Mohon tunggu...
Silva Hafsari
Silva Hafsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa HI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suka menulis di tengah hujan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Remaja Citayam Fashion Week dalam Konformitas

17 Juli 2022   13:25 Diperbarui: 17 Juli 2022   13:38 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebanyakan anak muda tentu suka hal baru, mendengar sesuatu yang viral dan hangat diperbincangkan jadi penasaran dan segera ikut-ikutan dengan trend masa sekarang. Pembaca budiman, istilah ikut-ikutan ini dalam kajian sosiologi disebut konformitas.

Kini jagat maya tengah dikejutkan oleh berbagai fyp konten-konten remaja berpakain fesyen dan nyetrik ala anak muda, berkumpul di satu tempat, beberapa dari mereka mengatakan, hanya untuk mengisi waktu liburan sampai berniat mencari pacar. 

Motif kedatangan mereka beragam, namun satu tujuan untuk berjalan layaknya runway street style  jajaran model berbintang. Merekalah remaja asal SCBD bukan singkatan Sudirman Central Bussines District melainkan Sudirman, Citayam, Bojonggede dan Depok.

Istilah demikian semakin beken di telinga masyarakat hingga fenomena Citayam Fashion Week kini hype dan viral jadi buah bibir obrolan di dunia maya. 

Tidak hanya itu muncul bermacam respon dari netizen dalam menanggapi fenomena tersebut baik komentar negatif, seperti mengeluhkan keramaian yang semakin meningkat, menurunnya tingkat kebersihan sekitar, dan terganggu dengan pesatnya jumlah pengunjung yang berlalulalang namun sebagian pula ada yang menganggap hal ini baik dan mampu menumbuhkan kreativitas di kalangan anak muda terutama dalam cara berpakaian.

Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur DKI Jakarta dilansir dari Merdeka.com menyebut kegiatan Citayam Fashion Week ini diharapkan dapat mewadahi kreativitas anak muda zaman sekarang. Menurutnya, banyak dari remaja berfesyen menggunakan brand-brand lokal sehingga berpengaruh kepada penggunaan barang-barang lokal Indonesia. 

Selagi tidak menganggu ketertiban penguna jalan lainnya, menurut Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta ini mewajarkan saja fenomena ini asalkan tidak ada ada kepemilikan gaya misal hanya orang berpakaian ABC yang boleh masuk kawasan Sudirman, yang lain tidak. Selama tidak terjadi hal demikian, tentu remaja-remaja SCBD hanya pengguna fasilitas umum yang meramaikan suasana Ibu kota. Mereka-mereka merobohkan Sudirman Vibes yang terkenal formal menjadikannya nyentrik dan lebih berwarna.

Suatu yang tengah viral di masyarakat tentu akan menumbuhkan rasa penasaran dan mengajak orang untuk lebih tau tentang hal yang terjadi itu. Serupa dengan Citayam Fashion Week, tentu banyak dari kita mulai menelusuri informasi mengenai asal-muasal fenomena ini, bagaimana terjadinya, seperti apa acaranya, bahkan rela berkunjung ke tempat itu untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. 

Entah siapa pelopornya, namun nama Citayam semakin beken dan ditelusuri banyak orang. Tidak hanya itu, tempat keberadaan runway street style ini  terletak di Sudirman semakin padat pengunjung selepas viral.

Kajian sosiologi mengenal daya tarik atau kecenderungan seseorang untuk mengikuti sesuatu sebagai komformitas. "Conformity is compliance with the standards with group when no direct request has been made" (Watson, DeBortali-Tregerthan, & Frank, 1984 : 229). Konformitas diartikan sebagai pemenuhan standar kelompok walaupun tidak ada permintaan langsung dari kelompok.

Berdasarkan penjelasan ini, remaja-remaja asal "SCBD" secara sukarela tanpa paksaan datang ke daerah sekitar Stasiun Sudirman, Terowongan Kendal, hingga Stasiun MRT Dukuh Atas. Semula Kawasan Niaga Terpadu Sudirman atau dikenal dengan SCBD sering diasosiasikan sebagai kawasan elite dan eksklusif. 

Karyawan kantoran berbusana rapi dan formal mendominasi pemandangan kawasan itu, meski tak semuanya demikian. Entah bagaimana muasalnya, tetiba remaja-remaja itu datang, SCBD menjadi kawasan ramai dengan tingkat pengunjung yang semakin hari semakin ramai.

 Namun dibalik itu, fenomena ini membawa citra baru bagi Ibu Kota. Dari sini kita pun bisa melihat, terdapat kohesivitas kelompok yang cukup kuat. Maksudnya daya tarik dalam kelompok yang menyebabkan anggota kelompok menginginkan untuk tetap menjadi bagian dari kelompok tersebut, karena semakin hari semakin banyak pula remaja berkeinginan disebut sebagai remaja "SCBD" atau sekedar menjadi pusat perhatian. 

Bagi mereka yang beruntung dengan konten kreatifnya, tidak jarang wajah mereka memenuhi fyp kita, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun