Mohon tunggu...
therealkhana
therealkhana Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis menyenangkan diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain

Seorang Penulis Buku Solo "Fika", "Tantangan Menjadi Orang Tua di Masa Pandemi", dan buku puisi "Bulan di Langit Biru"

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengapa Laki-laki Paling Banyak Mengalami Buta Warna?

26 Maret 2024   12:22 Diperbarui: 26 Maret 2024   12:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https: www.pexels.com/Steve Johnson

Bisa jadi kita tidak menyadari bahwa kita mengalami buta warna. Informasi tersebut baru diketahui setelah kita mengalami suatu kondisi yang mengharuskan kita mengecek kemampuan kita memilah warna atau mencari benda dalam tumpukan warna. Apa sebenarnya buta warna itu? Apakah merupakan penyakit yang diturunkan? Mengapa laki-laki yang lebih sering mengalami buta warna?

a.      Kurangnya Sensitivitas Mata

                Buta warna (color vision deficiency) merupakan suatu kondisi di mana mata keliru mendeteksi warna tertentu, seperti merah, hijau, biru, atau campuran dari warna tersebut. Buta warna bisa ditemukan terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Pada retina mata terdapat dua buah sel yang bertugas untuk mendeteksi adanya cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang bertugas mendeteksi warna gelap, terang, dan memiliki sensitivitas yang tinggi pada cahaya rendah. Sedangkan, sel kerucut bertugas mendeteksi adanya warna dan terpusat pada bagian tengah.

Terdapat 3 macam pigmen pada sel kerucut yang dapat mengidentifikasi warna dasar, yaitu biru, hijau, dan merah. Buta warna terjadi apabila satu atau lebih sel kerucut tidak dapat bekerja dengan optimal.

b.      Kelainan Warisan

                Buta warna sering disebut sex linked atau kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Oleh karena itu, gen penyebab buta warna hanya dimungkinkan diwariskan oleh ibu pada anaknya. Apabila hanya salah satu kromosom X dari ibu yang membawa sifat buta warna, maka ibu tersebut dikatakan sebagai pembawa sifat/"carrier". Secara fisik ibu tersebut tidak mengalami buta warna tetapi berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya. Sedangkan, apabila kedua kromosom X pada ibu membawa sifat buta warna, maka ibu tersebut akan mengalami buta warna.

c.      Laki-laki Lebih Banyak Mengalami Buta Warna

         Sebagaimana diketahui bahwa kelainan buta warna dibawa oleh kromosom X, maka anak laki-laki dari seorang ibu yang memiliki kromosom X pembawa sifat buta warna, akan menderita buta warna. Laki-laki memiliki satu kromosom Y dan satu kromosom X. Kromosom X yang dimiliki laki-laki berasal dari ibunya. Jadi, apabila ibu menderita kelainan buta warna, maka semua anak laki-lakinya akan menderita buta warna. Sedangkan, apabila ayah menderita buta warna, anaknya belum tentu mengalami buta warna. Bagi anak perempuan, apabila ibu menderita buta warna, anak perempuan belum tentu buta warna apabila ayah tidak menderita buta warna. Ayah yang buta warna belum tentu menurunkan kelainan tersebut kepada anaknya.

d.      Jenis Buta Warna

         Ada tiga jenis buta warna, yaitu trikomasi, dikromasi, dan monokromasi. Trikomasi merupakan jenis buta warna yang disebabkan adanya perubahan sensitifitas warna dari satu atau lebih jenis sel kerucut. Dikromasi merupakan jenis buta warna yang ditandai dengan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut. Sedangkan, monokromasi merupakan jenis buta warna dimana penderitanya mengalami berkurangnya penglihatan untuk semua warna. Hal tersebut, mengakibatkan penderita hanya bisa melihat putih dan hitam.

         Untuk mendeteksi apakah seseorang menderita kelainan buta warna atau tidak, dilakukan beberapa tes. Tes ishihara merupakan tes yang lazim digunakan. Tes ini bisa mendeteksi buta warna merah-hijau. Pada tes ini, seseorang akan diminta mengenali angka yang samar-samar tertera dalam sebuat gambar yang berbentuk titik-titik berwarna. Yang lainnya adalah tes penyusunan. Pada tes ini seseorang diminta menyusun objek berwarna dalam tingkat gradasi yang berbeda-beda. Seseorang diminta untuk menyusun benda berwarna berdasarkan gradasi warna yang dilihatnya.

         Sampai dengan saat ini, belum ditemukan pengobatan atau prosedur medis yang membuat buta warna bisa sembuh total. Akan tetapi, tidak perlu khawatir sebab buta warna tidaklah berbahaya. Banyak penderita buta warna yang tetap mampu produktif dan beradaptasi dengan kondisinya. Terdapat alat bantu berupa kacamata atau lensa kontak khusus yang membantu penderita buta warna merah-hijau untuk dapat melihat warna tersebut lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun