Penipuan Rohaniawan Pseudo dengan Menggunakan Simbol -simbol Keagamaan bisa membuat siapa saja yang terpikat Oleh penipuan rohaniawan (pseudo) dengan berbagai Trik rohani rela melakukan apa saja, percaya segala yang diucapkan sang pemimpin kelompok. Mengorbankan apa saja; uang, waktu, energi, kehormatan, dan semuanya. Lupa batasan moral, etika, hukum, termasuk logika.
di Indonesia kita bisa meilhat jejaknya Seperti : Â Mangapin Sibuea ( http://news.liputan6.com/.../pgi-ajaran-mangapin-sibuea-menen... ) ( https://m.tempo.co/.../pendeta-sekte-kiamat-akan-menggugat-ba... ) Paulus Tribrata ( Salah satu dari sekian artikel mengenai Almarhum : https://www.jawaban.com/.../Dipercaya-Bangkit-Kembali,-Jenaza... ) dimana jejak elektronik dari pengajaran mereka yang dapat kita lihat di internet.
Penggunaan simbol-simbol keagamaan demi mendirikan kelompok "ajaib" bukan barang baru. David Koresh sempat menuai sukses di Amerika sana pada periode 1980-1990.  sepak terjang pemimpin Ranting David yang mengaku sebagai nabi pamungkas dari Texas itu ( Jejak elektroniknya sbb : (wikipedia.org/wiki/Ranting_Daud#Sejarah) dan (Youtube)
pria bernama asli Vernon Wayne Howell itu memanfaatkan simbol-simbol agama demi merangkul "umatnya" David Koresh membawa simbol Kristen. David melibatkan ritual seks dengan apa yang disebut sebagai "pernikahan spiritual" bersama pengikutnya. David juga didakwa atas pelanggaran lainnya atas kepemilikan senjata api tak berizin beserta bahan peledak.
Nasib David boleh dikata sangat "patriotik", sebab dia rela mati bunuh diri saat diserbu pasukan FBI di markasnya tahun 1993 silam. Penyerbuan itu menewaskan setidaknya 80 orang pengikut David setelah terjadi baku tembak.
di Jepang muncul sekte Aum Shinrikyo pimpinan Shoko Asahara. Pria ini mengaku sebagai Yesus, dengan 40 ribu pengikut di seantero dunia. Lebih radikal dari David Koresh, Shoko dan pengikutnya melakukan tindakan brutal ke seantero Jepang. Menggunakan senjata kimia, dia menyerang Tokyo pada 1995 hingga menewaskan 13 orang.
Pemanfaatan simbol keagamaan yang dilakukan Shoko jauh lebih kreatif  David. Berawal dari kelompok meditasi dan yoga, Shoko mulai membawa-bawa simbol Budha, Hindu, hingga ajaran Nostradamus. Pada 1992, Shoko mentahbiskan dirinya sebagai Yesus. Sungguh sangat kreatif, bisa merangkul banyak pengikut agama sekaligus.
Ini sekilas mengingatkan kita pada Anand Krishna di Indonesia. Pria asal India itu sejak 1990-an beroperasi di Indonesia dengan membawa misi budaya, kemudian agama. Sama kreatifnya dengan Shoko, Anand berusaha menggabungkan simbol banyak agama. Ujungnya, di tahun 2012 nasib Anand berakhir di bui setelah didakwa atas aksi pelecehan seksual terhadap pengikutnya. Sementara Shoko sampai kini masih mendekam di penjara untuk menunggu eksekusi hukuman mati.
Shoko Asahara dan David Koresh sukses meraup umatnya di dekade 1980-1990-an, di negara yang sama-sama maju, Amerika Serikat dan Jepang. Selain mereka, banyak tokoh sekte-sekte yang membawa simbol keagamaan lain. Namun merekalah yang menjadi selebriti bidang itu.
Fenomena Shoko, David, t membuktikan bahwa manusia, di mana pun mereka berada, sama-sama mudah terkecoh oleh simbol keagamaan. Dengan membawa nama agama, para pemimpin sekte tersebut mencuci otak pengikutnya. Mereka melakukan tindakan-tindakan di luar akal sehat. Bunuh diri bersama, melakukan ritual seks bebas, bergonta-ganti pasangan, dengan keyakinan itu bagian dari penyucian.
"Agama adalah candu", kata Mbah Karl Marx. Candu bagi mereka yang dibutakan oleh tipu daya para nabi palsu seperti , David Koresh, dan Shoko Asahara. Nabi-nabi palsu yang membentuk sekte-sekte sesat yang Intens Mencari Mangsanya, dan salah satu Targetnya Melalui Media sosial dan Media-Media lainya Yang Punya Kekuatan Menarik Anggota baru
Jika Bukan Anda, Siapa ? dan Jika Bukan Sekarang, Kapan ? Ingat Kawan Pendeta Sehebat Apapun dia Mempunyai Peluang dan Kapasitas Untuk menyesatkan Jemaat dan Umat, ini berbanding lurus dengan Umat yang juga mempunyai peluang dan kesempatan yang sama untuk disesatkan oleh oknum pendeta pseudo,
membenanmkan diri didalam kebenaran Alkitab sebagai otoritas Hidup tertinggi orang kristen menjadi sebuah kewajiban mutlak bagi kita agar idak terstruktur masiv dan sistimatis terkecoh oleh para pelihat palsu, nabi palsu, pendeta palsu, pengkotbah palsu Teladan dari Jemaat Di Berea didalam Kisah rasul 17 : 11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
sehebat Apapun seorang pdt, seorang gembala, tetap harus di uji apakah pengajarannya sesuai dan bersumber dari Alkitab sebagai otoritas hidup orang percaya apakah buah kehidupannya dapat dirasakan sesuai dengan theologianya? apakah pengajarannya dan pendrian theologisnya proporsional komprehensif dan jujur, serta dapat dipertanggungjawabakan? menjadi umat harus pintar di era kekinian, jangan mudah terikat falsafah "sendiko dauh gusti" dan kesungkanan yang akhirnya menjerembabkan kita pada lingkaran kesesatan, milikah kecerdasa Roh akibat membaca LOGOS (Roma 10:17) serta kecerdasan Logika jika tidak anda akan menjadi korban berikutnya daripada David Koresh - david Koresh di sekeliling kitaÂ
Dauhwaru, 3 Oktober 2017 - 5:05 PM By El Roi Israel Sipahelut Email : sipahelutroi@gmail.com - WA : 085739032843 - Kunjungi Chanel Yotube Saya di: sipahelut1978 Untuk melihat materi Video Pengajaran saya - Ut Omnes Unum Sint
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H