Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Di Antara Indahnya Tulip, Raps, dan Pfingstrose

4 Mei 2021   05:54 Diperbarui: 4 Mei 2021   06:33 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ladang Tulip (foto von Tulpenfeld Grevenbroich FB)

Hari sabtu lalu, tanggal 1 Mei, merupakan hari libur yang berarti semua toko tutup. Kebetulan sahabatku  tidak ada tugas di kantornya, biasanya dimasa pandemi banyak memimpin webinar-webinar. 

Untuk itu kami berniat pergi ke ladang tulip di Grevenbroich, di negara bagian Nordrhein-Westfalen,  sekitar 230 Kilometer dari Frankfurt. Sudah lama kami kepingin melihat tulip di Keukenhof Holland, tetapi karena pandemi tidak mungkin  ke Belanda. 

Tahun ini merupakan tahun terakhir tugasnya sebagai diplomat di Jerman, jadi sebelum pulang, di musim semi terakhirnya ingin menikmati mekarnya bunga tulip langsung dari ladang tulip. Kebetulan di Grevenbroich terdapat ladang tulip dan tidak harus ke Belanda,  gratis lagi dan  tidak harus pakai tiket masuk. 

1.Menikmati bunga tulip di ladang tulip Grevenbroich

Petani tuli di Grevenbroich,  menanam bunga tulip untuk bunga potong dan ubi atau lebih tepat bawangnya untuk benih, yang nantinya bunga potong dan bawangnya dijual di toko bunga dan supermarket. Bulan april sampai mei merupakan hari-hari dimana bunga tulip mekar.

Sekitar jam 7.30 saya berangkat dari rumah, kemudian menjemput sahabatku. Jalan begitu sepi karena hari libur  di jalan tol atau Auto Bahn A3 jurusan Koeln, Dueselldorf hampir tidak ada truk-truk besar. 

Saya suka jalan di akhir pekan karena di akhir pekan truk-truk dilarang jalan kecuali truk membawa bahan makanan segar, misalnya buah, sayur daging, susu atau bunga. Biasanya Auto Bahn A3 jurusan Koeln ini padat sekali. Terlebih daerah perindustrian Ruhrgebiet  di hari-hari kerja selalu macet.

Perjalanan di musim semi begitu indah, sepanjang jalan ladang-ladang bunga Raps kuning membentang, pohon-pohon apel, cheri penuh dengan bunga....begitu menawan. Selain itu, cerita-cerita kami penuh gelak tawa, lupa kalau kami tidak SMA lagi, ya sahabatku adalah kakak kelasku SMA 3 di Yogyakarta. 

Karena sama-sama dari Yogya tentu saja kami bicara dengan medok jawa ngoko, selama ini aku jarang menggunakannya, menyenangkan sekali.  Sahabatku tidak henti-hentinya mengagumi keindahan alam sekitar dan memotretnya. Dia bilang "Begitu indah ciptaanNya dan kita boleh menikmatinya"  

Akhiya kami keluar dari jalan tol dan menyusuri jalan-jalan desa yang begitu mengesankan. Grevenbroich tujuan kami merupakan desa di daerah Neuss, bisa dilihat dari plat mobil penduduk di sini NE. Rumah-rumah model di sini mirip dengan rumah-rumah di Belanda dan Belgia, yaitu rumah dengan batu-bata merah dan rendah, orang Jerman bilang Backsteinhaus. Selain itu terasa sekali kalau daerah ini daerah Katholik, di mana-mana kapel-kapel kecil atau salib dan patung bunda Maria.  

Setelah hampir tiga jam perjalanan, kami sampai ke ladang tulip yang indah membentang. Di samping ladang tulip tersedia tempat parkir yang luas dan hampir penuh, beruntung aku masih mendapatkan tempat parkir.  

Di masa pandemi dan banyak orang, waduh...bahaya. Benar dugaanku mobil polisi sudah ada di antaranya dan ladang tulip yang hari-hari kemarin tidak dipagari dan dijaga sekarang dipagari dan dijaga banyak petugas lengkap dengan megaphon. Mereka mengingatkan bahwa para pengunjung harus mentaati protokol pandemi, jaga jarak, pakai masker. 

Sahabatku begitu kecewa karena ingin sekali berfoto diantara bunga-bunga tulip tidak mungkin lagi. Yach....akhirnya toh kami berfoto cukup dipinggir ladang tulip yang amat indah itu. Terus terang aku sendiri yang sudah hampir tiga puluh tahun di Eropa belum pernah melihat keindahan ladang tulip yang begitu luas, indah dan menawan. Ada banyak jenis tulip yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

2. Makan siang di taman biara OMI

Setelah puas melihat-lihat bunga tulip dan berfoto, kami meninggalkan ladang tulip dan mencari tempat yang nyaman untuk piknik.  Kami sengaja membawa bekal dari rumah karena di Jerman Lockdown sejak sebelum natal sampai saat ini, sehingga tidak mungkin untuk makan siang di restaurant.  Sahabatku membawa rendang dan kue kering, aku membawa sambal cumi-cumi, lalapan, buah dan teh hangat. 

Ladang Tulip (foto von Tulpenfeld Grevenbroich FB)
Ladang Tulip (foto von Tulpenfeld Grevenbroich FB)

Dalam perjalanan mencari tempat bagus kami menemukan sebuah biara Nikolauskloster di  desa Juechen dekat sekali dengan ladang tulip. Kami memarkir mobil, di parkiran, telah banyak mobil-mobil  di parkir. Menarik sekali, dengan rasa  ingin tahu kami memasuki halaman biara, mengikuti orang-orang yang masuk kehalaman biara juga. 

Ternyata di biara OMI ini masih ada beberapa biarawan. OMI kependekan dari Oblatenmissionare, merupakan suatu kelompok hidup membiara dari gereja Katholik. 

Di halaman biara yang luas dan indah itu terdapat taman dimana para pengunjung bisa jalan-jalan menikmati bunga-bunga, lengkap dengan bangku-bangku dan Spiel- Platz atau taman bermain anak-anak. 

Di biara ini dijual kue-kue dan bisa di bawa pulang atau dinikmati di taman. Kami pun segera membuka bekal kami di taman indah ini sambil menikmati hangatnya matahari musim semi dan membeli kue di biara juga.

3. Berfoto di ladang bunga Raps dan Pfingstrose

Dalam perjalanan pulang sahabatku ingin berfoto diantara bunga Raps yang indah menguning. Tidak jauh dari biara kami menemukan ladang bunga Raps yang indah membentang. Dan akupun menemukan tempat parkir yang aman, tidak mengganggu lalulintas di parkiran penjual Pfingstrose. Ternyata di samping ladang Raps merupakan ladang Pfingstrose, dimana petani Pfingstrose menanam dan mengembangakan jenis bunga ini.

Sudah lama aku mencari jenis tertentu dari Pfingtrose ini, jadi selama sahabatku berfoto-foto di ladang bunga Raps, aku melihat-lihat dan mencari tanaman Pfingstrose yang selama ini aku cari. Ternyata ada lebih dari 700 jenis bunga Pfingstrose.  

Mengapa disebut Pfingstrose, karena mekar di hari-hari perayaan hari raya Pfingsten atau hari turunnya Roh Kudus. Yaitu hari raya orang Katholik dan Kristen, yang jatuh pada bulan Mei.   

Di ladang Pfingstrose ini aku temukan Pfingtrose yang selama ini aku cari dan aku menemukan warna kesayangan, merah tua. Mengapa saya suka Pfingsrose? Karena bunga ini jenis bunga Winterhart yang berarti tidak mati dimusim dingin. 

Saya menyukai bunga-bunga yang Winterhart karena tidak repot memasukkan ke dalam rumah atau ke Winter Garten bila musim dingin tiba. Untuk jenis Winterhart sekali tanam untuk selamanya, sehingga tidak repot.

Akhirnya kami pulang dengan puas dan bahagia. Syukur atas hari yang indah penuh tawa dan bunga, meskipun di masa pandemi. Dan aku membawa oleh-oleh bunga Pfingstrose, bunga kesayangan.

Dietzenbah, 4.5.2021

Ladang bunga Raps (foto von Daniel Grieb FB)
Ladang bunga Raps (foto von Daniel Grieb FB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun