"Siapa yang mengatakan seperti itu?"
"Kakak pembimbing di persekutuan kemarin, bang. Dan setelah Edo pikir -- pikir, ada benarnya juga. Semua hal tentang meditasi ini memang menarik, namun agak merinding jika dipraktekkan."
"Dona, ya? Bisa -- bisanya ia berkata seperti itu. Apa lagi yang ia katakan?"
"Banyak, bang. Dia bilang meditasi ini ada sejarahnya. Sudah seribu tahun lebih dipraktekkan oleh masyarakat Indonesia, terutama pada jaman -- jaman kerajaan dulu. Biasanya dulu dilakukan oleh petapa -- petapa yang sudah meninggalkan kenyamanan hidup, dan ingin bersatu dengan alam semesta. Biasanya dilakukan orang -- orang tua, kakek -- kakek."
"Ya, aku tahu itu, Do. Aku kan suka sejarah. Aku pernah cerita tentang Airlangga, raja Kediri yang pergi bertapa ke hutan, dan meninggalkan kerajaannya bagi anak -- anaknya. Tapi tidak berlangsung baik, dan mereka berebut kekuasaan."
Edo mengangguk, "Ya, seperti itu. Dona bilang, petapa -- petapa bertujuan satu: untuk mengejar surga."
Channel pun berganti dengan channel berita tanpa kami sadari, dan kini memberitakan tentang sekelompok orang -- orang yang berseragam hitam -- hitam dan membawa bendera. Mereka berseru -- seru lantang di jalan dan meneriakkan kata -- kata pembangkit semangat. Pembahasan tentang surga menjadi terpantik kembali.
"Lihat mereka itu. Mereka tidak ada bedanya dari yang kita bahas sebelumnya. Bukankah mereka itu juga mengejar surga?"
Edo menatap layar tv cukup lama. Aku tahu bahwa ia sedang berpikir. Kemudian dia menjawab.
"Menurutku tidak, bang. Mereka hanya memaksakan konsep surga mereka untuk menjadi surga milik orang lain juga. Dan menurutku tidak bisa seperti itu. Setiap orang memiliki konsep surganya masing -- masing, tergantung ajaran yang dianutnya."
Semakin menarik pembahasan ini. Aku sudah melupakan snack pisang keju yang kucemil sebelumnya. Aku memancingnya dengan pertanyaan lain yang terkait.