"Tidak kusangka doamu benar -- benar dijawab dalam waktu singkat, sobat."
"Jangan senang dulu, Tirum. Tabib Rehuel pernah memberikanku harapan palsu."
Setelah sekian lama, di kejauhan mulai terdengar suara ribut -- ribut. Posisi sinagoge yang sedikit berada di kaki bukit membuat Agustinus dan Tirum bisa melihat kejadian di bawah.
"Astaga, Agustinus, luar biasa, Ia diikuti oleh banyak orang!"
"Aku juga tidak habis pikir, Tirum. Aku sudah melihat -- Nya. Yesus itu yang berbaju abu -- abu di depan orang -- orang itu, bukan? Ah, sepertinya Ia benar -- benar berasal dari Allah. Ia memiliki kharisma dan kuasa di hadapan orang banyak!"
Agustinus dan Tirum mulai cemas dan gelisah.
"Kita tidak layak untuk berhadapan dengan orang bernama Yesus itu, Tirum. Tua -- tua Yahudi justru membawa orang ini ke hadapan kita. Lebih baik kita yang merendahkan diri, Tirum. Lebih baik kita yang menghadap -- Nya!"
"Mari!" sambut Tirum.
Keduanya keluar dari lingkungan sinagoge dan berlari menuruni bukit. Khalayak umum menghentikan pergerakannya ketika keduanya tiba di hadapan Yesus. Agustinus segera berlutut.
"Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita."
Yesus berkata kepadanya. "Aku akan datang menyembuhkannya."