Memilih seorang calon imam tentunya bukanlah hal yang mudah. Bahkan akan ada banyak hal yang pastinya akan menjadi bahan pertimbangan.
Bagi seorang wanita, memilih pasangan adalah wajib hukumnya. Bukan seperti anggapan kebanyakan orang sekarang yang mungkin menilai wanita itu dipilih bukan memilih. Nyatanya tidak, wanitalah yang seharusnya memilih siapa yang layak untuk bersanding denganya.
Seorang laki-laki hanya memilih wanita mana yang ingin dia nikahi, dan keputusan finalnya ada pada sang wanita dan walinya. Biasanya ada kriteria tertentu yang akan menjadi bahan pertimbangan untuk menerima atau menolak.
Demi kebaikan kedepannya, saya sarankan untuk tidak memilih laki-laki yang memiliki sikap dan sifat seperti berikut ini.
Sholat Di Rumah
Dari beberapa pendapat ulama, ada yang mengatakan shalat jama'ah 5 waktu adalah fardhu 'ain, ada pula yang mengatakan fardhu kifayah, dan ada pula yang mengatakan sunnah mu'akkad. Namun, agar lebih hati-hati dan tidak sampai terjerumus dalam dosa, maka pendapat yang lebih tepat kita pilih adalah shalat jama'ah 5 waktu adalah wajib, fardhu 'ain.
Dalam memilih pasangan hendaknya kita mendahuluhan laki-laki yang senantiasa sholat berjamaah. Selain dia berhati-hati dalam beribadah, tentu saja laki-laki yang senantiasa sholat di masjid maka hatinya juga akan senantiasa terpaut dengan masjid. Laki-laki seperti ini akan selalu mendatangi masjid saat adzan berkumandang. Artinya dalam beribadah laki-laki ini tidak lalai, tidak menunda-nunda dan juga tidak menyepelekan.
Jika perintah dari Allah yang wajib saja tidak dilaksanakan bagaimana dengan yang sunnah? Bahkan pada saat sebelum menerima pinangan, seorang wanita sholihah wajib memastikan bagaimana agama dari calon imamnya.
Tidak Menghormati Orang Tua
Banyak laki-laki yang tidak peduli dengan orang tuanya bahkan terkesan selalu menyusahkan dan menjadi beban. Laki-laki yang seperti ini tidak layak untuk dijadikan sebagai suami. Jika orang tuanya saja tidak dihormati dan dipedulikan, bagaimana dengan istri?
Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ashr Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Keridhaan Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua." (Diriwayatkan oleh Tirmidzi, hadits ini sahih menurut Ibnu Hibban dan Al-Hakim) [HR. Tirmidzi, no. 1899; Ibnu Hibban, 2:172; Al-Hakim, 4:151-152.