Mohon tunggu...
Theresia Christanti
Theresia Christanti Mohon Tunggu... Guru - Guru SDS Saraswati Sukawati

Seorang guru yang masih belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Seorang Pemimpin Pembelajaran (Koneksi Antar Materi Modul 3.1)

14 April 2023   23:20 Diperbarui: 15 April 2023   04:26 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

DALAM dunia pendidikan, khususnya lingkungan sekolah, tentunya tak lepas dari masalah. Ada problem antar siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahkan  antara sekolah dengan masyarakat. Dan untuk dapat menyelesaikan masalah ini, maka Pemimpin Pembelajaran harus punya kompetensi untuk bisa mengambil keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan. Program Guru Penggerak dalam modul 3.1 memberikan bekal bagi Pemimpin Pembelajaran untuk meningkatkan ketrampilan ini. Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai Pemimpin Pembelajaran merupakan salah satu mata rantai yang terkoneksi dari modul pertama di awal pembelajaran. Dan berikut adalah garis besar serangkaian materi yang saling terkoneksi.

FILOSOFI Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani dengan sistem among adalah sebuah gagasan pendidikan yang fokus pada anak. Dengan mengutamakan pola asah, asih, asuh anak dididik, dikasihi dan dibina dengan baik supaya bisa merdeka dalam belajar, yaitu dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Filosofi ini juga menjadi dasar dari pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yaitu bahwa keputusan yang diambil harus mengutamakan kepentingan anak atau berpusat pada anak.

NILAI-nilai yang tertanam dalam diri kita sejak kecil yang diajarkan oleh orang tua, lingkungan dan sekolah tentunya merupakan nilai-nilai luhur atau nilai-nilai kebajikan yang universal, sesuai budaya bahkan agama. Sebuah nilai yang dihidupi dari kecil tentunya akan menjadi sebuah pegangan/prinsip hidup. Sehingga secara sadar atau tidak sadar, ini akan mempengaruhi kehidupan kita juga. Tak terkecuali dalam pengambilan keputusan, harus sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang ada.

 SETIAP keputusan yang diambil harus melalui proses pengujian supaya keputusan yang kita hasilkan benar-benar menjadi keputusan yang efektif. Uji keputusan adalah salah satu dari 9 (Sembilan) langkah pengujian keputusan. Dan untuk menguji keputusan ini kita perlu ketrampilan  'coaching' seperti materi yang telah dibahas pada modul 2.3. Dengan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab), kita bisa menindaklanjuti hasil keputusan yang ada dengan memposisikan diri sebagai Coach untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil dilakukan oleh coachee sebagai tindak lanjut. Dan kita juga bisa memantau hasilnya.

KEPUTUSAN yang tepat dihasilkan dari pikiran yang jernih dan tenang. Dan untuk mendapatkan pikiran yang jernih dan tenang (mindfulness) seorang Pemimpin Pembelajaran harus mampu  mengelola emosinya dengan kompetensi sosial emosional yang dimiliki. Ketika hedak mengambil keputusan ada baiknya guru menenangkan diri dengan teknik STOP (Stop, Take a deep breath, Observe)

SEBAGAI seorang pemimpin pembelajaran, guru harus fokus pada masalah dengan mengidentifikasi kasus tersebut apakah sebagai bujukan moral (benar lawan salah) atau dilema etika (benar lawan benar). Dan ini kembali kepada nilai-nilai kebajikan yang dianut oleh seorang pendidik.

PENGAMBILAN keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dan itu bisa dilakukan dengan dengan berdasar pada berpusat pada siswa, dilakukan dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab. Dengan 4 paradigm, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian keputusan.  

TANTANGAN-tantangan yang dihadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini adalah karena keduanya sama-sama benar, maka akan terjadi pro dan kontra, dan biasanya guru sebagai pengambil keputusan kadang akan dianggap memihak salah satu pihak. Untuk itu memang perlu ada perubahan paradigma untuk menyatukan persepsi. Hal ini untuk meminimalisir pertentangan.

PENGAMBILAN keputusan yang kita ambil sangat berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid karena semua keputusan adalah berpusat pada siswa. Hal ini juga sangat penting dalam proses belajar mengajar, untuk memberikan metode pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan murid yang berbeda-beda, supaya potensi murid bisa berkembang dengan maksimal.

SALAH satu paradigma dilema etika adalah jangka pendek lawan jangka panjang. Artinya bahwa dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran memikirkan visi ke depan untuk jangka panjangnya. Dan ini tentunya berpengaruh bagi kehidupan atau masa depan murid-muridnya.

KESIMPULAN akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini adalah bahwa setiap keputusan yang diambil tujuannya adalah untuk murid. Keputusan harus diambil dengan kompetensi sosial emosinal yang baik supaya dihasilkan keputusan yang efektif. Keputusan ini bisa dipakai sebagai sarana untuk memaksimalkan potensi anak dengan teknik coaching.  Walaupun semua keputusan selalu ada resiko, namun dengan budaya yang positif, resiko itu dapat diminimalisir.

DARI konsep-konsep yang telah saya pelajari di modul 3.1 yaitu dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan ada hal yang diluar dugaan yaitu kadang kala dalam praktek di lapangan ada bujukan moral yang kadang 'dikompromikan' sehingga menjadi dilema etika, yaitu seperti anak SMA yang bisa membawa kendaraan ke sekolah padahal belum mempunyai SIM ataupun anak yang menyontek pada saat ujian.

Hal ini pernah saya alami, dan itu membuat dilema. Namun pada akhirnya saya berkompromi dan menasehati agar anak tersebut berubah dan juga menanggung resiko. Karena kesalahan itu ada konsekuensinya. Ternyata, itu berbeda dengan teori yang saya pelajari, bahwa pelanggaran moral adalah sebuah kesalahan. Dan itu tidak termasuk dalam dilema etika.

Konsep modul 3.1 yang saya pelajari ini sangat berdampak buat saya karena mengubah paradigma saya dalam mengambil keputusan. Sebelumnya saya mengambil keputusan dengan spontan tanpa memikirkan paradigma, prinsip dan pengujian. Sesudah mengikuti pembelajaran modul 3.1 ini saya akan coba mempraktekan dalam setiap keputusan yang harus saya ambil.

Hal ini sangat penting bagi saya sebagai seorang individu dan juga sebagai seorang pemimpin pembelajaran.

Theresia Christanti

SDS Saraswati Sukawati

CGP Angkatan 7 -- BGP Bali

Fasilitator : Akhmad Darmawan, S.Pd.,M.P.

Pengajar Praktik :Ni Wayan Yunik Widia Astuti, S.Pd., M.Pd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun