Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadi Buruh Aja kok Repot

3 Januari 2016   08:29 Diperbarui: 5 Januari 2016   05:39 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="demonstrasi"][/sumber: www.rmol.co]

Pergantian tahun adalah moment yang di tunggu oleh para perkerja, pasalnya akan ada kabar baik yang datang. Tapi bisa jadi kabar itu tak sebaik seperti yang mereka nantikan. Kenaikan gaji, adalah hal yang selalu terjadi tiap tahun dan mereka menanti tahun baru untuk mendapatkan kenaikan itu. Terkadang pihak yang berkuasa tak selalu berpihak pada mereka. Orang orang yang memiliki kepentingan didalamnya selalu ingin untung, bahkan bisnis mungkin dunia yang Terkejam kedua setelah politik.

Keprihatinanpun timbul saat para buruh harus selalu turun ke jalan untuk mendapatkan hak hak mereka. Tapi tak semua buruh itu baik, pasalnya gara gara keegoisan mereka untuk mendapatkan sesuatu yang di anggap berlebihan oleh perusahaan akhirnya mereka malah di PHK. Yang lebih disayangkan pihak yang mengajak mereka untuk berorasi malah tidak bertanggung jawab. Namun di balik citra buruknya karena selalu menuntut masih ada Beberapa buruh yang bekerja sangat tekun hingga sebagian besar dari hidupnya mereka abdikan pada perusahaan.

Buruh atau karyawan memang tidak akan pernah bisa di lepaskan dari dunia bisnis. Kadang dunia perlu orang orang yang takut untuk mengambil resiko karena para pekerja atau buruh rata rata bukanlah seorang Risk Taker. Kadang ketakutan mereka ini dimanfaatkan oleh perushaan untuk pengambilan kebijakan secara sepihak. Aturan aturan yang di keluarkan oleh pemerintah memang belum terlalu tegas dan memihak pada buruh. Pasalnya buruh masih saja dirugikan jika harus berhadapan dengan perusahaan. Menilai orang orang dalam lingkungan kerja memang tidak mudah, kadang memberikan penilaian itu mudah namun belum tentu objektif. Apalagi untuk perusahaan yang memiliki karyawan puluhan ribu, sangat sulit untuk menilai kinerja mereka secara tepat. Saya sendiri pernah berada pada posisi ini, dimana tuntutan pekerjaan sangat banyak sedangkan hak hak kita tak diberikan.

Perlu kita sadari bersama bahwa lapangan pekerjaan tak seluas Negara kita. Mungkin kurang dari satu persen jumlah pengusaha di Indonesia dengan jumlah penduduknya. Bisa dibayangkan betapa ketatnya persaingan dilapangan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Bukan hal yang mudah memang, hanya dengan niat yang gigih dan sikap pantang menyerah saja yang akan membuat kita dapat bertahan. Sudah menjadi rahasia umum apabila saat kita mencari pekerjaan banyak sekali calo. Tapi perlu kita ingat, jika kita memiliki etos kerja yang tinggi jangan pernah takut untuk bersaing secara sehat. Uang jutaan, puluhan juta hingga ratusan juta bisa di korbankan untuk mendapatkan pekarjaan. Ironi memang, tujuan kita mencari pekerjaan adalah untuk mendapatkan penghasilan bukan malah mengeluarkan banyak uang. Terkadang jika kita ragu terhadap kemampuan diri sendiri kita akan merasa kurang percaya diri saya mencari pekerjaan. Tak jarang relasi seseorang menjadi pintu gerbang utama untuk mendapatkan sebuah pekerjaan.

Alternative yang paling mudah sekaligus sulit bagi para pencari kerja adalah menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil. Sebenarnya ini adalah alternative untuk mencari aman. Siapa mau menganggur sedangkan ia memiliki keluarga yang butuh penghidupan. Kita tahu bahwa untuk dapat masuk ke dalam birokrasi pemerintah akan lebih sulit dari pada masuk sebuah perusahaan. Ini jelas seimbang dengan apa yang akan didapatkan oleh para PNS nantinya. Tapi jika kita tidak pernah mencoba maka kita tidak akan pernah tau kemampuan kita sampai sejauh mana. Jika kita mampu menjadi seorang PNS maka kita sudah mendapatkan pekerjaan untuk seumur hidup, bisa dikatakan demikian. Oleh karenanya untuk masuk juga perlu perjuangan ekstra keras.

Pekerja sekarang selalu di benturkan pada masalah Out Sourching

Setelah serangkaian perjuangan yang dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan, ternyata untuk bertahan pada sebuah pekerjaan juga lebih sulit. Kita selalu menginginkan pekerjaan yang tidak berat, jam kerja singkat, waktu libur banyak dan gaji besar. Saya pastikan itu tidak ada. Setiap pekerjaan punya resiko masing masing dan setiap jabatan punya tanggung jawab masing masing.

Sistem kontrak kerja menjadi pilihan bagi perusahaan untuk menguji sejauh mana kinerja seseorang terhadap pekerjaannya. Namun yang menjadi permasalahan adalah saat sistem kontrak kerja mereka adalah Out Sourching. Saya sendiri pernah mengalaminya dan masanya cukup panjang. Secara perhitungan memang jelas pekerja sangat dirugikan, pasalnya banyak sekali kecurangan yang di lakukan oleh perusahaan Out Sourching. Banyak kewajiban administrasi pekerja yang tidak dilaksanakan dan Hak Hak pekerja juga jarang dapat di ambil penuh.

Namun di beberapa perusahaan besar memang sistem ini tidak di pakai lagi, mereka menggunakan sistem kontrak kerja perusahaan dan disesuaikan dengan kebijakan awal perusahaan, misal setelah 1 atau maksimal 2 kali masa kontrak akan langsung menjadi karyawan tetap namun jika kinerjanya di anggap kurang baik maka perusahaan dapat mengakhiri hubungan kerjanya. Secara administrasi, hak dan kewajibannya disamakan dengan pegawai tetap. Perusahaan yang seperti ini berarti benar benar menjamin hak hak karyawannya.

Gaji yang selalu Minimum.

Untuk berada di sebuah tempat kerja, jelas gaji juga akan menjadi pertimbangan seseorang. Pemerintah menetapkan Upah Minimum yang harus diberikan kepada pekerja, namun di beberapa tempat kerja Upah Minimum ini di abaikan. Biasanya jika sudah berbentuk Perseroan Terbatas maka mereka akan sesuai dengan kebijakan pemerintah. Tapi jika kita bekerja di tempat Home Industri bisa jadi gaji kita masih di bawah Upah Minimum yang di terapkan.

Namun menurut saya Upah Minimum yang di tetapkan suatu kepala daerah juga belum mencukupi kebutuhan. Saya pernah berada di dalamnya dan merasakan keprihatinan yang dirasakan oleh pekerja. Rata rata dari para pekerja tidak dapat membeli rumah untuk tempat tinggal, kecuali para pekerja yang sudah bekerja puluhan tahun. Kadang mereka yang sudah bekerja puluhan tahun juga masih belum mampu untuk menyediakan kebutuhan primernya. Oleh karenanya memang untuk dapat bertahan hidup butuh perjuangan ekstra. Tidak setiap orang mampu untuk menjadi Risk Taker sehingga mereka lebih memilih menerima keadaan dan yang paling utama memang harus selalu bersyukur.

Siap Siap di PHK

Kita tahu akan ada masanya tubuh kita ini tak lagi produktif. Jika kita bekerja maka akan ada masanya kita berhenti dari suatu pekerjaan. PHK merupakan pemutusan sepihak yang dilakukan oleh perusahaan. Bagi Karyawan Tetap masalah PHK ini menjadi ancaman serius. Naik Turunnya keadaan ekonomi di negeri ini juga sangat berpengaruh pada dunia pekerjaan. Apabila kita bekerja sudah lama maka kita akan jarang sekali untuk mengundurkan diri, karena uang pesangon yang akan kita dapatkan juga hanya sedikit. Lain halnya dengan di PHK, uang pesangon yang di terima akan lebih besar. Tapi bukan ini yang di butuhkan seseorang yang masih memiliki tanggungan keluarga, pesangon yang mereka dapatkan hanya cukup untuk beberapa bulan sedangkan hidup harus berlanjut.

Untuk itu sebagai seseorang yang tahu tentang resiko dan tantangan yang akan di hadapi dalam dunia kerja, maka ada baiknya kita merencanakan kelanjutan kehidupan kita dengan lebih baik sehingga resiko yang sewaktu waktu dapat terjadi dapat kita antisipasi. Bekerja Keras, Bekerja Cerdas dan Bekerja Tuntas adalah kuncinya. Kita bekerja Keras untuk menghidupi keluarga, Bekerja Cerdas untuk bekal kita sendiri apabila sewaktu waktu kita sudah tidak lagi bekerja, serta Bekerja Tuntas untuk Perusahaan agar kita melaksanakan kewajiban kita sebagai hubungan timbal balik.

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun