Saat ini terutama di kota-kota besar, hidup individualis adalah sebuah keniscayaan. Bukan tanpa alasan, kebanyakan orang yang berada di kota besar adalah mereka yang merantau dari pelbagai daerah. Tingginya angka kriminalitas juga menjadikan setiap individu lebih waspada karena banyak kejahatan yang mengintai. Namun demikian, karakter asli masyarakat Indonesia yang suka menolong serta ramah masih ada pada diri mereka.
Dari jutaan masyarakat Indonesia, tentunya mereka semua berbeda. Baik dari suku, budaya, bahasa, karakter, maupun sifat/watak yang melekat pada diri sesorang tersebut.
Mungkin ada beberapa suku yang terkenal dengan watak yang keras dan berpendirian teguh. Disisi lain ada suku yang dikenal dengan karakter yang lemah lembut. Namun sebenarnya, watak asli seseorang itu tergantung pribadi masing-masing. Bukan karena suatu daerah tempat tinggal atau suatu suku tertentu.
Dua Jenis Watak
Pertama, watak asli. Watak ini merupakan bawaan atau turunan. Biasanya sudah terlihat sejak kecil dan seiring bertambahnya usia akan semakin menguat. Misalnya ada orang yang kalau berbicara suara keras atau ada juga orang yang sedikit-sedikit tersinggung perkataan orang lain. Disisi lain, pasti kita pernah memiliki teman yang perkataannya sangat lembut, suaranya menyejukkan dan senyumannya melelehkan. Inilah watak asli, sebuah karakter yang melekat pada diri seseorang.
Sebut saja Abdullah ibni Abi Quhaafah, seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang lebih kita kenal dengan nama Abu Bakar As-Sidiq. Beliau memiliki watak yang lemah lembut, jujur, dan perkataannya baik. Sejak kecilpun beliau memang sudah dikenal demikian dan inilah watak asli yang dimiliki oleh seorang Abdullah ibni Abi Quhaafah.
Kedua, watak yang dilatih. Coba kita lihat diri kita masing-masing, bagaimanakah kita sebenarnya? Apakah seorang pemarah? Pemalu? Pemaaf? Atau bahkan pendendam? Saat orang lain berbicara dengan sopan dan lembut, kita malah lebih sering teriak atau bernada tinggi. Namun jangan sampai kita mencari pembenaran, "maklum ya, ini kan emang watak ku. Susah untuk dihilangkan".
Sahabat Umar bin Khattab adalah bukti nyata bahwa watak bisa dilatih untuk menjadi baik. Sebelum bersyahadat, Umar bin Khattab terkenal memiliki watak yang kejam, bengis, dan suka minum minuman keras. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa, "Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari kedua laki-laki ini: Abu Jahal atau Umar bin Khattab". (HR. Tirmidzi no. 3681). Dan Allah memilih Umar bin Khattab untuk memuliakan islam.
Lantas apakah kita yang tidak didoakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masih bisa memperbaiki watak yang buruk?
Perbaiki Niat