Mohon tunggu...
Buya Dive
Buya Dive Mohon Tunggu... Radio Trainer & Consultant -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Begini Idealnya Profesional Radio DJ

20 November 2015   15:26 Diperbarui: 20 November 2015   19:37 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menjadi penyiar pro yang berkualitas, sungguh tidak cukup baginya, apabila ia (hanya) mengandalkan karakter suara tertentu yang di anggap bagus—pandai bergaul—bisa bahasa Inggris—senioritas—atau kemudian ia mengaku dan merasa punya banyak pendengar (fans)..!?

Memang tidak ada yang salah jika seorang penyiar (mungkin) sudah punya kriteria seperti itu, selama ia menyadari; bahwa “modal” tersebut hanya sekadar nilai tambah bagi seseorang yang berprofesi sebagai penyiar..!! Ibarat penyanyi yang berwajah cantik atau tampan, serta memiliki karakter suara yang khas atau dikatakan bagus..!? :)

Namun kita tentu juga sependapat, bahwa penyanyi yang sekadar mengandalkan tampang dan warna suara yang begini atau begitu, ternyata sangat banyak di antara mereka yang “langsung tenggelam”, lantaran mereka tidak mengelola dan tidak (pula) mengemas “modal” tersebut dengan ilmu-ilmu mutakhir yang dibutuhkan. Begitu juga dengan penyiar radio..!!

Ada pun kriteria wajib bagi penyiar pro yang berkualitas, maka profesi ini harus diawali dengan suatu proses pembelajaran (dasar—lanjutan—hingga tingkat tinggi, mirip seperti orang-orang yang sedang bersekolah)—pemahaman—hingga pengembangan yang mantap terhadap ilmu siaran radio profesional sebenarnya, yang meliputi;

  1. Teknik olah suara seperti; latihan pernapasan diafragma—artikulasi—intonasi—penekanan—warna kata—kecepatan atau tempo—infleksi—style dan seterusnya, dimana seorang penyiar pemula (atau maaf) penyiar “karbitan”, tidak akan pernah berhasil menjadi penyiar profesional, apabila ia melatih “basic” tersebut hanya sambil lalu, atau sekadar tahu teori tetapi merasa tidak butuh dan jenuh ketika harus berlatih..!?

  2. Kemahiran “adlibs” atau dalam bahasa Inggris artinya pidato tanpa persiapan, yang kemudian saya maknai sebagai; “Komunikasi Cerdas Spontanitas”. Fakta yang saya ketahui dari kebanyakan penyiar di Indonesia, ternyata mereka sangat lemah kemampuan “adlib-nya”. Akibatnya, mereka bersiaran hanya sekadar mengatakan apa saja yang terpikir, bukan memikirkan dan mengolah materi kata sebelum disiarkan. Bisa jadi, itulah sebab mengapa mereka “mati gaya” ketika siaran seorang diri, tidak sebagaimana mereka sedang bersiaran dengan teman penyiar lainnya..!? Entahlah, bersama konsep “talk show” seperti itu, mungkin dapat menutupi/memanipulasi debilitas “air personality” salah seorang atau bahkan dua orang penyiar tersebut..!?

  3. Penyiar adalah imam bagi makmum atau pendengarnya, merupakan prinsip yang menjadi keniscayaan setiap muslim yang beriman. Sebab, selain untuk menjemput rizki yang baik dan benar lewat pengudaraan konten siaran informasi—siaran pengetahuan—serta serta hiburan, mereka juga menghendaki keberkahan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Jika benar demikian, maka pengudaraan siaran radio harus dikelola oleh “team” yang mentalitasnya benar-benar teruji—mencintai profesinya karena kebaikan dan kebenarannya—serta tidak sudi mencampur aduk perihal haqq dengan perihal bathil, atau sebaliknya..!!

  4. Update beragam informasi serta ilmu pengetahuan yang baik dan benar, adalah keharusan bagi penyiar profesional. Sebab penyiar profesional berkualitas yang sebenarnya ibarat “kitab terbuka”, dimana ia senantiasa senang dan bijaksana meng-adlib-kan aneka komunikasi atau informasi, yang sekiranya dapat diminati oleh para pendengar. Jadi jika seorang penyiar terang-terangan tidak senang membaca dan atau memperhatikan banyak hal, sebenarnya ia terus terang juga menyatakan bahwa menjadi penyiar bukanlah profesi yang dicintainya..!?

  5. Last but not least, penyiar pro berkualitas juga harus sadar penuh, bahwa profesinya sangat akrab dengan perihal seni—budaya—bahkan akidah. Dengan demikian, ia adalah penyiar yang benar-benar inovatif—kreatif—serta cerdas mengoptimalkan kemampuan “air personality-nya”, menjadi karya-karya yang mewah—baik—benar—lagi manfaat untuk masyarakat pendengarnya.

Bersama 5 Pilar yang saya susun di atas, terdapat pertanyaan serius kepada sahabat pengelola siaran radio di negeri ini; “Sudah sejauh manakah kualitas para penyiar untuk STARA anda..!? Apakah mereka sudah mampu mencapai target penyiar pro berkualitas sebagaimana syarat-syarat tersebut..!? Jika belum atau masih terlalu jauh dari mendekati, bisa jadi perihal inilah yang menyebabkan mengapa terlalu banyak STARA yang terpuruk hingga akhirnya gulung tikar..!?

Padahal yakinlah, bahwa penyiar merupakan “asset” paling berharga, sekaligus menu utama “dagangan” setiap STARA. Ibarat restoran Minang, maka penyiar adalah lauk pauk istimewa yang disajikan oleh restoran tersebut..!! sehingga tidak berlebihan apabila mereka di klaim sebagai “ujung tombak” bagi siaran radio..!? Oleh karena itu, segeralah bangkit..!! Benahi pengelolaan siaran radio anda, dengan menerapkan metode mutakhir yang baik dan benar...

 

Buya Dive The Radioman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun