CUNoken Mambura Jayapuradan WWF PapuaKerjasamaSosialisasi Manfaat CU UntukMenolong Orang MiskinSupayaMenolong Dirinya Sendiri. Istilah Credit Union (CU) berasal dari bahasa Latin yaitu: Credit (Kredo=percaya), Union (perkumpulan), yang artinya, percaya pada perkumpulan. Arti secara luas, setiap manusia dengan kesadaran yang tinggi untuk berkumpul dan saling percaya maka setiap orang akan mengalami berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. CU Noken Mambura Jayapura yang sejak tahun 2007 (usia 10 tahun), telah, sedang dan akan beurasaha keras membantu orang miskin menolong dirinya, tanpa harus bergantung dan berharap bahkan berbelas kasihan dari orang lain. CU di Indonesia bahkan seluruh dunia mengembangkan konsep Raiffeisen (nama lengkapnya Friederich Wilhelm Raiffeisen, berkebangsaan Jerman, sebagai Walikota Flammersfield sekaligus pendeta) yaitu “kesulitan kaum miskin hanya dapat diatasi oleh Kaum miskin itu sendiri dengan jalan mengumpulkan modal dan kemudian meminjamkan modal tersebut kepada sesama anggotanya”. Konsep ini adalah cikal bakal CU yang sekarang sedang dikembangkan.
Cara dalam konteks Papua adalah masyarakat secara perorangan maupun yang telah memiliki kelompok atau komunitas, ikatan, paguyuban atau apapuan namanya, yang penting ada perkumpulan, lalu CU diundang pertama-tama melakukan sosialisasi tentang manfaatmenjadi anggota CU Noken Mambura Jayapura. Dengan cara ini,CU berkeyaninan setiap orang miskin sudah pasti dapat menolong dirinya sendiri sehingga orang miskin tersebut berubah menjadi tidak miskin dapat dapat mengatasi segala permasalahan ekonomi dalam keluarga. Karena CU sendiri meyakini bahwa setiap orangyang berkumpul dalam sebuah perkumpulan (komunitas) sudah pasti saling percaya untuk mengatasi rasa kemiskinannya melalui modal yang dikumpulkan secara bersama-sama lalu saling meminjamkan satu sama lain.
Dengan dasar pemahaman itu, CU kerja sama dengan WWF Papua untuk memberikan sosialisasi SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN CREDIT UNION (CU) kepada empat (4) kelompok dampingannya, yang terdiri atas 2 kelompok Kab. Jayapura dan 2 kelompo Kab. Sarmi, yaitu: 1) kelompok Ekowisata di Kampung Muaif, Distrik Nimbokrang, 2) KSU Jibogol, Kampung Guriad, Distrik Unurumguay, Kab. Jayapura; 3) KSU Tetom Jaya, Kampung SP IV, Distrik Bonggo Timur; 4) KSU Suku Sapusaniye, Distirk Pantai Barat, Kab. Sarmi. Khususnya KSU Tetom Jaya dan KSU Suku Sapusaniye, pelaksanaan sosialisasi dipusatkan di satu tempat yaitu di KSU Tetom Jaya SP IV karena jarak tempuh KSU Suku Sapusaniye yang sangat jauh.
Tim yang melakukan sosialisasi ini berjumlah 5 orang yaitu 3 orang dari CU Noken Mambura Jayapura: Bapak Yohanes Maturbongs, Benediktus Kelen, Theodorus Kossay; serta 2 orang dari WWF Papua: Hilarius Gedi dan Meki Hindom. Tim menggunakan mobil HILUX ke empat kelompok KSU ini. Jarak tempu menuju empat kelompok ini sungguh sangat jauh dan melelahkan. Jika dikalkulasi jarak titik star dari Jayapura kota menuju ke empat kelompok ini yaitu ke Kelompok Ekowisata Nimbokrang ditempuh dengan 70 an KM, jarak menuju ke KSU Jibogol- Guriad ditempuh dengan 170 KM, Jarak ke KSU Tetom Jaya SP IV Bonggo ditempuh dengan 210 KM, sedangkan KSU Suku Sapusaniye, Pantai Barat Sarmi ditempuh dengan 365 KM.
Tema-tema materi yang disosialisasikan oleh Tim CU Noken Mambura Jayapura kepada empat kelompok binaan WWF Papua sbb:Perkenalan Hymne CU; Sejarah kredit Union; Latar belakang berdirinya CU; Jaringan CUterdiri atas tingkat internasional (Amerika Serikat),tingkat asia (Bangkok), tingkat Indonsesia (Jakarta-PUSKOPDIT) dan Papua di Jayapura dan Timika (Merauka, manokwari dan Asmat bergabung di Kalimanta); Tujuan berdirinya CU Noken Mambura Jayapura; Visi dan Misi CU; Nilai-nilai dan Prinsip-Prinsip CU; Pilar-pilar Credit Union dan ciri-ciri Credit Union; 10 kewajiban CU; syarat menjadi anggota CU; Produk dan pelayanan yaitu produk simpanan (simpanan saham, simpanan nokenta dan simpanan non saham); simpanan non saham seperti: nokenhar, Nokendik, Nokenra, Noken RT. Kremata, Nokentor, Kredator; pelayanan pinjaman yaitu ketentuan umum pinjaman, penjamin dan penjamin pinjaman, penanggalan pinjaman lalai; Produk pinjaman yaitu pinjaman kapitalisasi, pinjaman produkdi, pinjaman konsumtif; pelayanan non simpan pinjam yaitu dana santunan, dana solidaritas, dana perlindungan bersama dan sebagainya.
Kegiatan ini dilakukan karena WWF sendiri sudah belasan tahun mendampingi masyarakat Papua dengan melakukan kegiatan pemetaan hutan, perlindungan dan mengelola hutan masyarakat adat di berbagai pelosok tanah Papua. Dengan pengelolaan hutan adat yang baik, masyarakat mendapatkan incame untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu,WWF mengandeng CU Noken Mambura Jayapura mendampingi masyarakat adatmemberikan sosialisai kepada empat kelompok dengan waktu yang berbeda sebagaimana diuraikan di bawah ini.
- Sosialisasi Kelompok Ekowisata di Kampung Repang Muaif, Distrik Nimbokran
- Proses Sosialisasi
Pada hari Kamis, 23 Maret 2017, CU Noken Mambura Jayapura dan WWF Papua melaksanakan sosialisasi pengelolaan sistem pengelolaan keuangan CU kepada 40 peserta yang terdiri atas 10 orang perempuan, 30 orang laki-laki kelompok Ekowisata, dari 3 RT yaitu RT 1, 2 dan 3, kampung Repang Mauif, Distrik Nimbokran, Kabupaten Jayapura. Kegiatan sosialisasi dimulai pukul 13.30 wip sampai selesai pukul 16.00 wip. Peserta sangat antosias dan bersemangat bertanya kepada narasumber, untuk apa sebenarnya CU ini. Tempat sosialisasi adalah pendopo berbentuk bulat yang biasanya dijadikan tempat layani tamu dan diskusinya, milik kelompok Ekowisata. Proses dan tahapan sosialisasi kelompok Ekowisata sebagai berikut; pengantar oleh Hilarius Gedi (dipanggil Hila), koordinator WWF, Doa pembukaan oleh salah satu peserta, sambutan dari bapak Alex Waisimon sebagai inisiator sekaligus ketua kelompok Ekowisata, perkenalan oleh CU sekaligus menyampaikan materi oleh bapak John Maturbongs. Bapak John Memulai sosialisasi tentang CU dengan menjelaskan tema-tema materi sebagaimana telah disebutkan di atas yang disertai dengan contoh-contoh dan pengalaman mengelola dan menjadi angota CU. Kegiatan ini diakhiri dengan makan siang bersama.
- Latar Belakang Kelompok Ekowisata
Masyarakat yang membentuk kelompok Ekowisata ini berasal dari suku Dumutru (Genyem). Menurut kepala Kampung Revang Muaif, bapak Damianus Wow. Kampung ini pecahan dari Nimboran dan dibentuk atas dasar tiga marga besar yaitu marga Demongreng-Wandi kampung asalnya Nimboran, mendiami RT 1, Marga Wow kampung aslinya Nimboran juga mendiami di RT 3, dan Marga Demotekai kampung aslinya Singgri mendiami RT 3. Jumlah penduduk kampuni Muaif ini sebanyak 274 jiwa dan jumlah Kepala keluarga (KK) sebanyak 65 KK. Latar belakang mata pencaharian penduduk ini mayoritas petani.
Mengingat latar belakang masyarakat ini mayoritas petani, maka bapak Alex Waisimon menginisiasi Kelompok Ekowisata ini untuk membantu mengembangkan ekonomi masyarakat dengan cara mengelola hutan adat dengan luas 98 hektar ini, yang saat ini banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri atau dari manca negera dan duta besar Amerika. Dalam hutan tersebut terdapat burung Cenderawasih yang setiap pukul 04.30 burung Cenderawasih bermain di beberapa lokasi sehingga setiap orang dapat melihatnya. Selain burung, terdapat juga kasuari dan babi hutan dan jenis binatang lainnya.
Selain itu kelompok Ekowisata memiliki program sekolah alam yaitu khursus bahasa daerah Dumutru dan khursus bahasa Ingrish. Khususnya khursus bahasa daerah sangat mendesak, karena anak-anak asli Genyem atau suku Dumutru menggunakan bahasa jawa dalam Kehidupan sehari hari dari pada bahasa daerah atau ibunya sendiri. Untuk mengatasi hal ini, kelompok Ekowisata sedang membangun sebuah gedung sebangai tempat pendidikan alam, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Bupati Mathius Awoitauw, SE. M.Si. Mereka juga akan khursus mengelola hutan yang baik, benar dan efektif, yang berorientasi pada incame atau pendapatan keluarga.Pendapatan dari pengelolaan hutan ini dapat menjadi anggota CU untuk mengatasi kesulitan ekonomi dalam keluarga.
- Sosialisasi KSUTetomJaya dan KSU Suku Sapusaniye, Kab. Sarmi
- Proses Sosialisasi
- Pada hari Jumat, 24 Maret 2017 dilaksanakan sosialisasi kepada 15peserta yaitu 5 orang utusan anggota KSU (koperasi serba usaha) Tetom Jaya, Kampung PIR III, Distrik Bonggo Timur, dan 5 orang lagi utusan anggota KSU suku Sapusaniye Distrik Pantai Barat, Kabupaten Sarmi, serta 5 orang lagi dari warga sekitar kampung SP IV Bonggo. Kegiatan ini dimulai pada pada pukul 10.00 wip sampai selesai pada pukul 14.00 wip. Sosialisasi ini diselenggarakan salah satu rumah anggota KSU Tetom Jaya.
- Tahapan sosialisasi sebagai berikut, Koordinator WWF, Hila membuka kegiatan ini dengan menyapa peserta dan tim dari CU Noken Mambura selamat datang dan selamat bertemu, menyampaikan tujuan sosialisasi. Setelah itu Hilamempersilahkan salah satu peserta untuk membuka kegiatan ini dengan Doa. Setelah ituwaktu sepenuhnya diberikan kepada tim CU Noken Mambura untuk menyampaikan materi sosialisasi. Bapak John Maturbongs menjadi narasumber utama. Bapak John menyampaikan meteri diawali dengan perkenalan dengan tim CU yang hadir dalam kegiatan ini, sekaligus memperkenalkan pengurus, pengawas dan staf CU Noken Mambura Jayapura. Setelah perkenalan, narasumber menyampaiakn materi dengan tema-tema yang telah disebutkan di atas selama 2 setengah jam, yaitu 10.30-13.00 wip. sementara materi disampaikan, peserta dipersilahkanuntuk bertanya. Pada pukul 13.00-13.30 wip dilanjutkan makan siang. Setelah makan siang dilanjutkan dengan materi tanya jawab lagi. Selama proses sosialisasi, peserta sangat antosias dan bersemangat megikuti materi bahkan bertanya hal-hal yang belum dimengerti. Mereka katakan, pengelolaan CU ini sangat berbeda dengan kebanyakn koperasi lain di Papua, bahkan Indonesia. Akhirnya kegiatan sosialisasi ini selesai pada pukul 14.15 wip. Peserta setelah mengikuti sosialisasi dilanjutkan dengan pelatihan Meubel.
- Latar Belakang KSU Tetom Jaya dan KSU Suku Sapusaniye
- KSU Tetom Jaya
- KSU Suku Sapusaniye
- KSU Suku Sapusaniye beranggotakan orang asli Papua yaitu masyarakat adat pemilik hak ulayat adat hutan sekitar Pantai Barat Sarmi. Jumlah anggota KSU mereka 25 orang lebih. Latar belakang mata pencaharian adalah bertani dan meramu, menangkap ikan. Masyarakat suku Sapusaniyememiliki hutan seluas 4800 hektar. Hutan seluas ini potensi sumber daya hutan yang dapat dikelolah mendatangkan incame untuk kesejahteraan ekonomi keluarga.
Selama ini masyarakat adat yang terhimpun dalam dua KSU maupun masyarakat adat lain di luar dua KSU ini menjual satu pohon seharga Rp. 200.000,- kepada pengusaha kayu. Pengusaha kayu setelah diolah menjual kembali kepada konsumen kayudengan harga Rp. 3.000.000,-- Rp.4.000.000,- juta perkubik. Pengalaman menjual pohon tersebut dilakukani bertahun-tahun lamanya hingga saat ini. Pengalaman ini kemudian melahirkan kesadaran kritis pada diri mereka, ternyata terdapat kerugian siknifikan yaitu mencapai 15-20 kali lipat.