Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rakai Pikatan 3 [Novel Nusa Antara]

27 Desember 2018   08:48 Diperbarui: 27 Desember 2018   08:51 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang bandit dengan muka tertutup berlari dan mengacungkan celurit di ujung jembatan. Rakai Pikatan berbalik, hanya untuk melihat seorang bandit lainnya menutup jalan dan sambil melipat tangan ia melihat ke arah Rakai Pikatan dengan nafsu membunuh. Tercekat, namun cepat menguasai keadaan, Rakai Pikatan turun dari kudanya dan mengeluarkan pedang di sampingnya.

"Keadaan tidak baik, Raka. Kita dikepung. Aku mencoba mengatasi bandit di depanku, kau coba hadapi lawan di depanmu itu." Rakai Pikatan mencoba menguasai keadaan, namun dengan tangan masih gemetaran.

"Tidak, tuan. Tetap bersamaku. Mereka tidak sendiri," tukas Raka Saputro.

Raka Saputro benar. Dari balik pepohonan di seberang sungai Rakai Pikatan dapat melihat gerombolan bandit memantau jembatan dari atas kuda. Ia tidak dapat memastikan berapa bandit yang berada di seberang sana. Ia menebak sekitar lima hingga enam orang. Namun tidak untuk bandit yang berada di hadapannya. Nampaknya ia hanya seorang diri saja.

"Baiklah. Mari kita bertarung, tuan. Jembatan ini terlalu sempit buatku untuk berbalik arah. Kau harus menghadapi orang di depanmu, tuan," Raka Saputro berhenti sebentar, dan melanjutkan dengan suara berbisik kepada Rakai Pikatan, "ini adalah kumpulan bandit terbodoh yang pernah aku hadapi."

Kedua bandit tersebut berlari bersamaan menerjang sisi Raka Saputro dan Rakai Pikatan. Tidak seperti Rakai Pikatan yang menunggu, Raka Saputro ikut berlari menerjang bandit di hadapannya. Rakai Pikatan tidak dapat melihat apa yang terjadi di belakangnya, ia hanya mendengar sebuah suara seperti sebuah batu besar tercebur ke sungai. Sesaat kemudian ketika ia mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi bandit di hadapannya, sebuah sosok dengan sangat cepat berlari di sampingnya dan menerjang bandit di depan. Sebuah pedang menembus perut sang bandit, dan tidak lama kemudian suara ceburan kedua terdengar di sungai Progo. Kali ini Rakai Pikatan dapat melihat jelas kedua 'batu' penyebab ceburan tersebut.

Masih dalam kondisi terkesima, Rakai Pikatan mendengar sang pemimpin bandit berteriak memimpin anak buahnya untuk menyerang jembatan. Raka Saputro tidak berlari menerjang untuk saat ini. Ia menunggu di tengah jembatan, dan ketika bandit -- bandit sampai ke tengah jembatan, ia bertarung menghadapi mereka satu persatu. Kini Rakai Pikatan mengerti mengapa bandit -- bandit ini disebut bodoh oleh Raka Saputro.

Satu persatu tubuh -- tubuh bertumbangan dari jembatan menuju permukaan sungai yang dangkal. Rakai Pikatan mengagumi teknik pedang Raka Saputro. Tidak ada satupun tebasan sang ksatria yang membiarkan lawannya hidup, apalagi lolos. Mayat -- mayat bergelimpangan di atas Sungai Progo yang pelan -- pelan membawa tubuh tersebut dengan arus tenangnya. 

Setelah selesai bertarung, Raka Saputro menyarungkan pedangnya sembari berkata, "Sudah kuperingatkan, tuan. Adalah tidak baik untuk terpisah jauh dari rombongan. Mari, kita susul mereka."

"Baiklah, mari kita lekas pergi. Terima kasih, kawan," ujar Rakai Pikatan yang dibalas dengan anggukan Raka Saputro. Rakai Pikatan bersyukur dewa ada di sisinya hari itu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun