Mohon tunggu...
Theresia Dwi Handayani
Theresia Dwi Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - UAJY

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yuk! Menilik Cerita Seru Penghuni Kost Floraya Yogyakarta, Kostnya Sejuta Umat dari Sabang Sampai Merauke

11 November 2022   19:06 Diperbarui: 11 November 2022   19:12 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan, agama, bisnis, kesehatan dan konteks lainnya mendorong kita untuk berinteraksi dengan orang lain. Terlebih dalam hal sosial, dengan kita bersosialisasi kepada orang lain menimbulkan adanya interaksi satu sama lain melalui komunikasi yang kita bangun. Terdapat aturan yang berlaku ketika kita berbicara dengan orang lain seperti ketika berbicara dengan orang tua maupun orang yang lebih tua dari kita, maka menggunakan tata cara komunikasi yang lebih sopan, begitu pula ketika kita berbicara dengan orang yang berasal dari suku yang berbeda dari kita maka bagaimanapun kita harus menghormati dan menghargai mereka.

Interaksi manusia tidak terjadi pada ruang kosong saja. Tetapi sampai pada tingkat tertentu sosial dan setting fisik yang biasanya disebut sebagai konteks komunikasi. Konteks komunikasi dapat mempengaruhi segala hal, termasuk pada pemilihan tempat duduk, pakaian, postur, dan kontak mata. Karena ada banyak aturan kontekstual yang dipengaruhi oleh budaya, sehingga penting bagi kita untuk mempelajari aturan itu jika menemukan adanya perbedaan budaya dari milik Anda.  (Samovar. L. A, 2017).

Budaya merupakan suatu pola hidup manusia secara menyeluruh, bersifat kompleks, luas, dan abstrak. Komunikasi antar budaya merupakan suatu fenomena kompleks yang turut menentukan perilaku komunikatif manusia dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Deddy Mulyana, 2000). Indonesia terdiri dari bermacam-macam budaya dan kebiasaan. Sehingga dalam hal sosial, memungkinkan kita untuk berbicara dan bersosialisasi dengan orang yang memiliki budaya berbeda dengan kita. Kita harus mengetahui dan memahami bahwa di setiap daerah memiliki kebudayaan juga kepercayaannya masing-masing bahkan menjadi suatu ciri khas budayanya.

Namun, dengan adanya perbedaan memungkinkan timbulnya konflik hingga berbagai tantangan dalam suatu budaya. Oleh sebab itu, untuk menghindar dari timbulnya konflik kita harus menumbuhkan rasa toleransi antar budaya. Memutuskan untuk kuliah di luar kota kemudian merantau bukanlah hal yang mudah. Banyak hal harus dipersiapkan bahkan perlu dipelajari untuk bisa beradaptasi di kota tujuan kita. Seperti yang saya rasakan saat merantau di kota Yogyakarta, banyak sekali perbedaan yang dirasakan dari daerah asal saya yaitu Jakarta. Mulai dari bahasa, tata krama, kepercayaan, pergaulan, makanan, dan masih banyak lagi. Terlebih ketika saya pertama kali menjadi "Anak anak "Kost" banyak sekali tantangannya, tetapi lama-kelamaan menjadi terbiasa dan hingga saat ini masih banyak yang perlu saya pelajari mengenai Budaya.

Tantangan yang paling dirasakan yaitu adanya culture shock, karena ketika berkomunikasi dengan orang yang berasal dari berbagai daerah terkadang terdapat perbedaan seperti misalnya logat berbicara. Misalnya, orang Medan ketika berbicara terkesan seperti marah-marah karena menggunakan nada bicara yang tinggi, berbeda dengan orang Jawa ketika berbicara nadanya halus dan lembut. Kemudian dalam menentukan yang ingin dimakan, cita rasa yang terdapat dalam makanan di berbagai daerah berbeda-beda, sehingga kita perlu untuk beradaptasi dengan rasa makanan daerahnya. Misalnya, di daerah Kalimantan rasa pedas makanannya terasa kuat, tetapi ketika makan makanan pedas di Jogja terasa manis, dari hal itu maka diperlukan penyesuaian diri agar terbiasa. Selain itu, bahasa daerah juga menjadi tantangan budaya yang dirasakan. Misalnya, orang yang berasal dari luar Yogyakarta bisa saja tidak paham bahasa Jawa, terlebih ketika ada orang berbicara menggunakan bahasa Jawa menjadi hambatan karena tidak dapat mengerti apa yang dibicarakan, begitu pula sebaliknya.

