Mohon tunggu...
Theo Ka Aditama
Theo Ka Aditama Mohon Tunggu... -

twitter @Theo_Krisna\r\nFacebook @Theo_Aditama\r\nfotografer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Monopoli Televisi dan Faslilitas Kelanggengan Kekuasaan

3 Maret 2012   12:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:34 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13307779992074283131

Perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi saat ini begitu luar biasa. Perlahan-lahan terjadi sebuah pergeseran fungsi, makna, dan cara dalam menyampaikan sebuah Informasi kepada masyarakat luas. Teknologi yang berkembang pesat itulah yang menjadi salah satu faktor perubahan terjadi. Sebuah informasi dengan sangat mudah diterima oleh masyarakat luas hanya dalam hitungan detik. Dahulu seorang wartawan menyampaikan kejadian atau peristiwa harus menunggu beberapa waktu karena terhalang oleh jarak dan alat komunikasi yang belum semaju saat ini. Untuk saat ini apabila terjadi peperangan di Negara Afrika pada detik itu pula masyarakat yang tinggal di Indonesia dapat mengetahui tentang peperangan tersebut, mulai dari penyebab peperangan hingga jumlah korban akibat peperangan tersebut. Bukan menjadi hal yang mustahil bahwa teknologi telah membuat jarak menjadi terasa dekat dan segala informasi dapat disampaikan atau diberikan dengan begitu cepat.

Perkembangan teknologi pula yang akhirnya membuat sebuah pergeseran terhadap media penyampaian informasi kita. Kata dan gambar berubah menjadi kata, gambar dan suara. Fenomena inilah yang muncul di era-digitalisasi. Orang tidak lagi tertarik untuk membaca sebuah berita yang ada di koran atau majalah tetapi orang lebih memilih melihat Televisi yang sebenarnya konten, makna dan keakuratan mempunyai persamaan bahkan terkadang nilai-nilai tersebut lebih dimiliki oleh media cetak. Lebih-lebih dengan adanya beberapa stasiun televisi yang menyajikan Program Hot News tentang sebuah kejadian dan dapat melaporkan kejadian tersebut saat itu juga, sehingga orang lebih memilih melihat saat itu juga apa yang terjadi dari pada harus menunggu terbitnya koran keesokkan harinya. Ditambah lagi media komunikasi kata, gambar dan suara telah dimiliki hampir seluruh orang di Indonesia. Televisi bukan lagi menjadi hal yang langka untuk masyarakat Indonesia. Dapat dipastikan bahwa hampir seluruh keluarga memiliki 1 televisi bahkan ada yang memiliki lebih dari 1 televisi. Kenyataan ini menambah  keyakinan penulis akan peran media Televisi yang begitu besar di dalam masyarakat Indonesia.

Fenomena inilah yang akhirnya “ditangkap” oleh beberapa orang dalam rangka mewujudkan sebuah keinginan. Di Indonesia sendiri stasiun Televisi Nasional di pegang oleh pihak swasta yang akhirnya memonopoli penyiaran di Indonesia. Kurang lebih ada 10 Stasiun Televisi Nasional di Indonesia yang dipegang oleh pihak swasta. Akibat yang muncul adalah adanya kepentingan atau pesanan yang muncul terhadap media komunikasi tersebut. Dari 10 Stasiun Televisi Nasional yang ada jika di sederhanakan lagi atau dikelompokkan, ternyata hanya terdiri dari beberapa Orang Saja yang memiliki media komunikasi tersebut. Hanya terdiri dari 4 orang saja yang menguasai media Komunikasi kita. Sebenarnya bukan menjadi permasalahan ketika semua pemilik atau perusahaan penyedia jasa media komunikasi berjalan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada. Pada kenyataan yang ada terjadi pelanggaran di sana – sini dengan berbagai faktor.

Satu hal yang menonjol adanya hidden agenda di dalam setiap tayangan yang muncul/diberitakan/disampaikan kepada masyarakat. Banyak orang bilang ada televisi biru dan merah yang setiap kali menyoroti sebuah kejadian terdapat fakta yang berbeda yang disajikan kepada masyarakat. Terkesan Medianya sama tetapi fakta yang diberikan berbeda dan saling bertolak belakang. Tentunya dapat dipahami dengan munculnya realisatas sosial dan realiatas media sehingga realitas media terkadang tidak dapat menggambarkan realitas sosial. Tetapi bukan hal inilah yang menjadi tumbal bagi perusahaan media penyiaran menyampaikan fakta yang berbeda.

Adanya agenda setting di dalam setiap informasi yang diberikan kepada masyarakat. Adanya kepentingan dari pemilik perusahaan yang sangat bisa mewujudkan kemauannya karena dialah yang memiliki modal. Atmosfer ini begitu terasa ketika sang pemilik modal tersebut berebut untuk menduduki kursi RI 1. Mereka berlomba-lomba membuat pencitraan sebaik-baiknya agar dipilih menduduki kursi RI 1. Apesnya bagi mereka yang tidak memiliki media komunikasi hanya dapat melihat dan terkadang menjadi bahan ejekan atau cercaan oleh mereka yang memiliki media komunkasi tersebut. Media komunikasi akhirnya dikontrol demi kelanggengan kekuasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun