Pembangunan merupakan proses menuju suatu perubahan yang mencakup seluruh aspek yakni, politik, ekonomi, infrastruktur, Pendidikan, teknologi dan kebudayaan. Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).[1] Menjadi bagian dari usaha negara mengartikan bahwa ada harapan timbulnya partisipasi antara kedua bela pihak yakni pemerintah dan rakyat.
Indonesia merupakan negara kesatuan dengan keragaman wilayah yang berjejerkan beribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Untuk menjaga kesatuan ini, pembangunan harus merata di berbagai wilayah. Jika hanya mengutamakan beberapa wilayah maka akan terjadi suatu ketimpangan pembangunan. Apabila ketimpangan pembangunan dalam suatu negara telah terjadi maka akan menghambat aspek lainnya. Contoh, perbandingan pembangunan infrastruktur yang ada di kota sekitar ibu kota negara dengan yang ada di kota-kota yang jaraknya jauh dari ibu kota. Di kota yang dekat dengan ibu kota negara pembangunan infrastrukturnya memadai. Belanja tidak memakan waktu. Cukup menyeberang jalan ditemukan pasar, mall, swalayan, dan toko lainnya. Menjual barang, tinggal membuka handphone memasukan item yang hendak di jual melalui aplikasi. Berbeda dengan di kota yang jauh dari ibu kota negara. Mau belanja harus memakan waktu berjam-jam, duduk di atas motor atau angkutan umum untuk menemukan pasar, hal ini juga kalau di pasar tersedia apa yang hendak dibelanjakan. Kalau tidak tersedia kembali ke rumah dengan tangan hampa. Secara tidak langsung ketimpangan pembangunan akan menindas rakyat.
Tugas seorang pemimpin revolusioner tidak perlu mendatangi masyarakat untuk membawa pesan “penyelamatan” namun, mendatangi mereka melalui dialog mengenai situasi objektif mereka dan kesadaran mereka akan situasi tersebut.[2]
D. Kesimpulan
Pembangunan yang merata itu ada partisipasi antara pemerintah dan rakyat. keduanya disatukan melalui dialog. Sehingga tidak tercipta keterpusatan dalam pembangunan. Keterpusatan dalam pembangunan infrastruktur akan menimbulkan ketimpangan pada aspek lain sekaligus menindas rakyat.
E. Daftar Pustaka
Freire, Paulo (2019), Pendidikan Kaum tertindas, Yogyakarta: Narasi. Diterjemahkan oleh Yuhda Wahyu Pradana ke dalam bahasa Indonesia dari buku asli Paulo Freire, Pedagogy of the oppressed, London: The continuum International publishing, 1993.
Kurniawan, Mi’raj Dodi (2021), Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire, Malang: Intrans Publishing
Digdowiseiso, Kumba (2019), Teori Pembangunan, Jakarta Selatan: Lembaga Penerbitan Universitas Nasional (LPU-UNAS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H