Politisi harusnya menjadi contoh penerapan nilai-nilai sosial, tapi yang mereka buat justru melakukan apa yang dikatakan M. K. Gandhi sebagai "tujuh dosa sosial"Â yang salah satunya adalah politik tanpa prinsip. Politisi Indonesia tidak lagi mengenal etika serta moral. Kekuasaan memang dapat membutakan, tapi jangan sampai dibuat bodoh karena kekuasaan.
Manusia-manusia yang hadir dalam dunia politik menerima ketika mereka dikatakan sebagai mesin parpol. Konyol, sungguh! Apabila Aristoteles masih ada sampai saat ini, mungkin akan ada pertanyaan "guru, apakah 'mesin-mesin parpol' yang ada di dalam sana (politik) benar manusia?" seperti apa sekiranya jawaban filsuf tersebut? Tidak ada yang tahu!
Jenuh, muak, membosankan, seperti itulah fakta politik di Indonesia yang ada saat ini. Politik seharusnya menjunjung tinggi yang namanya kesejahteraan masyarakat tanpa memandang seperti apa masyarakatnya, bentuk negaranya, maupun bentuk pemerintahannya. Terlihat konyol ketika kesejahteraan tersebut dimaknai sempit, yaitu golongannya.
Berhenti menciptakan kekonyol seperti itu wahai politisi. Gagasan serta aliran alternatif harus hadir secepatnya, saat-saat seperti inilah yang tepat untuk aliran alternatif tersebut hadir. Masyarakat sudah jenuh dengan 14 partai yang ada, yang hanya membawa satu tema ANTI KORUPSI, padahal semua partai tersebut sudah terlibat kasus korupsi-kecuali partai baru.
Politik Indonesia membutuhkan udara segar yang baru guna mempercepat lagi roda pendewasaan politik di Indonesia, yang sampai saat ini tidak dapat berjalan lancar karena "oli-oli" yang ada sekarang merupakan oli lama, alias sudah jelek. Anak Muda HADIR! Jadilah oli baru yang berguna. Jadilah garam yang dapat memberi rasa dalam dunia politik Indonesia. Biarkan para "mesin partai" tersebut, jangan ikuti mereka, perlahan mereka akan hilang juga kok.
Namun, seberapa siapkah masyarakat kita menghadapi aliran politik alternatif? seberapa kuatkah penguasa menahan nafus untuk tidak terlalu was-was menjaga kekuasaannya? Seharusnya semua itu  bisa dijawab dengan positif, tapi tergantung, apakah mereka punya akal?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H