Sebab, suatu partai yang terpecah-pecah akan membuat performa partai tersebut jeblok di mata masyarakat karena keterpecahan akan memicu berbagai pertanyaaan di seputar kemampuan partai tersebut untuk berfungsi secara optimal dalam sebuah sistem demokrasi.
Perbedaan-perbedaan pendapat dalam satu partai itu ibarat memberi umpan lambung kepada striker lawan di depan gawang kita sendiri. Itu sebabnya untuk menutupi kebobrokan atau kebodohan rekan satu partai,maka para politisi itu pandai berkelit dengan memberi jawaban seperti ini :" Saya bisa memaklumi kenapa Sdr. NN teman saya itu sampai bilang begitu.Â
Dia itu kan kecapekan baru pulang dari luar negeri,lagipula media tidak mengutip secara keseluruhan omongan Sdr NN itu supaya kita tahu konteksnya, bla....bla...bla...." Atau bisa saja ia berkata ," ah ini cuma masalah framing saja,pinter-pinternya wartawan,kan sudah pernah ada kasus serupa di tahun 90-an,toh waktu itu tidak seheboh ini....saya heran kenapa masalah ini dibesar-besarkan..bla-bla-bla " (Lalu dia menjelaskan secara bertele-tele hal hal yang terjadi di masa silam supaya pendengarnya bosan dan akhirnya habis kesabaran kemudian habis perhatian terhadap dia.)
Strategi lainnya adalah strategi bertahan dengan cara menyerang balik. Misalnya saja dia akan menjawab," Anda menyatakan bahwa pimpinan partai saya tidak berintegritas, tapi apakah anda yakin bahwa pimpinan partai XY yang dekat dengan anda itu benar-benar "bersih" ? Bukankah 3 tahun lalu dia kena issue perselingkuhan dengan seorang artis? Kenapa anda juga tidak mempertanyakan tentang Sekretaris Partai AB yang beberapa hari lalu sempat dipanggil KPK?"
Jadi,tekanan kedua pada seorang politisi adalah ia terpaksa "berselingkuh" dengan kepentingan elit partai atau penguasa (pada saat yang sama : ia menelantarkan aspirasi rakyat) serta harus menutup-nutupi kebobrokan/kebodohan rekan-rekannya se-partai. Kekompakan dalam organisasi partai harus dipertahankan walaupun untuk itu mereka harus terus menerus membohongi rakyat yang memilihnya.Â
Apalah artinya persatuan yang didasarkan pada ketidakjujuran dan penghianatan terhadap kepercayaan yang diberikan masyarakat? Ini namanya Kompak dalam Ke-ambyrar-an dan Ambyar dalam Kekompakan. Hasilnya? Kita akan tahu jawabannya pada tulisan saya berikutnya. TO BE CONTINUED. Â Penulis : Brillianto Rinkesa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H