Keyser menoleh dan menunjuk, "Tanya saja kawanmu sesama petinggi dewan di belakangmu itu."
Seorang manusia bertubuh jangkung dengan pakaian katun tebal melangkah menghampiri Cornelis. Jan Poppen, Sepertinya orang ini baru saja keluar dari kabin. Bagaimana mungkin dalam cuaca sepanas ini ia memakai pakaian seperti ini? Aku saja melepas pakaian tebalku. Ia tidak terkena skorbut? Ia menampilkan senyum ramah di bawah hidung mancungnya.
"Selamat pagi, kawanku, nampaknya ada yang menggelisahkanmu. Ada yang bisa kubantu?"
"Poppen. Keyser baru saja memberitahuku bahwa persediaan makanan kita mulai membusuk dan air mulai habis. Bukankah kita baru saja berhenti di Pulau Kenari?"
"Ya, aku juga tidak mengerti, Houtman. Butiran pala yang kita bawa dari Amsterdam ternyata tidak berpengaruh sama sekali dalam hal mengawetkan. Bukankah catatan Linschoten memberitahu kita bahwa pala berfungsi untuk mengawetkan makanan? Tapi makanan di lambung kapal mulai membusuk."
Linschoten terkutuk. Catatannya dipenuhi fabel -- fabel fiksi. Siapa yang percaya ada makhluk gaib, ikan besar berbentuk manusia di dataran India sana? Anehnya, pedagang -- pedagang itu percaya padanya.
Cornelis meraih kantung bajunya dan menggenggam sebutir cengkih. Ia memang menaruhnya di sana sebagai pengingat atas motivasi berlayar. Cornelis menarik keluar dan memerhatikan butir cengkih itu, mengepit di antara telunjuk dan jempolnya. Bentuknya tidak besar, rapuh, dan sudah mengeras. Benda itu mengeluarkan aroma harum.
"Demi benda ini, Poppen, demi benda ini kita rela mempertaruhkan nyawa mengarungi setengah bola bumi. Tanaman terkutuk! Mengapa kau hanya tumbuh di daerah timur saja?"
Jan Poppen tersenyum. "Tenanglah, sobat. Bangsa -- bangsa Eropa memiliki nasib sama. Inggris bahkan sudah lebih dahulu berlayar menuju Timur. Bahkan mereka mencari jalan dari arah utara timur, hendak menyeberangi lautan es. Hahaha, dasar orang -- orang dungu."
Cornelis menatap Poppen dengan tajam. Ia setengah membentak, "Bagaimana mungkin kau tertawa ringan, Poppen, mengetahui bahwa nasib kita tidak lama lagi? Kita akan mati di kapal ini, tanpa makanan dan air!"
Poppen menggenggam tangan Cornelis untuk menenangkannya, yang dengan cepat ditepis oleh orang itu, sambil berkata, "Tenanglah, Houtman. Saudaramu, Houtman yang lain itu, menyetok dalam jumlah besar di kapal Hollandia. Dan ia membuat persediaan secara teroganisir, menumpuk dan memilah -- milahkan dengan benar. Tidak akan ada jamur busuk berani datang mendekat. Dan di atas semuanya itu, ia menambahkan butir pala sebagai pengawet. Tidak asal -- asalan seperti di kapal ini."