Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menempati Shaf Terdepan Pada Tahun ke-20 Lebaran

7 Juli 2016   14:38 Diperbarui: 7 Juli 2016   14:49 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah para kompasianer berpikir kira kira siapa yang selalu menghuni shaf terdepan saat solat idul fitri?

Jujur saja selama ini saya terus menerus terpikir, kira kira siapa yang mengisi shaf terdepan. Selama saya melakukan solat idul fitri di kampung halaman, tak sekalipun saya mendapat shaf terdepan. Jangankan berada di shaf terdepan, masuk ke ruangan utama saja tidak.

Biasanya saya datang ke masjid pukul 05:30, setelah mandi dan bersolek sejenak. Pelataran masjid jam segitu sudah penuh, bahkan tak jarang saya tidak mendapatkan tempat. Di jalan, di teras rumah, hingga membawa alas sendiripun di lakukan.

Saya tidak sendiri, banyak pula bapak bapak yang bernasib seperti saya. Hingga kadang saya berpikir, jam berapa mereka berangkat? Yang jelas selepas subuh tepat biasanya mereka sudah berjalan ke masjid.

Ada yang berbeda tahun ini

Tahun ini adalah pertamakalinya saya berlebaran jauh di kampung halaman. Biasanya walaupun mepet mepet, saya selalu menyempatkan pulang. Tahun ini padahal libur panjang, namun hasrat untuk pulang sepertinya kurang.

Awalnya sama sekali tidak ingin pulang, mengingat budget yang pas pasan. Namun karena suasana di akhir Ramadhan yang sangat sepi, membuat godaan pulang menjadi besar. Saat lihat situs tiket pesawat online, harga tiket sudah gila gilaan, akhirnya dengan terpaksa saya urungkan niat untuk pulang.

Lebaran yang sepi

Entah saya salah tinggal atau gimana, yang jelas komplek yang saya tempati ini benar benar tidak terasa lebaran. Saat yang lain bertakbir, masjid disini malah di tutup rapat. Memang ini adalah pertama kalinya saya berdomisili disini, disalah satu kota di provinsi Kalimantan barat.

Saat saya berkeliling, masjid yang lain mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Ada rasa yang besar untuk mengobati kesepian di masjid komplek. Akhirnya keinginan untuk melaksanakan solat idul fitri di masjid agung Kalimantan baratpun memuncak. Jarak 13 kilometer saya tempuh demi merasakan suasana idul fitri yang tidak di dapat di komplek.

Kekecewaan terobati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun