kalau liburan musim dingin, tetangga ikut membersihkan tumpukan salju di Trotoar rumah kami dan sebaliknya. Hal ini penting karena trotoar harus selalu bersih dari timbunan salju, supaya tidak licin dan tidak ada orang terpeleset di Trotoar kami, dimana kami harus menanggung biaya pengobatan seandainya ada orang terpeleset.  Tanpa bantuan dari tetangga tidak mungkin. Bisa juga sih menyewa orang, tetapi saling menolong dengan tetangga lebih baik.

 
3.Mengenal lebih baik

Dulu Stenka tetanggaku yang berasal dari Croatia tidak pernah menyapaku kalau berpapasan atau kalau aku kebetulan keluar dari rumah dan Stenka juga ada di halamnnya. Tetapi akhir-akhir ini tidak lagi. Ternyata dikemudian hari disuatu kesempatan dia bercerita kalau dia mendengar dari Ute tetangga sebelah kalau aku dari Indonesia bukan dari Thailand. Stenka pernah punya pengalaman buruk dengan orang Thailand yang pernah menyewa apartemennya. Jadi karena omongan tetangga pula sikap Stenka berubah karena mendengar bahwa saya dari Indonesia dan anaknya pernah  keliling Indonesia dan suka Indonesia terutama pulau Sulawesi, Kalimantan tapi tidak suka jawa yang padat. Malah sejak tahu kalau aku dari Indonesia menjadi baik sekali. Dari sini aku melihat bahwa omongan tetangga tidaklah selalu buruk. 

Jadi tergantung dari kita masing-masing, mau berfikir positiv atau negativ. Diatas hanya pengalaman kecil saya tentang manfaat omongan tetangga dan penulis juga ngomongin tetangga. 

Dietzenbach, 8 Mei 2021

 
   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun