Menurut WHO, kanker merupakan salah satu jenis penyakit terbanyak yang menyebabkan kematian yaitu sekitar 9,6 juta didunia pada tahun 2018 dan datanya terus meningkat setiap tahunnya. Maka dari itu dilakukanlah pencarian cara untuk mengobati penyakit ini dan salah satu jenis pengobatan yang ditemukan adalah kemoterapi, kemoterapi ini diketahui memiliki peranan penting dalam membunuh sel kanker yang tidak terdeteksi, namun seperti yang kita ketahui bahwa metode pengobatan ini memiliki efek samping yang cukup besar seperti rambut rontok, pendarahan, sulit tidur dan kelainan detak jantung maka dari itu dicarilah metode lain yang memiliki efek samping yang lebih ringan dan ditemukan imunoterapi (Hossen et al. 2019).
Imunoterapi merupakan metode pengobatan kanker dengan cara meningkatkan respon imun tubuh, metode ini banyak diminati dibandingkan jenis pengobatan lain yang langsung membunuh sel kanker seperti kemoterapi dikarenakan pengobatannya natural dan efek sampingnya lebih sedikit, selain itu dengan pengobatan ini dapat meminimalkan kemunculan sel kanker lagi karena adanya immunomemory (Kemampuan sel imun dalam mengingat sel asing, sistemnya digunakan pada vaksin sinovac) (Riley et al. 2019).
Jenis Imunoterapi
Menurut Riley et al. (2019) pada imunoterapi terdapat beberapa jenis metode untuk mengobati kanker seperti sitokin, checkpoint inhibitors, dan vaksin kanker.
Sitokin
Memiliki peranan dalam perkembangan dan aktivitas dari sel imun, terdapat 3 jenis sitokin yang banyak digunakan sebagai imunoterapi, yaitu interferon, interleukin dan faktor stimulasi koloni makrofag granulosit (GM-CSF). Â
Checkpoint inhibitors
Merupakan salah satu jenis pengobatan yang dapat membantu dalam respon ke sel kanker, cara kerjanya adalah dengan cara mengganggu kemampuan sel kanker dalam menghindari sistem imun dalam tubuh. Kelemahan dari penggunaan metode ini adalah efek samping yang ditimbulkan sangat parah terhadap beberapa organ dan banyak pasien yang tidak bereaksi dengan metode imunoterapi ini.
Vaksin Kanker
Vaksin seperti yang kita ketahui merupakan suatu zat yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk meningkatkan respon imun terhadap suatu penyakit atau patogen, vaksin kanker ini merupakan metode pengobatan yang menggunakan sel atau materi genetik dari penderita kanker yang sudah dimodifikasi untuk disuntikkan kembali. Vaksin ini dapat menyembuhkan dan mencegah seseorang terkena kanker dengan menggunakan konsep imunomemory, metode ini diketahui memiliki efektivitas yang bergantung pada sampai atau tidaknya materi genetik ini ke sel kanker yang dituju sehingga metode ini membutuhkan cara pemberian yang lebih efektif dan lebih tepat.
Immuno Delivery
Dikarenakan efektivitas bergantung pada sampai tidaknya zat yang diberikan, maka dari itu untuk meningkatkan hasil dan mengurangi resiko dari imunoterapi dikembangkan metode pemberian yang baru yang disebut dengan immuno delivery. Immuno delivery adalah suatu metode pemberian obat ke target imun tanpa mengurangi efektivitas dan juga resikonya, salah satu metode immunodelivery yang akan saya bahas adalah dengan menggunakan nanocarriers. Â
Nanocarriers
Metode ini dibuat untuk mencoba menyelesaikan permasalahan mengenai prosedur yang rumit dan juga harga yang mahal, nanocarriers yang dapat digunakan bisa menggunakan partikel nano yang dibuat untuk mentarget dan masuk ke sel kanker (Riley et al. 2019), dapat juga menggunakan liposom yang sudah dimodifikasi. Penggunaan liposom yang sudah dimodifikasi ini sangat baik, dikarenakan merupakan smart delivery system (Gambar 1) yang bisa membawa obat anti-kanker ke sel kanker, memiliki mekanisme untuk mengetahui letak dari sel kanker, dapat menstimulasi pelepasan obat anti kanker pada sel kanker sehingga obatnya bisa lebih efektif (Hossen et al. 2019).
Modifikasi dari liposom ini dilakukan karena liposom konvensional memiliki banyak permasalahan seperti tidak stabil, kadar obat yang bisa disisipkan jumlahnya lebih sedikit, pelepasan obatnya lebih cepat sehingga mengurangi efektivitas karena belum sampai ke situs sel kanker, dan waktu sirkulasi di darah yang pendek sehingga ada kemungkinan gagal maka dari itu diperlukan adanya modifikasi.Â
Modifikasi yang dilakukan dapat berupa PEGylasi liposom yang berhubungan dengan waktu sirkulasi dalam darah,  kemudian theranostic liposom yang dibuat agar liposom dapat membawa kadar obat anti kanker yang lebih banyak, pada jenis ini liposom dapat membawa agen terapeutik dan agen genetik dan liposom pentarget ligan yang membuat liposom dapat menentukan distribusi biologis dari liposom, mengetahui letak dari sel kankernya dan membawa obat anti-kanker ke dalam situsnya (Hossen et al. 2019).
KesimpulanÂ
Nanocarriers merupakan salah satu penemuan yang berperan penting dalam aplikasi biomedis terutama terhadap proses pengiriman obat anti-kanker ke situs sel kankernya. Pembuatannya yang bertujuan untuk memperbaiki keterbatasan dari sistem pengobatan kemoterapi yang konvensional, dan juga dengan smart delivery system dengan menggunakan nanocarrier dapat meningkatkan efektivitas dan kerja dari imunoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Hossen S, Hossain MK, Basher MK, Mia MNH, Rahman MT, Uddin MJ. 2019. Smart nanocarrier-based drug delivery systems for cancer therapy and toxicity studies: a review. J Advanced Research. 15(2019) :1-18.
Riley RS, June CH, Langer R, Mitchell M. 2019. Delivery technologies for cancer immunotherapy. J Nat Rev Drug Discov. 18(3): 175-196.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H