Baru-baru ini cuitan seorang mahasiswa UNY dengan akun @rgantas menuai beragam komentar. Pemilik akun bernama Ganta Semendawai ini bercerita tentang temannya, Riska yang tengah berjuang menempuh mimpinya melanjutkan pendidikan sebagai Mahasiswa. Â
Tentu kewajiban dari seorang mahasiswa bukan hanya mengikuti kegiatan belajar sesuai SKS yang diambil namun juga berkewajiban menunaikan pembayaran UKT per-semesternya.Â
Kondisi Ekonomi yang Pelik
Keadaan sulit yang dialami Riska menjadi persoalan karena dengan kondisi ekonomi yang pelik membuat dia kesulitan membayar UKT. Menurut Ganta, Riska adalah sosok pekerja keras, tidak pantang menyerah, dan selalu ceria.
Atas hal itulah, Â dia menjadi sosok yang dicintai oleh teman-temannya namun di setiap menjelang waktu pembayaran UKT, keceriaan itu sulit ditemukan dalam raut wajah Riska dikarenakan dia tidak sanggup membayar sejumlah nominal yang diwajibkan kepadanya sebagai syarat untuk dapat melanjutkan pendidikan.
Usaha yang Tidak Membuahkan Hasil
Permohonan penurunan UKT bukan sesekali Riska coba, sebagai teman yang menemani proses itu, Ganta tahu betul usaha tersebut  tidak membuahkan hasil sesuai harapan.Â
Bagi Riska nominal 3,1 Juta sangat besar, dan mewujudkan permohonannya untuk turun di golongan UKT pertama dengan nominal 500 ribuan terlampau sulit mendapat persetujuan.
Pasalnya dengan status ekonomi yang sejujurnya, Riska tetap tidak diberikan penurunan dan hanya pada pengurangan nominal UKT.Â
Riska Terkubur dengan Mimpi-mimpinya
Kasus Riska bukanlah temuan baru namun yang membedakan kisah ini berbeda dengan lainnya adalah Riska telah tiada ditengah perjuangannya yang tidak menuai hasil. Â
Riska telah berjuang sampai titik darah penghabisan untuk terus mampu menunaikan kewajibannya membayar UKT-Almarhumah dimakamkan pada 9 Maret 2022 lalu.
Pribadi yang tidak ingin membebani siapapun ini, sedari kecil telah menjadi pekerja keras yang selalu mencari penghasilan ke sana kemari.Â