Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tangisan Balita Lebih Mengganggu daripada Ringtone HP

6 Juli 2016   10:29 Diperbarui: 6 Juli 2016   15:13 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Raya Idul Fitri telah tiba. Salah satu yang tidak boleh dilewatkan adalah melaksanakan solat Idul Fitri. Solat Idul Fitri sendiri termasuk solat sunnah yang pelaksanaannya secara berjamaah.

Solat Idul Fitri sendiri dapat dilakukan di masjid maupun lapangan, tergantung situasi dan kondisi. Tua, muda, anak anak, wanita, laki laki, bapak bapak, ibu ibu, tante tante, om om, kakek, nenek, semua boleh ikut melaksanakan solat Idul Fitri.

Pagi tadi saya melaksanakannya di Masjid Raya Mujahidin, Kalimantan Barat. Rasanya sangat berbeda, bangunan yang besar dan megah tampak sangat anggun saat shaf demi shaf diisi oleh para jamaah.

Suara yang menggema dari speaker masjid juga membuat bulu kuduk merinding. Kumandang takbir, tahlil dan tahmid, membuat suasana lebaran begitu kental.

Masjid yang begitu besar ternyata masih tidak cukup menampung para jamaah, alhasil pelataran menjadi penuh sesak. Sebelum solat dimulai, petugas masjid menghimbau agar para jamaah mematikan handphone atau menggunakan mode silent agar tidak mengganggu kekhusukan solat idul fitrl.

Namun yang terjadi adalah bukan ringtone handphone yang berbunyi, melainkan suara tangisan dari anak anak. Ruangan yang besar membuat suara tangisan menggema dan terdengar keras sekali.

Sangat disayangkan memang, masjid sebesar dan seluas itu ternyata kekhusyukannya masih terganggu. Bukan saya menyalahkan orang tua yang mengajak anak tersebut, namun perlu diperhatikan bersama mengapa anak tersebut bisa menangis keras di dalam masjid saat sedang berlangsungnya solat Idul Fitri.

Tidak pernah diajak ke masjid
Barang kali ini adalah pertama kalinya untuk si kecil datang ke masjid. Ia masih merasa bingung melihat ribuan orang di dekatnya. Terlebih lagi tidak ada yang bisa diajak bicara bahkan bapak ibunya sendiri. Saya sendiri sering melihat anak kecil yang sudah terbiasa diajak oleh ayahnya ke masjid, ia begitu lucu. Menirukan gerakan orang tuanya dan tetap berada di samping sang ayah. Ada juga yang tiap subuh diajak oleh ayahnya, padahal sang anak juga tertidur saat di masjid, namun sang ayah tetap mengajaknya untuk solat subuh. Mungkin karena sudah terbiasa, anak menjadi tertarik dan tidak lagi takut ataupun heran saat berada di masjid.

Takut dengan suara keras dari speaker
Bisa saja karena lantunan ayat ayat suci yang menggema saat solat berlangsung, sang anak merasa takut. Bukan takut karena dia termasuk jin, namun suara keras dari yang menirukan imam membuatnya takut. Saya saja sampai kaget saat yang menirukan imam mengumandangkan suara yang sangat keras, jauh lebih keras dari sang imam.

Tidak dapat bermain
Ada beberapa orang tua yang menjadikan masjid sebagai tempat bermain anak. Saat anak berlari, bercanda, dan bertingkah seperti di taman, sang orang tua selalu membiarkannya. Hal ini akan membuat anak tidak betah apalagi untuk mengikuti solat. Kecenderungannya adalah ingin bermain, bukan berdiri sambil mendengarkan imam.

Sebagai orang tua, sebaiknya sudah mengenalkan Islam sedini mungkin. Biasanya orang tua baru akan mengenalkannya saat menginjak Taman Kanak-kanak, sebenarnya itu terlambat. Saat sang anak diajak ke masjid ia tidak bisa bertahan lama.

Ada baiknya Islam dikenalkan sedini mungkin. Serta usahakan anak juga di ajari bagaimana adab di masjid. Karena jika anak mengganggu kekhusyukan solat, maka yang menanggung dosa adalah orang tuanya.

Oleh karenanya, peran orang tua dalam mendidik dan mengajarkan agama sangat penting. Sebab anak tidak dapat di silent maupun di non-aktifkan layaknya handphone.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah.

Segala artikel yang salah, kurang berkenan, menyinggung, maupun kurang sopan mohon dimaafkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun