Aku menari di sebuah tamanÂ
ditemani t, menghampiri malamÂ
sejenak aku terdiam
sungguh sepi kurasakan
Tadi pagi aku pergi ke pasar
tempat di mana orang mengobral kata - kataÂ
Aku hendak membeli seikat
Kata yang paling segarÂ
Namun, topeng - topeng lebih banyak dijual
untuk menghias panggung sandiwara
dengan berbagai macam lakon
dari si jujur hingga sang pembualÂ
Aku mengayuh langkah lebih jauh
Ke ujung samudera yang biru
mengeruk rindu dari lautan kata
namun hanya karang terjal yang kudapatiÂ
Ke gunung, angin membawakuÂ
menelisik sunyi diantara riuhnya kicau burung
Mereka tergelak menertawaikuÂ
sembari melihat iba, aku si penyair tanpa nama
Lalu, aku menengok hamparan emas di ladangÂ
di sana tempat ku tanam benih -benih kataÂ
ada harapan, kerja keras, pun cintaÂ
mereka tumbuh bersamaÂ
Sekarang aku kembali ke taman,Â
merayakan kata - kata tanpa suaraÂ
tarianku hanyalah tarian sepiÂ
pengusir gundah kala sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H