Hal ini belum terjadi, namun sepertinya di masa depan mungkin, sekali lagi mungkin, akan terjadi percakapan seperti ini.
Raja: Aku akan naik gunung dan melakukan tahapan moksa, masa jabatanku sudah habis, siapakah yang akan mewarisi negeri yang melimpah sumber dayanya dan dipenuhi banyak kelebihan lainnya?
Raja pun melihat kepada para menterinya. Ada yang bertemperamen, ada yang memiliki masa lalu buruk, ada yang menjadi kaki tangan korporat, ada yang licik dan licin. Dengan menggeleng pelan ia tidak bisa menemukan pewaris negeri. Lalu seorang menteri bijak berkata.
"Raja, bagaimana dengan menteri segala urusan? Semua masalah kerajaan sepertinya selesai oleh beliau. Ia adalah seorang calon yang baik."
Raja mendesah, "Masalahnya adalah banyak yang tidak suka. Termasuk rakyat. Walaupun ia berhasil dalam segala hal, aku tidak bisa meresikokan hal ini. Kestabilan kerajaan adalah nomor satu."
Sang menteri bijak menjawab, "Kalau begitu adakah calon lain yang layak untuk mewarisi negeri?"
Sekali lagi sang raja menyapu pandangannya ke segenap penjuru, bahkan ruangan sebelah di mana peraturan - peraturan dibuat, dan tidak menemukan hal baik. Ia mengeluh. Sekali lagi sang menteri bijak bersabda.
"Begini saja, tuanku, beri kami waktu. Persepsi dapat diubah, citra dapat diperbaiki. Raja jangan naik gunung sekarang. Kami akan coba memperbaiki pandangan rakyat terhadap sang menteri, sehingga mereka dapat mendukungnya. Mudahan - mudahan kami berhasil."
Raja pun pelan - pelan tersenyum. Usul itu dipandang baik dan ia mengijinkannya untuk dilakukan.
Kisah lain dapat dilihat di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H