"Di mana mereka sekarang? Jangan katakan Tower of Ancient Mage."
Revarth hanya mengangguk perlahan, menyatakan kesedihannya. Bobo pun bersikap histeris. Keduanya tahu bahwa memasuki menara yang dijaga ketat oleh mage - mage iblis adalah hal yang tidak masuk akal. Namun, Bobo masih bersikap optimis.
"Kita memang tidak bisa memasuki tempat itu hanya dengan berdua saja. Tunggu sebentar. Aku merasa beruntung hari ini."
"Apa maksudmu?" Namun Bobo tidak menjawab dan langsung masuk menuju pondoknya. Ia keluar lagi dengan membawa peta.
"Dua hari yang lalu aku menyelamatkan seekor kelinci. Ternyata ia kepunyaan Grock, si builder hutan itu. Grock merasa berterima kasih padaku, juga berhutang budi. Ia rela akan melakukan apa saja. Ini tempat tinggalnya."
Revarth melihat peta dan memandang perbukitan di belakang Danau Tobias. Ia tersenyum simpul.Â
"Jadi sekarang kita akan menuju Dew Mountain? Ah, tunggu, Bobo, itu artinya kau setuju untuk membebaskan Lorena?"
Bobo menyikut lengan Revarth, "Tentu saja, bodoh. Nana itu sepupuku juga. Lagipula, tombak - tombak nelayanku sudah terlalu tumpul. Aku ingin bertarung, Revarth."
Revarth mengangguk, "Kita kalahkan Carmello."
Cerita lebih lengkap dapat disaksikan di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H