Memahami sifat, latar belakang, dan kebiasaan mereka menjadi contoh sederhana yang bisa kita lakukan melalui proses interaksi serta komunikasi bersama. Seperti halnya yang terjadi antar penghuni Kost Floraya Yogyakarta. Kost yang terletak di daerah Catur Tunggal, menjadi salah satu Kost yang memiliki banyak perbedaan. Mulai dari mahasiswi yang berbeda fakultas, kampus, bahkan ada yang sudah bekerja. Mahasiswi Atma Jaya Yogyakarta jurusan ilmu komunikasi, Teknik sipil, Teknik industri, Teknobiologi, Manajemen, kemudian ada juga Mahasiswi dari kampus Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta yang berasal dari berbagai daerah bahkan dari Sabang sampai Merauke berkumpul menjadi satu di Kost Floraya. Masing-masing dari kita pasti awalnya sempat mengalami atau merasakan adanya perbedaan terlebih kita harus beradaptasi juga dengan budaya Jawa khususnya Yogyakarta.

Meskipun banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh penghuni Kost Floraya juga adanya perbedaan Suku, Ras, Agama, Sosial, dan Budaya, akan tetapi hal tersebut merupakan proses Akulturasi Budaya. Di dalam proses tersebut terdapat cara yang bisa kita terapkan yaitu, mempelajari budaya daerah dari kota yang menjadi tujuan kita. Selain mempelajari budaya, bahasa juga harus dipelajari agar memudahkan kita dalam beradaptasi, biasanya kalau budaya berbeda pula paling tidak mengetahu dasar-dasar bahasa seperti kata minta maaf, terima kasih, dan silakan. Kemudian jangan pernah memiliki perasaan etnosentris bahwa budaya daerah kita adalah budaya yang paling baik dan berkuasa. Tips lain untuk memudahkan kita dalam bersosialisasi yaitu bergabung dalam komunitas daerah asal kita sekaligus untuk mengobati rasa rindu akan rumah. Setelah melaksanakan keempat hal tersebut, maka akan selalu ingat mengenai apa yang harus dilakukan dan tidak. Keistimewaan dari Kost Floraya itu sendiri yaitu, kita bisa tetap menggunakan tata cara daerah asal kita tetapi tetap dengan syarat menghormati budaya daerah lain. Komunikasi yang terbangun antar penghuni Kost Floraya juga baik, bahkan kita juga berkesempatan untuk memahami sekaligus mengerti budaya dari berbagai daerah.

Salah satunya ketika tanggal 17 Agustus 2022 kemarin, Kost Floraya mengadakan "Lomba 17 Agustusan" dengan harapan supaya mengenal dan mengakrabkan diri satu sama lain. Meskipun tidak semua penghuni turut serta dalam lomba tersebut, tetapi kegiatan ini memiliki makna serta kenangan yang tercipta sehingga hal ini sangat berkesan bagi penghuni kos putri Floraya. Seringkali kita bertegur sapa atau memberikan senyum kepada sesama penghuni Kost Floraya, dari situ dapat disimpulkan bahwa Kost Floraya penghuninya ramah dan cantik-cantik. Sebenarnya, masih banyak lagi cerita atau kenangan yang terjadi di Kost Floraya, mungkin di lain kesempatan saya akan melanjutkan dan membagikan cerita dalam bentuk artikel Kompasiana.

Daftar Pustaka

Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication Between Cultures. 14th edition. Cengage Learning. Boston:USA.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun