Mohon tunggu...
Theo kossay
Theo kossay Mohon Tunggu... -

tinggi badan: 165, berat badan: 80 kg, hobbi nonton dan baca,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sosialisasi Cara Menolong Orang Miskin di Kampung

31 Maret 2017   12:17 Diperbarui: 1 April 2017   06:33 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengatasi masalah ini lalu WWF Papua Koordinator KSU Tetom Jaya dan Suku Sapusaniye, Kab. Sarmi, sdr. Yunus memberdayakan mereka untuk mengelola potensi hutan yang luasnya telah disebutkan di atas secara mandiri. Pemberdayaan mengelola potensi hutan ini dengan cara pelatihan. Pelatihan meubel dilakukan selama 2 minggu di Kampung Totem Jaya. Instruktur pelatihan ini adalah bapak David, asal kota Surabaya, tinggal di Sentani.

Hubungan KSU Tetom Jaya mengelola hutan dengan sosialisasi penguatan sistem keuangan Credit Union adalah anggota KSU Tetom Jaya Bonggo dapat menjadi anggota CU lalu penghasilan dari pengelolaan kayu menjadi meubel dapat membantu dirinya, keluarga bahkan kelompok melalui program dan jasa layanan CU Noken Mambura Jayapura-Papua.

  • Sosialisasi KSU Jibogol, KampungGuriad, Distrik Unurumgui,
  • Proses sosialisasi

Kegiatan sosialisasi pada KSU Jibogol, Kampung Guriad, Distrik Unurumguai, Kab. Jayapura dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 25 Maret 2017. Bertempat di aula KSU Jibogol di Guriad. Kegiatan ini dimulai pada pukul 10.50 wip dan selesai 13.30. sebenarnya kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 10.00 wip tetapi karena peserta sebagian belum tahu, dan baru pagi itu tahu dari tim sosialisasi datang lebih awal pada pukul 10.00 wip di lokasi dan mulai diketahui warga bahwa ada kegiatan sosialisasi sistem pengelolaan keuangan Credit Union. Kegiatan sosilisasi di KSU Jibogal ini dilakukan tanpa fasiolitas penerangan seperti di dua tempat lain. walaupun kurang fasilitas tetapi semangat dari tim dan peserta akhirnya kegiatan tetap dilaksanakan dengan durasi waktu  2 jam 30 menit.

Peserta yang hadir sebanyak 19 peserta, yang terdiri atas Laki-laki 12 peserta dan perempuan 7 peserta (tidak termasuk 5 orang tim). Menurut salah satu peserta (mama Dawen), banyak bapak-bapak tidak datang karena  sejak pagi sudah  ke hutan, mencari ikan, udang dan binatang, karena soalnya tadi malam hujan. Kalau malam hujan air jernih dan mudah mendapatkan ikan dan udang. Selain itu besok hari Minggu libur jadi hari ini bapak-bapak ke hutan.

Proses sosialisasinya sama dengan Kelompok Ekowisata dan KSU Tetom Jaya bersama KSU Suku Sapusaniye, yaitu diawali dengan pembukaan oleh koordinator WWF, Hilarius Gidi,  menyampaikan selamat datang kepada peserta dan tim CU Noken Mambura. Hila menunjuk salah satu peserta untuk doa pembukaan, setelah doa selanjutnya diberi waktu kepada tim CU, dalam hal ini bapak John sebagai narasumber untuk menyampaikan materi. Narasumber sebelum menyampaikan materi, diawali dengan perkenalan, pengurus, Pengawas dan karyawan serta alamat kantor CU Noken Mambura Jayapura.Tema-tema materi yang disampaikan kepada peserta sebagaimana tertulis di atas. Pada pukul 13.30 peserta bersama tim makan siang hingga pukul 14.00 wip. kegiatan ini berakhir dengan sambutan dan ucapan terima kasih oleh koordinator WWF Papua, setelah itu dilanjutkan dengan doa penutup oleh salah satu peserta pada pukul 14.15 wip. Pada pukul 14.20 wip tim meninggalkan tempat sosialisasimenuju pulang ke Jayapura. Tim baru tiba di sentani pada pukul 17.30 wip.

  • Latar Belakang Masyarakat KSU Jibogol

KSU Jibogol basisnya komunitas adat. Nama Komunitas adat atau suku bangsanya adalah Oria. Masyarakat adat Suku bangsa oria yang mendiami di kampung Guriad ini berasal dari kampung tua atau kampung induk Dore. Kampung Dore atau suku Oria   ini secara geografis wilayah barat berbatasan dengan sungai Mamberamo, sebelah utara berbatasan dengan kampung Sawesuma, sebelah timur berbatasan dengan kampung santoso dan sebelah selatan suku bangsa Kaureh. Kampung Dore adalah kampung asli masyarakat Guriad yang adalah juga anggota KSU Jibogo.

Masyarakat Oria yang tinggal di kampung Guriad ini merupakan migrasi dari kampung Dore. Migrasi masyarakat Dore ini sejak tahun 1993, lantaran adanya perusahaan Wapoga yang mengoperasikan Kayu sejak tahun 1993-2003. Saat perusahaan operasi hutan kayu, satu persatu dari anggota masyarakat suku Oria ini mulai datang bekerja di perusahaan ini. Akhirnya hampir semua anggota kepala keluarga banyak yang datang ke lokasi baru yaitu Kampung Guriad. Karena lokasi Guriat yang berukuran 1500-2000 Hektar ini milik Ondoafi sawesuma. Jarak tempuh antara kampung tua Dore ke Guriad, baik pergi maupun pulang jika hanya laki-laki saja bisa berjalan 2 hari 2 malam, sedangkan bersama perempuan dan anak-anak bisa tiba 1 minggu atau 6 hari.

Mata pencaharian masyarakat Oria saat masih di kampung asli  Dore adalah peramu. Tetapi setelah migrasi ke Guriad adalah beruba menjadi buruh perusahaan, bertani tradisional dan masih tetap juga dengan peramu. Saat ini kebanyakan anggota masyarakat kampung Guriad ini bekerja di peusahaan kelapa sawit di Unurumguay. Masyarakat suku Oria ini memiliki hutan dengan luas 5000 hektar. Luas hutan ini berstatus milik masyarakat hukum adat (MHA) yang telah dilegalkan dengan keputusan Gubernur Provinsi Papua nomor 94 tahun 2012 tentang Ijin Usaha Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-MHA).***

  • Jayapura, 27 Maret 2017
  • Tim sosialisasi CU Noken Mambura

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun